Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI- Kasus kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) di Boyolali meningkat.
Total sudah ada 7 nyawa melayang usai digigit nyamuk itu.
Itu terjadi sejak Januari, kasus kematian paling banyak terjadi bulan ini.
Totalnya ada 4 kasus kematian pada bulan Maret.
Sedangkan pada Januari ada 2 kasus kematian.
Satu kasus kematian terjadi pada bulan Februari.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Puji Astuti menyebut, kasus kematian akibat DBD bertambah 2.
Satu dari Wonosegoro dan Satunya dari Sawit.
Pihaknya pun akan melakukan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui kasus kematian tersebut.
Karena memang, penderita yang meninggal dari kecamatan Kecamatan Sawit ini berusia 15 tahun.
"Sekarang itu, DBD itu tidak hanya kena pada anak-anak. Dewasa juga memiliki resiko fatalitas yang tinggi," kata Puji.
Baca juga: Kasus DBD di Wonogiri Meningkat, Tercatat Ratusan Orang Terjangkit Hingga Maret Ini
Puji menyatakan meksi DBD di Boyolali sudah merenggut 7 nyawa, belum akan meningkatkan status menjadi kejadian luar biasa.
Karena memang, 7 korban meninggal akibat DBD itu tidak dalam satu wilayah.
Hanya saja, 7 korban ini tinggal di daerah endemis DBD.
"Endemis itu kan, tiga tahun berturut-turut ada kasus (DBD)," tambahnya.
Puji menyebut, sejak Januari 2024, total ada 270 kasus DBD.
Rinciannya 79 kasus pada Januari, 89 kasus pada Februari.
Kasus DBD meningkat tajam pada bulan Maret yang menyentuh angka 102 kasus.
Tingginya kasus DBD ini perlu diwaspadai bersama.
Pihaknya meminta masyarakat terus melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara menguras, menutup, mengubur.
Selain itu, jika masyarakat yang mengalami gejala seperti DBD untuk bisa segera berobat.
"Terus ini kita juga akan rakor (rapat koordinasi) untuk pokja (kelompok kerja) penanganan DBD," pungkasnya.(*)