Opini

Peternakan Hadapi Tantangan Global VS Peternakan: Sektor Penting dalam Kesejahteraan Global

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Desna Ayu Wijayanti, S.Pt., M.Pt (Produksi Ternak)

TRIBUNSOLO.COM - Indonesia, memiliki potensi yang sangat besar dalam lingkup peternakan.

Potensi ini wajib disyukuri dan harus didayagunakansebagai wujud syukur, sehingga akan dicapai manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat. 

Pengertian ini mengandung makna bahwa penggalian potensi hewani selain untu keperluan hidup juga untuk membuka lapangan kerja baru terutama di bidang teknologi produksi ternak.

Peternakan memiliki peranan yang penting dalam Pembangunan setidak-tidaknya dalam hal strategis yang urgensi, antara lain:

1) peternakan sebagai sumber untu penyediaan pangan terutama dalam memenuhi kebutuhan rakyat berupa protein hewani;
2) peternakan sebagai salah satu sumber pendapatan dan peluang dalam kesempatan kerja,;
3) peternakan dapat digunakan sebagai usaha pertanian yang berkelanjutan dan perbaikan lingkungan hidup serta
4) peternakan sebagai jalan dalam pengentasan masyarakat dari kemiskinan.  

Kenyataannya bidang peternakan saat ini belum mampu secara ptimal dalam menjalankan hal strategis diatas.

Hal ini disebabkan karena usaha peternakan dikebanyakannya masih dikelola secara tradisional sehingga belum mampu memberikan kesejahteraan yang memadai dan juga belum mampu mencukupi kebutuhan protein hewani yang terjangkau oleh masyarakat, karena sebagian besar sumber protein hewani terutama daging dan susu masih inpor sehingga harganya relatif tinggi.

Untuk itu perlu adanya usaha yang terpadu sehingga bidang peternakan ini benar-benar mampu berperan dalam mensejahterakan rakyat melalui penyediaan lapangan pekerjaan dan penyediaan protein hewani yang mencukupi kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau.

Padahal dunia terus mengalami peningkatan populasi yang sejalan dengan hadirnya sejumlah tantangan besar.

Secara global, populasi dunia meningkat dari sekitar 2,5 miliar orang pada tahun 1950 menjadi 8 miliar pada tahun 2022 dan diprediksi mencapai 8,5 pada tahun 2030 dan 9,7 miliar pada tahun 2050 (FAO, 2023).

Peningkatan tersebut otomatis kebutuhan akan pangan juga meningkat secara signifikan seiring dengan peningkatan populasi global. Kelaparan, kerawanan pangan, dan malnutrisi menjadi permasalahan utama yang dihadapi dunia.

Menurut estimasi FAO, laporan terbaru pada tahun 2023 terdapat sekitar 735,1 juta orang mengalami kelaparan yang setara dengan 9,2 persen dari total populasi global.

Selain kelaparan global, peternakan juga dihadapkan dengan tantangan perubahan iklim. Suhu, curah hujan, ketersediaan air, hingga frekuensi kejadian cuaca ekstrem, berubah dan memberikan dampak pada sektor peternakan

Peternakan Indonesia menghadapi tantangan lingkup global

Perkembangan produksi ternak Indonesia yang terdiri atas SUDATEL (Susu, Daging, Telur) terlihat mengalami kenaikan.

Produksi ternak berupa daging berasal dari ternak besar, ternak kecil, ternak  unggas, dan aneka ternak seperti kelinci dan puyuh. Produksi ternak berupa susu berasal dari sapi perah.

Sedangkan produksi ternak berupa telur berasal dari  ayam, itik, hingga puyuh (Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2022).

Berikut ditampilkan perkembangan produksi ternak di Indonesia, diambil dari data Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, 2022):

Perkembangan produksi ternak di Indonesia, diambil dari data Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, 2022).

Meskipun secara umum terlihat berkembang cukup baik, peternakan di Indonesia juga harus menghadapi berbagai tantangan global.

FAO mencatat angka kelaparan nasional berdasarkan Prevalence of Undernourishment (PoU) yaitu prevalensi ketidakcukupan pangan atau dimana konsumsi energi sehari-hari dari makanan tidak cukup untuk memenuhi tingkat energi yang dibutuhkan. 

Pada tahun 2022 terdapat 16,2 juta orang mengalami kelaparan atau 5,9 persen dari total populasi Indonesia.

Bila dilihat dari angka konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia seperti daging , telur dan susu semakin tahun semakin meningkat, namun angka tersebut masih dibawah standar gizi nasional yakni diangka 7,10 kg; 3,48 kg dan 6,5 kg per kapita/tahun.

Dibandingkan dengan negara di Asia dan ASEAN, konsumsi protein Indonesai juga masih terhitung rendah, sebagai contoh misalnya konsumsi daging Malaysia 48 kg/kapita/tahun (7 x dari Indonesia), China 43,40 kg/kapita/tahun, Japan 25,97 kg/kapita/tahun.

Untuk telur Jepang mengkonsumsi 20,54 kg/kapita/tahun (6 kali dari Indonesia), Malaysia sebesar 17,62kg/kapita/tahun.

Untuk konsumsi susu, Bangladesh 31,5 kg/kapita/tahun ( 5 x dari Indonesia) dan Jepang 10,72 kg/kapita/tahun.

Kondisi kurang gizi dengan indikator kasus stunting di Indonesia yang tergolong tinggi disebabkan rendahnya asupan protein hewani. Berdasarkan data FAO 2023, rata-rata asupan protein hewani dunia 23,9 g/kapita/hari, sedangkan Indonesia hanya sebesar 5,4 g/kapita/hari. Dibandingkan dengan beberapa negara di dunia konsumsi produk peternakan Indonesia masih sangat rendah.

Peternakan Indonesia berperan dalam kesejahteraan global 

Untuk mengatasi tantangan-tantangan global yang sedang dihadapi, sektor peternakan membuat resolusi dengan mengadopsi berbagai inovasi dan teknologi modern, antara lain:
1) Peternakan dengan penggunaan teknologi digital seperti sensor untuk mempermudah pemantauan Kesehatan ataupun manajemen pemeliharaan secara real-time;
2) pakan berkelanjutan;
3) pengembangan vaksin dan bioteknologi dan
4) manajemen limbah.

Masa depan peternakan akan dipengaruhi oleh adopsi teknologi yang ada. Peternakan yang berkelanjutan ialah peternakan yang menyatukan antara teknologi modern dengan menajemen pemeliharaan yang baik, serta adanya penedekatan yang baik terhadap kesejahteraan ternak sebagai kunci untuk kepastian sektor peternakan dapat menjadi pilar yang penting bagi ketahanan panagn dan ekonomi di masa yang akan datang.

Dengan mengadopsi inovasi teknologi dan praktik berkelanjutan, ada harapan bahwa peternakan dapat terus berkembang dan bisa memenuhi kebutuhan dunia yang terus berubah dan penuh tuntutan.

Melalui pendekatan yang lebih konkret, peternakan tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas, tetapi juga melindungi lingkungan dan mendukung kesejahteraan masyarakat pedesaan.

(Desna Ayu Wijayanti S.Pt. M.Pt)

 

 

Berita Terkini