TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Waduk Mulur merupakan tempat wisata yang selalu ramai setiap harinya, baik pada hari biasa maupun hari libur.
Lokasi Waduk Mulur terletak di Desa Mulur, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Banyak pengunjung yang menggunakan area ini untuk memancing.
Baca juga: Asal-usul Coyudan hingga Jadi Pusat Toko Emas Legendaris di Solo, Nama Diambil dari Prajurit Keraton
Kawasan Waduk Mulur juga memiliki lahan perkemahan yang kerap digunakan untuk kegiatan kepramukaan.
Waduk Mulur juga kerap digunakan sebagai berbagai sejumlah acara.
Pada waktu tertentu waduk juga kerap menjadi lokasi lomba dayung, sky air, dan motor air.
Aktivitas lain yang dilakukan di Waduk Mulur adalah sebagai tempat latihan panahan maupun outbond.
Pengunjung juga dapat bersantau di waduk untuk menikmati pemandangan sekitar.
Baca juga: Asal-usul Nama Kemalang yang Jadi Desa di Klaten, Ada Kisah Bambu Terapung saat Banjir Bandang
Namun, pengunjung perlu berhati-hati karena tidak ada pagar pengaman.
Tidak perlu khawatir jika merasa dahaga atau lapar, karena di sekitar waduk terdapat banyak warung yang menjual makanan dan minuman.
Asal-usul Waduk Mulur
Waduk Mulur bukan hanya menjadi sumber air bagi pertanian, tapi juga menyimpan kisah sejarah panjang sejak masa kolonial.
Dibangun pada tahun 1926 di bawah pemerintahan Hindia Belanda, waduk ini menjadi saksi bisu perkembangan wilayah Sukoharjo dari masa ke masa.
Meski telah mendekati usia satu abad, Waduk Mulur masih menjalankan fungsinya dengan baik sebagai penyedia cadangan air untuk irigasi.
Baca juga: Asal-usul Nama Deles Indah yang Kini Jadi Wisata di Klaten, Dipercaya Ada Kaitannya dengan Daendels
Dengan volume tampungan mencapai 2,75 juta meter kubik, waduk ini mampu mengairi sekitar 43 hektare sawah di sekitarnya.
Renovasi sempat dilakukan pada tahun 1998 untuk memperkuat struktur waduk, namun nuansa kolonial Belanda tetap terjaga.
Salah satu bukti sejarah yang masih terlihat hingga kini adalah prasasti kuno yang terletak di pintu air utama—menandakan bahwa kawasan ini dulunya termasuk wilayah perdikan milik Kraton Surakarta Hadiningrat.
Kisah Legendaris di Balik Nama Mulur
Nama “Mulur” memiliki kisah tersendiri yang tak kalah menarik. Konon, kata “Mulur” berasal dari bahasa Jawa “ulur” yang berarti “berlanjut” atau “terus-menerus”.
Cerita rakyat mengaitkan nama ini dengan perjuangan Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya dalam melawan penjajah Belanda.
Baca juga: Asal-usul Kampung Batik Kauman Solo, Dulu Kawasan Tempat Tinggal Para Santri dan Ulama
Dikisahkan, setelah menyerahkan diri kepada Belanda dengan syarat pembebasan para pengikutnya, Pangeran Diponegoro memberikan pusaka berupa keris kepada salah satu pengikut setianya, Kyai Sayyid Iman, untuk disampaikan kepada Putri Serang (R.A. Serang) sebagai simbol perjuangan yang harus terus dilanjutkan.
Pertempuran sengit pun terjadi di kawasan yang saat itu masih berupa rawa-rawa.
Banyak pejuang gugur, termasuk Kyai Sayyid Iman yang tewas dalam pelarian di tengah rawa, yang kini menjadi bagian dari Waduk Mulur.
Makamnya yang berada di sebuah daratan kecil di tengah waduk, yang kini dikenal sebagai makam keramat dan menjadi bagian dari daya tarik wisata sejarah.
Versi lain menyebut, nama “Mulur” berasal dari ucapan Kyai Sayyid Iman: "Mugi-mugi sedulur", yang berarti "semoga kita bersaudara", sebagai bentuk harapan akan persatuan.
Kini, Pemerintah Kabupaten Sukoharjo tengah menyusun masterplan pengembangan Waduk Mulur sebagai bagian dari upaya memaksimalkan potensi perikanan, pertanian, hingga pariwisata.
Meskipun status waduk saat ini merupakan aset milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, sinergi antara Pemkab dan Pemprov terus dijajaki demi keberlanjutan pengelolaan kawasan ini.
(*)