Pengamat Ungkap Perbedaan Mencolok Jokowi dan Dedi Mulyadi : yang Satu Berani Berdialog dan Berdebat

Penulis: Tribun Network
Editor: Hanang Yuwono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

"Tentu saja dilihat dari apa yang dia lakukan, dan ratingnya yang tinggi, kalau kita buka ya konten-kontennya di YouTube, di Facebook, di IG, di Twitter, itu banyak sekali tuh ya komen masyarakat yang mendukung langkahnya."

"Jadi tanpa harus di sampaikan secara terus terang, itu tentu saja apa yang dia lakukan sekarang punya implikasi politik elektoral," kata Burhanuddin di program On Point with Adisty, Youtube Kompas TV, tayang Sabtu (10/5/2025).

Alasan Burhanuddin berargumen soal adanya pihak terganggu demam Dedi Mulyadi adalah terkait peta elektoral 2029.

"Saya menduga kalau misalnya demam KDM ini terus berlanjut ya, itu kemungkinan bisa mengganggu kenyamanan tokoh-tokoh lama berkaitan dengan peta elektoral 2029," ujarnya.

Baca juga: Dedi Mulyadi Dikritik Kirim Siswa ke Barak Militer, Susno Duadji: Prabowo Lulusan Pendidikan Militer

Ada potensi besar Dedi berlaga di level Pilpres pada 2029 mendatang.

Jika eks Bupati Purwakarta itu menjadi kandidat calon presiden alias capres, maka dia harus berhadapan dengan ketua umumnya sendiri di Gerindra, Prabowo Subianto.

Partai berlogo kepala Garuda itu sudah menentukan akan mencalonkan Prabowo pada Pilpres 2025 untuk periode keduanya.

Menurut Burhanuddin, sampai saat ini, Dedi masih pandai menempatkan diri, hingga popularitasnya tidak mengganggu Prabowo.

"Jangan lupa isu banyak sekali yang berkaitan dengan Dedi Mulyadi termasuk yang kontroversial sejauh ini masih direspon positif terutama oleh orang-orang sekitar Pak Prabowo, dibela."

"Artinya sejauh ini belum mengganggu kenyamanan Pak Prabowo," paparnya.

Baca juga: Program Dedi Mulyadi Bina Siswa Nakal di Barak Militer, Anggaran yang Digunakan Capai Rp6 Miliar

Kendati sang pucuk pimpinan masih merasa nyaman, Burhanuddin menduga ada pihak internal Gerindra lain yang gerah dengan Dedi.

Seperti diketahui, Dedi merupakan kader baru di Gerindra.

Dirinya ada pindah dari Golkar pada 2023 lalu karena alasan sosok Prabowo.

Burhanuddin mendeteksi pihak yang terganggu dengan Dedi adalah elite Gerindra yang punya jabatan struktural tinggi.

"Mungkin kalau di Pak Prabowonya perasaan gangguan itu belum ada, tetapi sesama kader Gerindra, who knows gitu ya."

"Kalau misalnya dugaan saya sih pasti ada pihak-pihak internal Gerindra yang kurang nyaman ya, terutama yang merasa levelnya di atas Dedi Mulyadi secara struktural. Mungkin ada perasaan itu, meskipun saya tidak tahu buktinya," katanya.

Artikel ini telah tayang di Tribun Jakarta

Berita Terkini