Dengan bekal pengetahuan dari Jepara, Janu mulai membangun usahanya sendiri. Ia mengambil keputusan strategis untuk membeli bahan kayu yang sudah dibentuk agar bisa lebih fokus pada kualitas produk.
Namun, jalan tak selalu mulus. Ia pernah mengalami kerugian karena kulit rebana pecah saat proses press.
“Dulu sering gagal. Tapi saya belajar dari setiap kesalahan. Yang penting tetap jujur dan tidak mengecewakan pelanggan,” katanya.
Janu juga menyadari pentingnya dunia digital. Meski awalnya buta teknologi, ia mulai belajar pemasaran online, bergabung di marketplace, dan memanfaatkan media sosial untuk promosi.
Usaha dan kerja keras itu kini membuahkan hasil. Rebana Centre Boyolali menjadi salah satu sentra produksi rebana paling dikenal di Jawa Tengah.
Pesanan datang dari berbagai daerah, bahkan menembus pasar luar negeri seperti Malaysia.
Bagi Janu, kesuksesan bukan hanya soal omzet.
Lebih dari itu, ini adalah pembuktian bahwa ketekunan dan kejujuran adalah fondasi utama dalam membangun usaha dari nol.
"Saya ingin usaha ini bisa memberdayakan warga sekitar, terutama anak muda. Supaya mereka bangga dengan produk kampung sendiri,” pungkasnya.
Baca juga: OLEH-OLEH Khas Air Terjun Jumog Karanganyar, Ada Banyak Pilihan Produk UMKM dari Warga Berjo
(*)