Klaten Bersinar

Kisah Lek Waris di Melikan Klaten Poles Gerabah Jadi Seni, Nilai Jual Naik hingga Lima Kali Lipat

TRIBUNSOLO.COM/IBNU DWI TAMTOMO
GERABAH KHAS KLATEN - Gerabah seni buatan Waris Hartono dipajang di etalase lobi Kantor Bupati Klaten. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN – Gerabah Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Klaten, Jawa Tengah, tidak hanya dikenal sebagai produk fungsional, tetapi juga telah bertransformasi menjadi karya seni bernilai tinggi. 

Sentuhan inovasi menjadikan gerabah yang dulunya sederhana kini mampu bersaing dengan keramik kelas atas.

Waris Hartono (45), pengrajin sekaligus pelaku usaha gerabah, mengaku sejak lama memiliki ketertarikan untuk memoles gerabah agar tak sekadar berfungsi, tetapi juga memiliki nilai artistik.

Baca juga: Pusat Kerajinan Gerabah di Desa Melikan Klaten, Omzet Para Pengrajin Sempat Melejit Saat Pandemi

“Untuk ketertarikan gerabah secara pribadi yang pasti karena kita turun-temurun (warisan). Selain ini warisan budaya, pada dasarnya saya senang terhadap seni, akhirnya gimana caranya produk saya (jual) itu juga menjadi produk seni,” kata Waris, yang akrab disapa Lek Waris, kepada TribunSolo.com.

Keputusan itu membawanya fokus pada produksi gerabah seni sejak 2015. Ia bahkan memberi istilah khusus, yakni gerabah art.

“Makanya gerabah yang saya produksi adalah gerabah art (seni). Jadi memang kita poles gerabah itu sedemikian rupa agar gimana caranya bisa duduk bersama (sejajar) dengan keramik-keramik kelas tinggi,” jelasnya.

Perajin gerabah Waris Hartono saat dijumpai di sentra gerabah Melikan
PERAJIN GERABAH KLATEN - Perajin gerabah Waris Hartono saat dijumpai di sentra gerabah Melikan, Klaten, Jawa Tengah.

Sentuhan seni dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari ukiran, goresan, hingga pewarnaan atau cover. Dari sisi nilai ekonomi, inovasi ini terbukti signifikan.

Baca juga: Profil Lik Waris, Seniman Pengrajin Gerabah di Melikan Klaten, Gabungkan Seni di Pembuatan Gerabah

“Dari sisi harga, minimal bisa naik lima kali lipat lebih,” ungkapnya.

Inovasi tersebut juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap gerabah. 

Jika dulu dianggap barang sederhana, kini gerabah mampu menghiasi etalase kantor pemerintahan hingga rumah modern.

“Alhamdulillah..Alhamdulillah..bisa diterima, dalam arti bisa berbaur dengan yang lain gitu. Dan bahkan untuk posisinya (naik kelas), kalau dulu posisinya gerabah itu, maaf... sudut pandang orang kotor (di bawah). Sekarang gerabah posisinya di etalase,” ujar Waris.

Baca juga: UMKM Klaten Sentra Gerabah Desa Melikan, Terkenal Punya Teknik Putaran Miring Satu-satunya di Dunia

Perubahan besar itu tidak hanya berdampak pada dirinya, tetapi juga pada pengrajin lain di Melikan. Kini hampir semua produk gerabah di sana memiliki motif, ukiran, atau hiasan.

“Seiring perjalanan, setelah tahun 2000-an sampai sekarang, enggak ada produk yang enggak ada motifnya. Semua di carving, semua di gores, semua di ukir, berbeda dengan sebelumnya, saat semua gerabah waktu itu polos semua,” kata Waris menegaskan.

Gerabah Melikan kini tidak hanya menjadi penopang ekonomi warga, tetapi juga membawa kebanggaan.

Dari desa kecil di Klaten, lahirlah karya seni yang mampu mengangkat martabat kerajinan tradisional. (*/adv)