Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Sentra Gerabah Melikan Klaten

Pusat Kerajinan Gerabah di Desa Melikan Klaten, Omzet Para Pengrajin Sempat Melejit Saat Pandemi

Salah satu ciri khas gerabah dari Melikan terletak pada teknik pembuatannya yang masih mempertahankan metode tradisional,

Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
TRIBUNSOLO.COM/Zharfan Muhana
UMKM KLATEN - Salah satu usaha pembuatan gerabah di Kabupaten Klaten yang terkenal, berasal dari Dukuh Pagerjurang, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Rabu (7/5/2025). 

TRIBUNSOLO.COM - Desa Melikan yang terletak di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, telah lama dikenal sebagai pusat kerajinan gerabah.

Khususnya di Dukuh Pagerjurang, lebih dari 200 keluarga menggantungkan hidup dari kerajinan tanah liat ini. Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi identitas kultural yang kuat bagi masyarakat setempat.

Salah satu ciri khas gerabah dari Melikan terletak pada teknik pembuatannya yang masih mempertahankan metode tradisional, yakni teknik putaran miring.

Teknik ini tergolong unik karena berbeda dari metode pembuatan gerabah pada umumnya di daerah lain, dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para kolektor maupun pecinta kerajinan tangan.

Baca juga: Profil Lik Waris, Seniman Pengrajin Gerabah di Melikan Klaten, Gabungkan Seni di Pembuatan Gerabah

Meskipun tidak terdapat catatan tertulis mengenai awal mula kerajinan gerabah di wilayah ini, para pengrajin percaya bahwa tradisi ini sudah ada sejak abad ke-15, pada masa penyebaran Islam oleh Sunan Pandanaran di daerah Bayat.

Kepercayaan ini diperkuat dengan keberadaan Gentong Sinogo, yaitu tempayan besar berisi air untuk berwudu yang diyakini telah digunakan sejak masa tersebut.

Seiring waktu, Desa Melikan, terutama Dukuh Pagerjurang yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Bayat, berkembang menjadi sentra produksi gerabah.

Di masa lampau, produk gerabah yang dihasilkan masih terbatas seperti celengan dan tempat sesaji. 

Namun, sejak tahun 1985, ragam produk mulai berkembang.

Pengrajin kini memproduksi kendi, pot bunga, air mancur, hingga ratusan desain gerabah yang lebih modern dan dekoratif.

Masa pandemi Covid-19 sempat menjadi tantangan besar bagi para pengrajin gerabah di Desa Melikan.

Pada dua bulan pertama tahun 2020, pesanan dari berbagai daerah terhenti total. 

Baca juga: UMKM Klaten Sentra Gerabah Desa Melikan, Terkenal Punya Teknik Putaran Miring Satu-satunya di Dunia

Namun setelah itu, permintaan justru melonjak, terutama untuk produk padasan, tempat cuci tangan dengan air mengalir sebagai bagian dari protokol kesehatan.

Pot bunga pun menjadi produk favorit yang banyak dipesan masyarakat.

Permintaan yang tinggi selama pandemi membuat pengrajin mampu meraup pendapatan signifikan, antara Rp10 juta hingga Rp20 juta per bulan.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved