Raja Keraton Solo Meninggal Dunia
Sejarah Masjid Pajimatan Imogiri Bantul DIY Tempat Dimana Jenazah Pakubuwono XIII Disalatkan
Dilangsungkan prosesi serah terima jenazah dari pihak Keraton Surakarta dalam hal ini Senopati Lampah kepada Bupati Pajimatan
Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
Ringkasan Berita:
- Masjid Kagungan Ndalem Pajimatan Imogiri dibangun era Sultan Agung (1613–1645 M) untuk tempat ibadah abdi dalem kompleks makam raja-raja Mataram.
- Masjid bergaya arsitektur Jawa ini memiliki atap tajug, sokoguru, dan mustoko kenanga dari tembaga.
- Pada 5 November 2025, PB XIII dimakamkan di Imogiri setelah disalatkan di masjid ini dalam prosesi khidmat.
TRIBUNSOLO.COM, BANTUL - Pada Rabu (5/11/2025), Masjid Kagungan Ndalem Pajimatan Imogiri kembali menjadi saksi sejarah penting. Jenazah Raja Kasunanan Surakarta, Sri Susuhunan Pakubuwono (PB) XIII, tiba di Makam Raja-Raja Imogiri, Kabupaten Bantul, pada pukul 12.35 WIB.
Berdasarkan pantauan Tribun Jogja, jenazah tiba menggunakan bus dengan pengawalan ketat dan iring-iringan rombongan dari Keraton Surakarta.
Baca juga: Raja Keraton Solo PB XIII Wafat, Tedjowulan Harapkan Suksesi Raja Solo Selanjutnya Tak Tergesa-gesa
Setibanya di kompleks makam, dilangsungkan prosesi serah terima jenazah dari pihak Keraton Surakarta dalam hal ini Senopati Lampah kepada Bupati Pajimatan yang bertugas di Makam Raja-Raja Imogiri.
Meski hujan gerimis turun, prosesi berlangsung dengan khidmat dan disaksikan ribuan masyarakat dari berbagai daerah yang datang untuk memberi penghormatan terakhir.
Selanjutnya, jenazah disalatkan di Masjid Pajimatan Imogiri, menegaskan peran penting masjid ini dalam setiap prosesi keagamaan dan kenegaraan yang berkaitan dengan tradisi Mataram.
Sejarah Masjid Kagungan Ndalem Pajimatan Imogiri
Masjid Kagungan Ndalem Pajimatan Imogiri merupakan salah satu peninggalan bersejarah penting dari masa Kesultanan Mataram Islam. Masjid ini terletak di Dusun Payaman, Kelurahan Girirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul.
Lokasinya berada dalam kompleks yang sama dengan Makam Raja-raja Mataram di Imogiri, tepatnya di sisi barat tangga naik menuju area makam.
Keberadaannya yang berdampingan dengan makam raja menunjukkan fungsi spiritual dan simbolis yang erat kaitannya dengan tradisi keraton.
Diperkirakan Masjid Kagungan Ndalem Pajimatan Imogiri dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613–1645 M), tidak lama setelah pembangunan kompleks makam kerajaan.
Baca juga: Jokowi Ikut Melepas Jenazah Raja Keraton Solo PB XIII di Loji Gandrung Sebelum Dibawa ke Imogiri
Pendirian masjid ini memiliki tujuan utama sebagai tempat ibadah bagi para abdi dalem dan petugas yang menjaga serta melayani kegiatan keagamaan di kompleks makam. Seiring waktu, masjid ini juga menjadi pusat aktivitas keagamaan masyarakat sekitar Imogiri.
Nama “Kagungan Ndalem” sendiri mengandung arti bahwa masjid ini merupakan milik raja atau keraton, menandakan statusnya sebagai masjid yang memiliki hubungan langsung dengan kekuasaan dan tradisi istana Mataram.
Masjid Kagungan Ndalem Pajimatan Imogiri dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa yang kental. Struktur atap ruang utamanya menggunakan model tajug, bentuk atap yang lazim digunakan pada masjid-masjid tradisional di Jawa karena melambangkan kesakralan dan keagungan.
Pada bagian puncak atap terdapat mustoko berbentuk bunga kenanga dari tembaga, yang menjadi simbol keharuman dan kemuliaan.
Komponen penyusun atap seperti usuk dan reng disusun dengan pola ngruji payung, sementara penutup atapnya menggunakan genteng tanah liat.
Dinding masjid dibuat dari bata yang diplester rapi, dan lantainya menggunakan tegel, memperlihatkan kesederhanaan namun tetap anggun.
Seperti masjid-masjid kuno di Jawa pada umumnya, Masjid Pajimatan Imogiri memiliki beberapa bagian utama, yaitu ruang utama, serambi, pawestren (tempat ibadah bagi jamaah perempuan), serta tempat wudlu.
Ruang utama berdenah bujur sangkar dengan empat sokoguru sebagai penopang atap tajug. Di dalamnya terdapat mihrab untuk imam, mimbar untuk khatib, serta jendela dan pintu kayu dengan ukiran khas Jawa.
Di sisi selatan ruang utama terdapat pawestren, dan di sisi utara terdapat tempat wudlu.
Sementara itu, serambi di bagian timur memiliki denah persegi panjang dengan tiang-tiang kayu penopang atap limasan.
Di area serambi inilah biasanya bedug diletakkan. Tangga naik menuju serambi terbuat dari bata yang diplester, menjadi akses utama bagi jamaah menuju masjid.
Baca juga: Tangis Putra Pakubuwono XIII KGPH Hangabehi Pecah Saat Peti Jenazah sang Raja Solo Dinaikkan Kereta
(*)
| Mobil Terobos Iring-iringan Jenazah Raja Solo PB XIII, Disoraki Warga di Simpang Gading |
|
|---|
| Juru Kunci Beberkan Prosesi Pemakaman Raja Solo PB XIII : Dari Kereta Kencana hingga Tangga Imogiri |
|
|---|
| Sosok Pengangkat Peti Jenazah Raja Keraton Solo PB XIII: Anggota TNI-Polri |
|
|---|
| Raja Keraton Solo PB XIII Wafat, Tedjowulan Harapkan Suksesi Raja Solo Selanjutnya Tak Tergesa-gesa |
|
|---|
| Cerita Mbah Boyo, Rela Kayuh Sepeda Pagi Buta ke Alun-alun Kidul Solo Demi Lihat Pakubuwono XIII |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.