Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pandemi Nyaris Punahkan Gema Ketukan ATBM Perajin Stagen di Sukoharjo, Produksi Sempat Mati Total

Pandemi Covid-19 yang menghantam seluruh dunia memperberat kondisi perajin stagen. Selama hampir dua tahun, aktivitas produksi stagen terhenti.

TRIBUNSOLO.COM/ANANG MA'RUF
KISAH PERAJIN STAGEN - Proses pembuatan tenun stagen di Desa Luwang, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (5/9/2025). Inilah kisah perajin stagen di Sukoharjo. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Anang Ma'ruf

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Produksi stagen di Desa Luwang, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, tak semulus yang diharapkan. 

Warga setempat yang sejak lama menggantungkan hidup dari tenun tradisional ini harus menghadapi berbagai kendala, mulai dari rendahnya penghasilan hingga sempat berhenti total saat pandemi Covid-19 melanda.

Stagen yang diproduksi warga dibuat dengan alat tenun bukan mesin (ATBM). 

Setiap helai stagen berukuran delapan meter, dijual dengan harga sekitar Rp19 ribu per potong. 

PEMBUATAN TENUN STAGEN - Proses pembuatan tenun stagen di Desa Luwang, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jumat (5/9/2025). Rendahnya penghasilan jadi salah satu kendala para perajin stagen untuk bertahan hidup. Setiap helai stagen berukuran delapan meter, dijual dengan harga sekitar Rp19 ribu per potong. Dari harga tersebut, perajin hanya mendapat keuntungan rata-rata Rp8 ribu.
PEMBUATAN TENUN STAGEN - Proses pembuatan tenun stagen di Desa Luwang, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jumat (5/9/2025). Rendahnya penghasilan jadi salah satu kendala para perajin stagen untuk bertahan hidup. Setiap helai stagen berukuran delapan meter, dijual dengan harga sekitar Rp19 ribu per potong. Dari harga tersebut, perajin hanya mendapat keuntungan rata-rata Rp8 ribu. (TribunSolo.com/Anang Ma'ruf)

Dari harga tersebut, perajin hanya mendapat keuntungan rata-rata Rp8 ribu.

“Sehari paling bisa bikin tiga potong. Kalau dihitung-hitung keuntungannya kecil sekali, apalagi harga benang juga sering naik,” ujar Sarsini (52), salah seorang perajin, Jumat (5/9/2025).

Kondisi semakin berat saat pandemi Covid-19. Selama hampir dua tahun, aktivitas produksi stagen terhenti. 

Warga tidak bisa menjual hasil tenunan karena permintaan turun drastis. 

“Pas Covid itu kami benar-benar berhenti menenun. Baru mulai lagi tahun 2023 kemarin,” ungkap Sarsini.

Baca juga: Demi Warisan Leluhur, Perajin Stagen di Luwang Sukoharjo Bertahan Meski Untung Tipis Rp8 Ribu/potong

Meski begitu, warga Desa Luwang tetap berkomitmen menjaga tradisi menenun stagen yang sudah berlangsung turun-temurun.

Bagi mereka, menenun bukan hanya soal penghasilan, tetapi juga bagian dari warisan budaya.

Hingga kini, suara ketukan ATBM masih terdengar dari rumah-rumah perajin di Desa Luwang

Di tengah keterbatasan dan modernisasi, mereka tetap bertahan untuk menjaga keberlangsungan stagen khas desa tersebut. 

Apa Itu Stagen?

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved