Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Boyolali

Asal-usul Umbul Gemuling, Mata Air Kuno Tersembunyi di Boyolali, Dipercaya Ada Jejak Sunan Kalijaga

Umbul Gemuling adalah sebuah mata air kuno yang tersembunyi di Desa Ngaru-aru, Kelurahan Gonowelang, Banyudono, Boyolali,

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
INSTAGRAM/umbulgemuling
SEJARAH UMBUL BOYOLALI - Umbul Gemuling di Boyolali, Jawa Tengah, dipotret dari atas pada 2021 lalu. Begini asal-usul dan mitos Umbul Gemuling. (INSTAGRAM/umbulgemuling) 

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Tidak hanya Klaten, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah juga memiliki banyak umbul bersejarah.

Salah satu umbul yang mungkin belum familiar bagi wisatawan adalah Umbul Gemuling.

Umbul Gemuling adalah sebuah mata air kuno yang tersembunyi di Desa Ngaru-aru, Kelurahan Gonowelang, Banyudono, Boyolali.

Baca juga: Asal-usul Makam Butuh di Plupuh Sragen, Tempat Peristirahatan Terakhir Keluarga Joko Tingkir

Lokasi umbul ini berjarak 18 kilometer dari pusat Kota Solo dan bisa ditempuh 33 menit kendaraan bermotor.

Umbul Gemuling diyakini sebagai mata air tertua sekaligus cikal bakal mata air di daerah tersebut.

Asal Usul dan Legenda Umbul Gemuling

Menurut cerita masyarakat setempat, mata air Umbul Gemuling berasal dari tanah yang pernah ditancapi tongkat oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, salah satu tokoh Wali Songo yang terkenal.

Setelah menancapkan tongkat beserta doa dan munajat, Sunan Kalijaga mencabut tongkat itu dan keluarlah mata air jernih yang kemudian dipakai untuk bersuci sebelum sholat.

Awalnya, mata air ini hanya keluar dari lubang sebesar tancapan tongkat, namun seiring waktu lubang tersebut membesar karena volume air yang terus bertambah.

Baca juga: Asal-usul Kawasan Ngupit : Konon Merupakan Desa Tertua di Indonesia, Cikal Bakal Kabupaten Klaten

Air yang keluar dalam jumlah besar ini sempat menimbulkan bahaya bagi masyarakat sekitar, bahkan rumah-rumah di sekitarnya sempat terendam banjir.

Upaya Penanganan dan Kisah Mistis

Pada masa pemerintahan Kanjeng Pakubuwono X, warga mendapat petunjuk untuk menggelar acara tayuban, pertunjukan seni tradisional dengan gamelan, penyanyi, dan penari, di lokasi umbul tersebut.

Konon, seluruh pemain dalam pertunjukan itu tiba-tiba menghilang sebagai tumbal untuk menenangkan mata air yang berlebihan tersebut.

Setelah kejadian itu, air di Umbul Gemuling tidak lagi meluap besar, dan muncullah mata air-mata air baru di berbagai daerah, sehingga sumber air tidak lagi terpusat hanya di Umbul Gemuling.

Hal ini menandai berakhirnya bahaya banjir akibat mata air yang dulu meluap hebat.

Baca juga: Asal-usul Kelurahan Keprabon di Solo, Dulu Tempat Persembunyian Rakyat saat Penjajahan

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved