Sejarah di Kota Solo

Sering Disebut Kembar, Ini Perbedaan Solo dan Yogyakarta : dari Arsitektur Keraton sampai Wayangnya

Dengan beroperasinya Tol Solo–Jogja, waktu tempuh antar dua kota budaya ini kini hanya membutuhkan sekitar 20 menit saja.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin
KERATON SOLO - Suasana di depan Keraton Kasunanan Surakarta, Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Beginilah perbedaan Solo dan Jogja. 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Perjalanan antara Kota Solo dan Yogyakarta kini semakin singkat.

Dengan beroperasinya Tol Solo–Jogja, waktu tempuh antar dua kota budaya ini kini hanya membutuhkan sekitar 20 menit saja.

Sebuah perubahan besar yang membawa dampak positif bagi mobilitas masyarakat, sektor pariwisata, hingga ekonomi kawasan.

Baca juga: Dari Benteng hingga Kauman, Kenapa Solo dan Jogja Punya Banyak Kemiripan? Inilah Asal-usulnya

Namun, di balik kedekatan geografis yang kini semakin nyata, Solo dan Jogja memiliki sejarah panjang yang membuat keduanya ibarat kota kembar dengan karakter berbeda, disatukan oleh budaya Jawa, namun dipisahkan oleh sejarah dan pengaruh budaya luar.

Dua Keraton, Satu Akar Sejarah

Asal mula perbedaan antara Solo dan Yogyakarta dapat ditelusuri ke Perjanjian Giyanti (1755), yang disepakati antara VOC, Sunan Pakubuwana III, dan Pangeran Mangkubumi (Pangeran Sambernyawa).

Kesepakatan itu membagi Kesultanan Mataram menjadi dua kekuasaan:

  • Keraton Surakarta Hadiningrat (Solo) di bawah Pakubuwana III.
  • Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat (Yogyakarta) di bawah Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengkubuwono I.

Sejak saat itu, dua kerajaan tersebut berkembang dengan warna budaya yang berbeda.

Baca juga: Sejarah Opor Ayam Khas Solo: Konon Merupakan Kuliner Akulturasi India, Jawa, dan Arab

Jogja mempertahankan nuansa Mataram Islam klasik, sedangkan Solo mengadopsi sentuhan budaya Eropa yang terlihat pada bangunan, pakaian, dan tata arsitektur keraton.

Perbedaan yang Memperindah Kebersamaan Budaya

Meski memiliki akar yang sama, perbedaan budaya antara dua kota ini justru memperkaya warisan Jawa. Berikut beberapa di antaranya:

1. Arsitektur Keraton

Keraton Yogyakarta menampilkan ornamen bernuansa Hindu klasik dan simbol-simbol Jawa kuno, sedangkan Keraton Surakarta menonjolkan pengaruh Eropa dengan patung dan bangunan bergaya kolonial.

2. Kehidupan Abdi Dalem

Di Keraton Yogyakarta, aktivitas abdi dalem masih sangat terlihat — mereka menjalankan tugas harian dengan penuh khidmat.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved