Kisah Komandan Prajurit Keraton Solo

Syarat Menjadi Prajurit Keraton Solo: Memahami Budaya Jawa dan Memiliki Ketahanan Fisik

Komandan Prajurit Keraton Solo mengungkap syarat untuk mendaftar sebagai prajurit. Ternyata harus paham budaya.

TribunSolo.com/Andreas Chris
BERBARIS RAPI. Prajurit Keraton Solo dalam sebuah acara budaya di Solo beberapa waktu lalu. Syarat untuk menjadi prajurit ini salah satunya paham budaya. 
Ringkasan Berita:
  • Menjadi prajurit Keraton Solo tidak hanya membutuhkan fisik dan keahlian khusus, tetapi juga pemahaman mendalam tentang budaya Jawa, adat, dan tata krama.
  • Prajurit wajib menguasai irama karena baris-berbaris mengikuti iringan gamelan dan musik carabalen agar langkah tetap rapi.
  • Ketahanan fisik, olahraga, serta kesiapan lahir dan batin diperlukan karena tugas seperti kirab menempuh jarak jauh.

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Gelar prajurit Keraton Solo tidak sembarangan untuk diraih. 

Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. 

Soal syarat ini, TribunSolo.com menemui langsung Komandan Utama Prajurit Keraton Solo.

Dia adalah KRAT Rajono Yudonagoro, S.Sn.  

Rajono kala itu memakai seragam kebanggaannya sebagai Komandan Utama. 

Seragam yang dia pakai dominan warna hitam. 

Ada juga medali-medali yang berderet rapi di dada.

Baca juga: Cerita Rajono, Komandan Utama Prajurit Keraton Solo yang Sudah Mengabdi Setengah Abad Sejak PB XII

Rajono menjelaskan bahwa ada sejumlah kriteria apabila seseorang ingin mengabdi sebagai prajurit kerajaan.

Seperti halnya di Keraton Solo, meski sudah tidak lagi berada di masa perang kerajaan, kecakapan fisik ternyata masih menjadi syarat utama untuk mendaftar sebagai prajurit.

Namun demikian, Rajono menjelaskan bahwa ada syarat lain yang juga harus terpenuhi sebelum seseorang diangkat sebagai prajurit Keraton Solo.

Rajono menambahkan, seorang prajurit Keraton Solo diharuskan memiliki keahlian khusus, seperti dirinya yang mengawali pengabdian sebagai prajurit Bregodo Musik.

"Harus ada (keahlian khusus)," ungkap Rajono, Sabtu (15/11/2025) lalu.

Lebih lanjut, Rajono menerangkan bahwa syarat lain menjadi prajurit Keraton Solo adalah pemahaman terhadap budaya Jawa, khususnya dalam lingkup kerajaan.

TUGAS PRAJURIT KERATON - Para prajurit Keraton Kasunanan Solo saat bertugas dalam acara Hajad Dalem Jumenengan Dalem Nata Binayangkare SISKS Pakubuwono (PB) XIV Hamangkunagoro, Sabtu (15/11/2025). Komandan Utama Prajurit Keraton Solo, KRAT Rajono Yudonagoro S.Sn menjelaskan bahwa selain bertugas menjaga keamanan kawasan keraton, prajurit juga bertugas saat ada upacara adat kerajaan di mana di dalam prosesi tersebut juga menggelar kirab.
TUGAS PRAJURIT KERATON - Para prajurit Keraton Kasunanan Solo saat bertugas dalam acara Hajad Dalem Jumenengan Dalem Nata Binayangkare SISKS Pakubuwono (PB) XIV Hamangkunagoro, Sabtu (15/11/2025). Komandan Utama Prajurit Keraton Solo, KRAT Rajono Yudonagoro S.Sn menjelaskan bahwa selain bertugas menjaga keamanan kawasan keraton, prajurit juga bertugas saat ada upacara adat kerajaan di mana di dalam prosesi tersebut juga menggelar kirab. (TribunSolo.com/Andreas Chris)

Harus Paham Disiplin dan Irama

Tak hanya itu, Rajono juga menyebut bahwa seorang prajurit harus memahami disiplin dan irama.

Hal itu diungkapkannya karena saat bertugas, prajurit Keraton harus rapi ketika baris-berbaris.

"Minimal (paham) kebudayaan, istiadat, atau tata krama dan irama. Jadi prajurit berjalan itu harus tahu irama, makanya ada iringan yang namanya gamelan carabalen dan musik drumband. Itu untuk mengatur langkah prajurit," urai Rajono.

"Tanpa dia merasakan (paham irama), jalannya prajurit mesti rusak. Jadi harus tahu irama," lanjutnya.

Sementara itu, terkait syarat lain, Rajono menyebut seorang prajurit juga harus memiliki ketahanan fisik.

Ketahanan fisik tersebut diserahkan kepada masing-masing prajurit, baik melalui keahlian bela diri yang diikuti maupun lewat olahraga lainnya.

"Oh iya, itu masing-masing. Jadi olahraga dan olah rasa itu harus ada. Cara orang tua dulu itu tidak boleh lawaran (polosan). Ya tata lahir dan tata batin," urai Rajono.

"Karena dalam perjalanan kirab nantinya kan jauh beberapa kilometer. Kalau tidak dilambari yakin, tata batin dan raga, itu biasanya tidak bisa kuat," pungkasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved