Mengenang Stephen Hawking, Pernah Divonis Hidup Tinggal 2 Tahun hingga Tetap Berkarya saat Sakit
Pada tahun 1985, ia terkena penyakit pneumonia dan harus dilakukan trakeostomi sehingga ia tidak dapat berbicara sama sekali.
Penulis: rika apriyanti | Editor: Daryono
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Rika Apriyanti
TRIBUNSOLO.COM - Fisikawan besar, Stephen Hawking dikabarkan meninggal dunia pada Rabu (14/3/2018).
Hal ini telah dikonfirmasi oleh keluarga Hawking.
"Kami sangat sedih karena ayah tercinta telah meninggal dunia hari ini," ungkap Lucy Robert dan Tim, anak-anak Hawking seperti dikutip dari Sky News.
Ilmuan kelahiran 8 Januari 1942 ini sangat tertarik pada ilmu pengetahuan.
Baca: Fisikawan Stephen Hawking Meninggal Dunia
Setelah belajar di University Collage, Oxford (1952), Hawking memutuskan masuk ke Trinity Hall, Cambridge (1962).
Di sana dia mempelajari astronomi teoretis dan kosmologi.
Beberapa saat setelah dia tiba di Cambridge, gejala sklerosis lateral amiotrofik (ALS) mulai muncul.
Dilansir dari hawking.org.uk, gejala ini muncul setelah ulang tahunnya yang ke 21.
Dia bahkan sempat di vonis dokter hanya bertahan hidup selama dua tahun.
Pada tahun 1974, ia tidak mampu makan atau bangun tidur sendiri, suaranya pun menjadi tidak jelas.
Baca: Tampil Cantik dan Tertutup, Zaskia, Shireen dan Zee Zee Shahab Foto Maternity Bersama
Pada tahun 1985, ia terkena penyakit pneumonia dan harus dilakukan trakeostomi sehingga ia tidak dapat berbicara sama sekali.
Stephen Hawking adalah Profesor Matematika Lucasian di Universitas Cambridge.
Dia juga penulis A Brief History of Time yang merupakan buku terlaris di penjualan internasional.
Dari tahun 1979 sampai 2009, dia memegang jabatan Profesor Lucasian di Cambridge, kursi yang dipegang oleh Isaac Newton pada tahun 1663.
Selama hidupnya, Profesor Hawking memiliki lebih dari selusin gelar kehormatan.
Bahkan Stephen Hawking dianggap sebagai salah satu fisikawan teoritis paling brilian sejak Einstein.(*)