Anggap Polling via Twitter Kurang Ilmiah, Ridwan Kamil Ajak Publik Jadi Pemilih Cerdas
Ridwan Kamil menilai polling capres dan cawapres di Twitter kurang ilmiah karena mayoritas pemilih bukan pengguna Twitter.
Penulis: Rohmana Kurniandari | Editor: Putradi Pamungkas
TRIBUNSOLO.COM - Belakangan ini ramai dilakukan polling via Twitter terkait pemilihan Presiden 2019.
Hal itu rupanya menarik perhatian Gubernur Jawa Barat terpilih Ridwan Kamil.
Ia menilai polling capres dan cawapres di Twitter kurang ilmiah karena mayoritas pemilih bukan pengguna Twitter.
Tak hanya itu, ia juga menyoroti fenomena akun-akun bodong yang banyak bertebaran di Twitter.
Pria berusia 46 tahun itu mengaku sudah membuktikannya selama pilkada Jawa Barat.
Untuk itu, Ridwan Kamil meminta masyarakat untuk menjadi pemilih yang cerdas.
Selain itu, ia juga mengajak pemilih untuk fokus pada edukasi demokrasi yang mengedepankan gagasan serta visi jalan keluar.
"poling via twitter itu menurut saya kurang ilmiah. mayoritas pemilih pun tdk maen twitter. Jg byk akun bot yg bisa dikondisikan. Hanya utk hiburan. pengalaman pilkada Jabar membuktikan. Be a smart voter: Mari fokus edukasi demokrasi ini pada jualan gagasan & visi jalan keluar," cuit Ridwan Kamil melalui akun Twitter @ridwankamil, Selasa (14/8/2018).
Diberitakan sebelumnya, banyak akun-akun Twitter yang melakukan polling terkait capres dan cawapres.
Satu di antaranya yakni polling yang dibuat akun resmi dari komunitas netizen Nahdatul Ulama, @Netizen_NU pada Minggu (12/8/2018).
Hasil dari polling yang berlangsung selama enam hari itu dimenangkan oleh pasangan capres-cawapres Prabowo-Sandiaga sebanyak 82 persen.
Sementara pasangan Jokowi-Ma'ruf memperoleh 18 persen.

Selain itu, Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah juga sempat membuat polling Pilpres 2019 lewat akun Twitternya, Sabtu (11/8/2018).
Terdapat 10 versi polling yang ia selenggarakan.
Dua di antara 10 polling tersebut menanyakan tentang calon yang ideal dan tidak ideal.