Manusia Punya Kembaran di Dunia Lain, Mitos Atau Fakta?
Kita sering mendengar mitos bahwa semua orang di dunia ini sebenarnya memiliki kembaran.
Penulis: Galuh Palupi Swastyastu | Editor: Hanang Yuwono
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Galuh Palupi Swastyastu
TRIBUNSOLO.COM - Pernahkah Anda mengalami kejadian aneh ketika tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang sangat mirip padahal Anda sendiri tidak punya kembaran?
Atau kamu bertemu dengan seseorang yang Anda kenal, padahal orang itu sedang berada di tempat lain?
Kita sering mendengar mitos bahwa semua orang di dunia ini sebenarnya memiliki kembaran.
Mitos itu dikaitkan dengan keberadaan orang yang mirip dengan kita di dunia lain.
Tapi tahukah Anda, jika fenomena ini sebenarnya memiliki penjelasan ilmiah?
Dalam istilah ilmiah, fenomena ini disebut dengan istilah 'doppelganger'.
Dikutip dari Wikipedia, doppelganger secara harfiah berarti penampakan dari wajah seseorang yang masih hidup.
Istilah ini berasal dari Jerman, doppel (ganda) dan ganger (pejalan).
Jadi bisa diartikan sebagai kembaran diri yang berjalan.
Dari sisi sains, teori yang paling memungkinkan adalah kemiripan instruksi gen.
Gen manusia memang hampir mirip satu sama lain, dimana yang menjadi pembeda utama adalah instruksi yang diberikan oleh gen tersebut untuk membuat kontur wajah seseorang.
Meski kemungkinannya ada banyak, kita juga tidak boleh lupa bahwa populasi manusia di dunia sendiri sudah melebihi angka 7 miliar
Diantara mereka akan ada 7 atau 9 yang mirip dengan kita.
Sehingga bukan hal yang tidak mungkin jika kita bisa menemukan orang lain yang tidak punya hubungan darah, namun wajahnya mirip dengan kita.
Meskipun memang kemungkinan untuk itu kecil.
Fakta lainnya, ternyata fenomena doppelganger ini pernah dialami oleh sejumlah orang.
Salah satunya adalah Max, mahasiswa dari Philadelphia.
Ia menjalani hidupnya sebagai mahasiswa biasa hingga suatu hari ia melihat lukisan lelaki dimana wajah lelaki tersebut nampak mirip dengan wajahnya.
Belakangan baru diketahui bahwa lukisan tersebut memiliki nama “Potrait of a Nobleman With Dueling Gauntlet” dan berasal dari tahun 1562 di Italia.
Max sendiri tidak pernah menjadi model
Penjelasan lain tentang doppelganger dikemukakan oleh Dr Peter Brugger dari Zurich University Hospital.
Dia memberi contoh pada pemaparan seorang pasien amputasi yang bisa merasakan kembali anggota badan yang telah hilang.
Dia menyangkutpautkannya pada kasus doppelganger yang terjadi karena syaraf seseorang mengalami goncangan sehingga memunculkan perwakilan diri yang hidup.
Ini terjadi bagi mereka yang sedang mengalami stress, kesepian atau ketika otak mengalami luka atau tumor.
Selain Dr. Brugger, penjelasan ilmiah lainnya muncul pada 2006 oleh Shahar Arzy dan temannya di University Hospital, Jenewa, Swiss.
Keduanya memasukkan stimulasi elektromagnetik yang bernama Temporoparietal Junction (TPJ) di otak kiri sang pasien dan si pasien mengaku merasakan kehadiran orang lain di tempat itu.
Percobaan ini membuat mereka yakin kalau doppleganger terjadi karena kerusakan otak.
Dalam kasus yang lebih sederhana, bisa dikatakan bahwa kita bisa mengalami Doppelganger Syndrom jika psikis kita sedang dalam keadaan yang rentan.(*)