Sejak Kecil Didoktrin Jadi Penerus Mebel Jokowi, Kaesang: Wajib Bantu Ortu tapi Minta Bayaran Bapak
"Saya wajib membantu ortu tapi juga minta bayaran ke bapak," cerita Kaesang
"Kalau kerja ogah-ogahan maka perusahaan akan gitu-gitu aja," paparnya.
Ia mencontohkan usaha rintisannya yang masih kecil.
Seperti Sang Pisang yang harus keluar terus. Begitu juga pengorbanan dari kuliahnya.
"Tapi seiring waktu, apa yang kita korbankan bisa ada hasilnya. Membangun perusahaan itu sulit," paparnya.
Ia mencontohkan Ari, Managing Director Sang Pisang yang awalnya harus mengangkut pisang sendiri, tepung, toping.
Semua dilakukan sendiri. Tapi semua dilalui karena ada prosesnya.
Baca: Setuju Aman Abdurrahman Dihukum Mati, Korban Bom Thamrin Ceritakan Bagaimana Penderitaannya
"Perusahaan tidak ada yang instan. Bahkan dalam wirausaha tidak ada jaminan 100 persen berhasil," kata dia.
Dari acara itu, ada beberapa mahasiswa menanyakan kepadanya misalkan apakah penerima pegawai difabel.
Ini ditanyakan Ifa, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya UB yang tuna rungu.
"Kalau di cabang Malang belum. Di Bali sudah ada karena ada yang melamar. Kami tidak mencari seperti ini itu. Namun mencari yang sesuai kualifikasi," jelas Kaesang.
Dikatakan Kaesang, karena ia masih kuliah, maka usahanya juga dibantu teman-temannya sehingga roda usaha tetap berjalan. (Sylvianita Widyawati)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul "Kaesang Pangarep Berbagi Kisah Menjadi Wrausahawan : Dulu Sering Minta Bayaran ke Bapak"