Virus Corona Wonogiri
Perantau Jakarta Berbondong-bondong ke Wonogiri Gegara Corona, Pemkab Siagakan Paramedis di Terminal
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri bersiaga menghadapi arus mudik dini yang terjadi di Terminal Induk Tipe A Giri Adipura Wonogiri.
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri
TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri bersiaga menghadapi arus mudik dini yang terjadi di Terminal Induk Tipe A Giri Adipura Wonogiri.
Dari tanggal 15 sampai 26 Maret 2020, tercatat sudah ada 20.245 pemudik yang tiba di Terminal Induk Tipe A Giri Adipura Wonogiri.
• Bupati Jekek Akui Warga Perantauan di Jakarta Pilih Pulang Kampung ke Wonogiri karena Imbas Corona
Bupati Wonogiri, Joko Sutopo mengatakan pihaknya telah menyiagakan segala SDM yang dimiliki Pemkab Wonogiri untuk menghadapi arus mudik dini ini.
Termasuk menyiagakan tim paramedis untuk memeriksa pemudik di Terminal Induk Tipe A Giri Adipura Wonogiri.
"Di Terminal ada 5 sampai 7 petugas paramedis yang memantau setiap pemudik yang tiba, dan terus dipantau oleh tim dokter senior," kata Bupati kepada TribunSolo.com, Jumat (27/3/2020).
• Meski Tak Melarang, Wali Kota Solo Rudy Imbau Perantau Tak Mudik saat Pandemi Corona
Selain itu, SOP kesehatan juga diterapkan di Terminal Induk Tipe A Giri Adipura Wonogiri.
Penumbang wajib melalui tes suhu tubuh dan menggunakan hand sanitizer.
Selain itu, manajemen Terminal Induk Tipe A Giri Adipura Wonogiri juga menyiapkan sebuah bilik penyemprotan disinfektan ke penumpang.
Jekek sapaan akrab Joko Sutopo mengimbau, para pemudik ini diminta melakukan mitigasi diri, mendeteksi diri, dan melakukan upaya pencegahan lainnya.
• Pemkab Wonogiri Kesulitan Lakukan Tracking Sopir Bus yang Positif Corona
"Jika mengalami demam atau gejala yang mengarah pada indikasi Covid-19, maka akan diminta untuk memeriksakan diri puskesmas setempat," ucapnya.
Jekek menambahkan, arus mudik dini yang terjadi ini akibat imbas dari status darurat nasional yang dikeluarkan pemerintah pusat.
Ditambah dengan banyaknya kasus ODP maupun PDP yang ada di Jakarta dan sekitarnya.
"Hal ini menimbulkan kepanikan, dan opsinya warga kami yang ada di Jakarta memilih menghindar dan kembali pulang," tandasnya. (*)