Kisah 8 Pemuda Aceh yang Isolasi Diri di Hutan Setelah Pulang dari Jakarta
Parapemuda itu berangkat dari Jakarta pada 30 Maret 2020 setelah tempat kerja mereka ditutup sementara selama pandemi corona.
TRIBUNSOLO.COM - Delapan pemuda di Kabupaten Aceh Besar tidur di hutan menggunakan tenda untuk mengisolasi diri setelah pulang dari Jakarta.
Mereka tidur di hutan Desa Jali, Kecamatan Kota Jhantoe selama 14 hari.
Parapemuda itu berangkat dari Jakarta pada 30 Maret 2020 setelah tempat kerja mereka ditutup sementara selama pandemi corona.
Sebelum tiba di kampung halaman, orangtua mereka yang sebagian besar adalah perangkat desa melapor ke pihak kecamatan karena status anakanya adalah ODP.
• Fakta Dibalik Video Paket Data Telkomsel 30 GB Rp 10, Hanya untuk Aplikasi CloudX
• Taiwan, Negara Non-Anggota WHO yang Berhasil Atasi Corona: Belajar dari Pengalaman SARS
• Update Corona Solo 5 April 2020 : Dalam Tiga Hari Terakhir, Angka Tambahan PDP Sembuh di Solo Stabil
Ada 11 orang yang pulang. Namun hanya delapan orang yang menginap di tenda karena tiga orang dijemput keluarganya untuk karantina mandiri di rumahnya.
Awalnya para pemuda itu berencana tinggal di sebuah rumah yang jauh dari pemukiman penduduk. Namun ternyata rumah tersebut tak layak huni.
Mereka pun memilih tinggal di lokasi hutan desa dekat sungai dengan mendirikan tenda.
“Awalnya diusulkan ada rumah yang jauh dari pemukiman penduduk untuk dijadikan tempat karantina mandiri, tapi karena kondisi rumah sudah lama tak digunakan sehingga tidak jadi di rumah dan mereka pindah ke lokasi yang dekat dengan sungai,” kata Husaini BA, Camat Kota Janthoe, Kabupaten Aceh Besar saat dihubungi Kompas.com, Minggu (5/4/2020).
Isolasi enam hari dan kondisinya sehat
Minggu (5/4/2020) adalah hari keenam mereka isolasi diri di hutan dan tidur di dalam tenda. Kondisi mereka sehat dan bisa beraktivitas seperti biasa.
Dua unit tenda pramuka lengkap dengan tempat tidur disediakan oleh pihak kecamatan. Selain itu orangtua mereka juga menyediakan genset.
Satu tenda untuk tidur dan satu tenda digunakan oleh orangtua yang mengawasi mereka secara bergantian.
“Dua tenda pramuka yang ada di kantor saya pinjamkan, kemudian untuk penerangan orang tua mereka menyiapkan genset, satu tenda untuk orangtua mereka yang mengawasi secara bergantian setiap hari,” katanya.
Menurut Camat Kota Janthoe, orangtua rutin melaporkan kondisi anak-anaknya ke petugas kesehatan.
Bahkan ia menyebut jika para pemuda tersebut menikmati karantina mandiri di hutan tepi sungai layaknya berkemah.