Makna Coretan FTP dan BLM yang Sering Terlihat di Aksi Demo George Floyd, Ternyata ini Artinya
Makna Coretan FTP dan BLM yang Sering Terlihat di Aksi Demo George Floyd, Ternyata Ini Artinya
Polisi berusia 44 tahun itu diawasi oleh monitor CCTV selama 24 jam penuh.
Setiap 15 menit, petugas keamanan melihat langsung kondisi Chauvin di sel di mana dia ditempatkan.
Upaya ini disebut untuk mencegah kemungkinan Chauvin mengalami depresi, kemudian bunuh diri.
TMZ melaporkan, di dalam penjara itu Chauvin diperlakukan seperti narapidana umumnya, termasuk memakai seragam tahanan.
Di dalam sel tahanan, hanya ada buku, pensil, dan kertas, sebagai benda yang bisa diakses oleh Chauvin.
Chauvin, didakwa melakukan pembunuhan langsung.
Uang jaminan yang didakwakan kepadanya sebesar 500 ribu dolar AS atau sekitar Rp 7,3 miliar.
Diberitakan sebelumnya, George Floyd meninggal dunia setelah lehernya ditekan selama 8 menit oleh Derek Chauvin yang saat itu masih menjabat sebagai polisi di Minneapolis, AS.
George Floyd diduga menggunakan uang palsu saat berbelanja, kemudian dia dibekuk di tanah dengan tangan diborgol ke belakang.
Aksi seorang warga melawan sejumlah polisid alam kerusuhan rasial dipicu kematian George Floyd di Amerika Serikat. (AP via dailymail.co.uk)
Kronologi Kejadian
Insiden ini terjadi pada 25 Mei lalu, saat pria Afrika-Amerika George Floyd ke sebuah toko untuk membeli sesuatu.
Dilansir NBC News, George Floyd diduga membayar dengan uang 20 dollar palsu.
George kemudian masuk ke mobil.
Polisi kemudian datang dan George diminta keluar dari mobil dan langsung diborgol.
Menurut Insider, rekaman CCTV di restoran sekitar menunjukkan George Floyd sebenarnya tidak berontak saat ditahan polisi.
Namun, seorang polisi bernama Derek Chauvin langsung membekuk George dengan cara yang tak manusiawi.
Saat lehernya ditindih, George Floyd terdengar merintih dan terus berkata "Saya tak bisa bernapas, Pak Polisi."
Setelah ditindih seperti itu selama sekitar 8 menit, George Floyd kemudian tak bergerak lagi.
Ia dibawa ke rumah sakit dengan ambulans, tapi dinyatakan meninggal dunia tak lama kemudian.
Tim pemadam kebakaran Minneapolis menyebut, denyut nadi George Floyd sudah tak ada saat ia diangkat masuk ke dalam ambulans.
Pemeriksa medis mengatakan, mereka akan segera merilis hasil autopsi George.
Polisi yang Terlibat Tewasnya George Floyd Rupanya Punya Catatan Buruk, Sering Bertindak Semena-mena
Dua petugas yang terlibat tewasnya George Floyd rupanya telah menerima serangkaian pengaduan dari publik.
Selain Derek Chauvin, ada pula polisi berkebangsaan Asia bernama Tou Thao.
Meski keduanya kerap menerima aduan publik, namun sebagian besar keluhan itu tidak ditanggapi lebih lanjut.
Derek Chauvin: 17 keluhan
Menurut SCMP, Derek Chauvin (44) adalah veteran yang telah bekerja selama 19 tahun.
Tercatat ada sejumlah insiden yang mencakup tiga insiden penembakan (satu fatal) dan 17 keluhan.
Sebanyak 16 dari pengaduan itu ditutup tanpa tindakan apa-apa.
Pada 2006, Derek dan 5 petugas lainnya bekerja sambilan sebagai penjaga di sebuah klub Latin.
Di sana, mereka mengejar terduga pelaku penusukan.
Ketika terduga pelaku itu mengarahkan senapannya ke arah polisi, Derek dan petugas lainnya langsung menembaknya beberapa kali.
Tersangka meninggal setelah menerima beberapa tembakan.
Pada 2008, Derek menangani kasus kekerasan dalam rumah tangga.
Ketika ia tiba, pelaku telah mengunci dirinya ke kamar mandi tetapi Derek memaksa masuk.
Pelaku berkelut dengan Derek dan mencoba mengambil pistol polisi.
Derek mendapatkan pistolnya terlebih dahulu dan menembak pelaku dua kali.
Pada 2011, Derek mengejar seorang pria Amerika asli di sebuah kompleks perumahan setelah mereka melihatnya berlari dengan pistol.
Salah satu petugas menembak pria itu tetapi pria itu selamat.
Menurut Daily Beast, Derek dan petugas lainnya juga mengejar sebuah mobil pada 2005 yang kemudian menabrak dan membunuh tiga orang.
Tou Thao: 6 Keluhan
Tou Thao memulai kariernya di bidang penegakan hukum sebagai petugas layanan masyarakat.
Ia masuk akademi polisi pada 2009 dan diberhentikan setahun kemudian.
Pada 2012, ia kembali ke departemen.
Enam pengaduan telah diajukan kepadanya, tapi lima di antaranya ditutup tanpa ada tindak lanjut.
Pada pagi hari tanggal 7 Oktober 2014, pria bernama Lamar Ferguson sedang berjalan pulang dengan pacarnya yang sedang hamil 8 bulan.
Mereka tiba-tiba dihentikan oleh dua petugas, salah satunya adalah Tou Thao.
Kedua petugas mulai memeriksa pasangan itu tanpa penjelasan.
Tou kemudian mengatakan, ada surat perintah penangkapan Lamar (yang ternyata tidak ada) lalu memborgolnya.
Sambil menginterogasi Lamar, Tou menjatuhkan Lamar ke tanah dan mulai meninju dan menendangnya.
Sementara petugas lainnya menendang wajah Lamar.
Lamar dibawa ke rumah sakit untuk perawatan medis.
Tapi ketika ia dipulangkan dari rumah sakit, kedua petugas polisi itu tidak mengizinkan Lamar berpakaian.
Mereka mempermalukan Lamar dengan membawanya ke penjara hanya dengan kaus dan celana dalamnya.
Kasus ini diselesaikan di pengadilan pada tahun 2017 dengan Lamar mendapat kompensasi 25.000 dolat AS (Rp366 miliar). (*)
Kerusuhan ini dipicu oleh tewasnya George Floyd, seorang pria kulit hitam yang meninggal setelah penangkapan brutal oleh seorang polisi berkulit putih bernama Derek Chauvin.
• Derek Chauvin, Polisi Pembunuh George Floyd Diawasi 24 Jam di Sel Isolasi, Dikhawatirkan Bunuh Diri
• Kakak George Floyd Ungkap Ulah Menyakitkan dari Donald Trump Saat Sampaikan Telepon Duka Cita
Dari sejumlah foto itu, seringkali terlihat tulisan-tulisan grafiti bertuliskan ACAB dan 1312.