Solo KLB Corona
Corona Bikin Merana, Penabuh Gamelan Tuna Netra di Karaton Solo Menganggur, Hanya Andalkan Bantuan
Lantaran pandemi Corona, Sukarno harus menerima nasib dirinya tak bisa lagi berlatih di Keraton Kasunanan Solo.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
lihat foto
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Rumah mungil berukuran 4 meter x 4 meter di RT 003 RW 001, Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo tampak sunyi.
Rumah itu terbagi menjadi 4 ruang tersekat dengan triplek berwarna putih dan telah berubin.
Hanya ada ruang tamu, dapur, ruang tidur, dan ruang untuk ganti pakaian.
Ruang tamunya pun hanya bisa memuat 4 orang tamu.
Selain itu, rumah itu hanya dihuni seorang pengrawit atau penabuh gamelan Keraton Kasunanan Solo, Raden Tumenggung Sukarno Pandyodipuro (72) bersama istrinya.
• Jambret Babak Belur Dihajar Massa di Solo, Ingin Kabur Nyangkut Pohon, Barang Bukti Dibuang ke Kali
• Warga Klaten Nekat Temui Baim di Jakarta,Sempat Tak Izinkan Istri, Khawatir Terjadi Apa-apa di Jalan
Mata Sukarno, sapaan akrabnya, tak bisa melihat sejak kecil.
Ia hanya mengandalkan rabaan tangannya untuk berpindah dari satu ruang ke ruang yang lain.
Sukarno sudah menempati rumah mungil itu sejak tahun 1980.
Tepatnya, sejak dirinya mulai menjadi penabuh gamelan bagi Keraton Kasunanan Solo.
"Awalnya saya membantu latihan di Balai Agung, zaman dulu, tempat itu menjadi tempat pelatihan dalang," tutur Sukarno kepada TribunSolo.com, Kamis (2/7/2020).
Kemudian, salah seorang guru pedalangan di sana menawarkan Sukarno untuk menjadi abdi dalem keraton.
"Saya kemudian suruh buat surat lamaran, lalu saya diminta magang jadi penabuh gamelan tahun 1980," jelas Sukarno.
"Satu tahun kemudian, tepatnya 1981, saya resmi menjadi abdi dalem," tambahnya.
Sukarno saat itu menjadi pemain alat musik kenong sebelum akhirnya kini didapuk jadi penabuh kendang.
