Berita Solo Terbaru
Kisah Sedih Sukarno Abdi Dalem Keraton Solo : Corona Putus Penghasilan, Makan Pun Andalkan Bantuan
Kisah Sedih Abdi Dalem Keraton Solo : Gaji Sebulan 175 Ribu, Tinggal di Rumah Petak 4x4 Meter
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Aji Bramastra
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Membayangkan keraton, orang biasanya akan membayangkan soal sakral dan kemewahan.
Tapi, kehidupan sejumlah abdi dalem keraton rupanya berkebalikan dengan bayangan itu.
• Curhat Kakek Penabuh Gamelan Tuna Netra Solo yang Menganggur Karena Corona: Sudah Bekerja 32 Tahun
• Kisah Keraton Kartasura : Saksi Bisu Perang Saudara nan Brutal, Pecahnya Mataram Jadi Jogja dan Solo
Beberapa dari mereka, hidup di bawah garis kemiskinan.
Kehidupan Sukarno, abdi dalem di Keraton Solo, jadi salah satu contoh nyata.
Raden Tumenggung Sukarno Pandyodipuro (72) namanya.
Sukarno, sang pengrawit (pemain gamelan) tuna netra Keraton Kasunanan Solo, kini harus menghadapi nasib menganggur akibat pandemi Corona.
Ya, pekerjaan yang digelutinya selama 32 tahun harus terhenti sementara waktu akibat wabah itu.
"Sekarang saya menganggur, hanya mengandalkan bantuan-bantuan tetangga sama pemerintah," tutur Sukarno kepada TribunSolo.com, Kamis (2/7/2020).
Sukarno mengungkapkan kecintaannya dengan gamelan dimulai sejak kecil.
Itu lantaran sang ayah senang bersenandung tembang-tembang jawa sebagai lagu pelelap tidurnya.
Dandanggulo, Pangkur, dan Kinanthi menjadi beberapa tembang yang disenandungkan.
"Saya juga senang dengarkan lagu Gambang Suling dan Suwe Ora Jamu, tapi saat itu saya tidak tahu not-notnya, pada saat sekolah saya baru tahu itu," ujarnya.
Sukarno masuk ke sekolah luar biasa pada usia 10 tahun di Klaten pada tahun 1958.
Ia pun harus meninggalkan rumah keluarga di Kampung Singosaren, Kelurahan Kemlayan, Kota Solo dan membuatnya tinggal di asrama sekolah.