Perebutan Tahta Keraton Solo
Kisruh Suksesi Keraton Solo: Jumenengan PB XIV Purbaya Digelar Tanpa Tarian Sakral Bedhaya Ketawang
Ada yang berbeda dari Jumenengan Pakubuwono XIV Purbaya. Momen itu tarian sakral Bedhaya Ketawang dipastikan tidak akan ditampilkan.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ryantono Puji Santoso
Ringkasan Berita:
- Jumenengan Pakubuwono XIV Purbaya digelar Sabtu (14/11/2025), namun tarian sakral Bedhaya Ketawang ditiadakan karena Keraton Surakarta masih berkabung.
- Pembunyian gamelan tetap dilakukan di luar kedhaton, sementara ritual khusus di dalam kedaton dilarang selama masa berkabung.
- Prosesi adat dimulai di Probosuyoso, dilanjutkan menuju Siti Hinggil untuk ikrar, sebelum kirab dengan kereta kencana.
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Jumenengan Pakubuwono XIV Purbaya akan digelar pada Sabtu (14/11/2025).
Namun, tarian sakral Bedhaya Ketawang dipastikan tidak akan ditampilkan.
Putri tertua Sinuhun Pakubuwono XIII, GKR Timoer Rumbaikusuma Dewayani, menjelaskan bahwa hal tersebut karena Keraton Kasunanan Surakarta masih dalam masa berkabung.
“Bedhaya Ketawang itu tarian yang memerlukan ritual khusus. Pasti ada ceremony. Kami masih berkabung, jadi memang tidak diadakan. Itu kan di dalam kedaton,” ungkap GKR yang mengenakan busana batik hijau saat diwawancarai TribunSolo.com pada Jumat (14/11/2025).
Meski demikian, pembunyian gamelan tetap dilakukan di luar kedhaton.
Baca juga: Dinobatkan Jadi Pakubuwono XIV, KGPH Hangabehi Jumatan di Masjid Agung Solo, Syarat Naik Tahta?
Yang dilarang hanya pembunyian gamelan di dalam kedhaton.
“Di luar kedhaton, gamelan munggang itu diperlukan untuk acara di luar. Bedhaya Ketawang biasanya ditarikan saat tingalan dalem jumenengan, peringatan kenaikan tahta,” tuturnya.
Sinuhun Pakubuwono XIV Purbaya akan menjalani prosesi adat di Probosuyoso sebelum berjalan menuju Siti Hinggil.
Di sana akan dilakukan pembacaan ikrar, lalu dilanjutkan dengan kirab.
“Nanti Sinuhun akan melakukan prosesi adat di Probosuyoso. Setelah itu jalan ke Kamandungan menuju Siti Hinggil. Di situ beliau akan bersabda atau berikrar menyatakan lingsir keprabon. Duduk sebentar di dampar, baru kemudian berjalan dengan kereta kencana,” terangnya.
LDA Tolak Hadir di Jumenengan
Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) yang juga adik Pakubuwono XIII, GRAy Koes Murtiyah Wandansari atau Gusti Moeng tak akan menghadiri jumenengan KGPAA Hamengkunegoro.
Gusti Moeng mengatakan, prosesi adat tersebut akan dibiarkan berjalan meski dinilai tidak sah.
“Biar saja dia mau jalan (Jumenengan). Tidak mungkin, kita tidak akan menghadiri,” jelasnya.
Dia mengatakan, dalam penobatan raja, harus melibatkan Panembahan Agung Tedjowulan yang bertindak sebagai sesepuh.
Baca juga: Kisruh Suksesi Keraton Solo, Maha Menteri Tedjowulan Bungkam Usai Hadiri Penobatan KGPH Hangabehi
KGPH Hangabehi
KGPAA Hamengkunegoro
Pakubuwono XIV
Keraton Solo
Jumenengan
GKR Timoer
Bedhaya Ketawang
| Tak Hadiri Jumenengan KGPAA Hamengkunegoro di Solo, Tedjowulan Sampai Pergi ke Hong Kong? |
|
|---|
| Dinobatkan Jadi Pakubuwono XIV, KGPH Hangabehi Jumatan di Masjid Agung Solo, Syarat Naik Tahta? |
|
|---|
| Respati Akui Terima Surat Tembusan Raja Ad Interim Keraton Solo, Masih Dipelajari |
|
|---|
| Tedjowulan Kecewa 2 Kubu Sudah Berebut Tahta Raja Keraton Solo : Belum 40 Hari, Kenapa Tergesa-gesa? |
|
|---|
| Pengakuan Tedjowulan, Terjebak Penobatan Raja Solo KGPH Hangabehi : Mendadak Diminta Restu Sungkem |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/solo/foto/bank/originals/Bedhaya-Ketawang-tak-bergema.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.