Pilkada Solo 2020
PKS Pernah Mesra dengan Jokowi pada 2010, Tapi Kini Putuskan Tak Dukung Gibran di Pilkada Solo 2020
Kemesraan antara Joko Widodo (Jokowi) dan Partai Keadilan Sejahtara (PKS) sempat terjalin di Pilkada Solo 2010 lalu.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Kemesraan antara Joko Widodo (Jokowi) dan Partai Keadilan Sejahtara (PKS) sempat terjalin di Pilkada Solo 2010 lalu.
Kala itu, PKS ditemani PAN dan PDIP mengusung pasangan Jokowi - Fx Hadi Rudyatmo.
Adapun Jokowi ditantang KPH Eddy Wirabhumi - Supradi Kertamenawi yang diusung Demokrat dan didukung Golkar.
Jokowi - Rudy berhasil keluar sebagai pemenang sesuai nenekuk Eddy - Supradi dengan meraup 90,09 persen suara.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPD PKS Solo, Sugeng Riyanto menyampaikan dukungan kepada Jokowi - Rudy kala itu lantaran pasangan itu dinilai yang lebih bisa membawa Kota Solo menjadi lebih maju.
• Polisi Gelar Rekontruksi Kasus Penyerangan Keluarga Umar Assegaf di Pasar Kliwon Solo Pagi Ini
• Alasan Lengkap PKS hingga Detik Ini Tak Tertarik Gibran Putra Jokowi atau Bajo di Pilkada Solo 2020
"Ada banyak ide yang bisa kita diskusikan lalu dieksekusi oleh beliau dengan tanpa meninggalkan kekritisan teman-teman yang ada di DPRD untuk terus memantau atau mengontrol kebijakan Jokowi," ujar Sugeng dalam Ngaso Ngobrol Sore : Teka-Teki Langkah PKS di Pilkada Solo, Rabu (16/9/2020).
Meski pernah mendukung Jokowi, itu tidak menjamin sang putra sulung Gibran Rakabuming Raka akan mendapatkan hal yang sama di Pilkada Solo 2020.
Itu tidak serta merta karena posisi PKS yang sampai saat ini masih menjadi partai oposisi pemerintah.
Toh, PKS juga berkoalisi dengan PDIP di beberapa daerah di Indonesia.
"Tidak semata mata begitu karena pada saat di pusat itu tidak oposisi pun tidak serta merta di bawah di level kota kita juga ikut-ikutan pusat," tutur Sugeng.
"Dalam dinamika koalisi pun beragam banget. Di Jawa Tengah, misalnya ada PKS yang berkoalisi dengan PDIP ada juga yang face to face dengan PDIP," tambahnya.
Tidak satu visi, ungkap Sugeng, menjadi satu alasan tidak diberikannya dukungan partai besutan Sohibul Iman itu kepada Gibran dan pasangannya, Teguh Prakosa.
Tidak hanya mereka, pasangan Bagyo Wahyono - Fx Supardjo (Bajo) juga tak bisa menarik minat PKS mendukung.
"Sekarang tidak itu sebuah opsi saja ketika reasoning cukup memadai untuk mendukung pasti akan mendukung," ucap Sugeng.
"Tapi untuk kali ini PKS merasa bahwa diantara dua kandidat yang ada sepertinya tidak ada yang membuat PKS mendukung," imbuhnya.
• PKS Tak Bisa Berbuat Apa-apa, Sebut Pilkada Solo 2020 Jadi Fenomena Demokrasi yang Terbajak
• Pilkada Solo 2020, Ketua Tikus Pithi Yakin PKS Tak akan Golput
Sugeng menegaskan PKS bukan partai yang bermuka dua untuk urusan sikap di pesta demokrasi lima tahunan.
"Artinya, begini selama ini PKS itu konsisten. Kalau mendukung ya dukung 100 persen, kalau tidak ya tidak. Konsistensi sikap buat kami menjadi fatsun politik yang harus dipegang," tegas dia.
"Seolah-olah ikut sini ternyata ikut sana kita tidak terbiasa dengan tradisi itu. Kita tidak mau begitu. Kita tidak biasa begitu," tambahnya.
Itu diakui Jokowi kala mendapat dukungan penuh PKS ketika maju sebagai calon Wali Kota Solo dalam Pilkada 2010.
"Pak Jokowi mengadakan sebuah survei dan hasil survei dipaparkan sendiri. Kala itu bilang, pak Sugeng ini kita sudah survei pendukung PKS yang mendukung saya sudah genap," urai Sugeng.
"Artinya diakui komitmen keseriusan kami ketika mendukung. Tapi jangan paksa kami untuk bermuka dua. Kesannya tidak mendukung tetapi di bawah kita minta pendukung PKS ayo dukung saja. Kita tidak terbiasa begitu," tandasnya. (*)