Tips Menentukan Makanan untuk Perkembangan Otak Bayi, Dilakukan Sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan

Ahli Gizi Komunitas Dokter Tan Shot Yen menjelaskan untuk menghindari stunting atau kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak).

Penulis: Naufal Hanif Putra Aji | Editor: Asep Abdullah Rowi
Net
Ilustrasi hamil 

TRIBUNSOLO.COM - Setiap orang tua tentu menginginkan anak punya kecerdasan dalam otaknya.

Namun, terkadang orang tua memberikan perhatian khusus pada anak setelah sang buah hati dilahirkan.

Bahaya Penggunaan Minyak Atsiri yang Harus Diwaspadai, Picu Masalah Kesehatan Kulit

Padahal ternyata dari dalam perut sang ibu, pasangan suami istri sudah harus mempersiapkannya.

Ahli Gizi Komunitas Dokter Tan Shot Yen menjelaskan untuk menghindari stunting atau kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak), perlu dilakukan sejak 1000 hari pertama kehidupan.

"1000 hari ini justru sejak ibunya hamil" tuturnya dalam tayangan Youtube TribunNews, (3/10/2020).

Dokter Tan menjelaskan hal ini karena otak seorang bayi sudah terbentuk sejak sang ibu mengandung Trimester Pertama kehamilan.

"Syaraf dan otak itu organ pertama yang dibentuk" ujarnya.

Ia menyarankan seorang ibu tidak boleh mengalami anemia dan kurang gizi.

"Begitu anak lahir jangan lupa inisiasi menyusu dini karena itu makanan gizi seimbang pertama bagi anak" ujarnya.

Setelah itu dilanjutkan dengan Air Susu Ibu (ASI) ekesklusif selama 6 bulan.

"Setelah 6 bulan baru diberi makanan pendamping ASI" ucapnya.

Makanan pendamping ASI terdapat 4 hal yang perlu diperhatikan yaitu: makanan pokok, protein hewan, protein nabati dan sayur serta buah.

Dokter Tan menyebutkan hal yang perlu ditonjolkan untuk anak dibawah 5 tahun adalah protein hewani.

"Anak tidak cukup diberi bubur susu atau bubur kacang hijau, karena protein hewan untyuk kecerdasan otak, karena zat besinya tinggi" ujarnya.

Kemarin Scuba Kini Jenis Kain, Sebenarnya Masker Apa yang Aman Tangkal Covid-19? Ini Kata Dokter

 Tips Memberikan Makanan Pendamping Asi Kepada Anak : Pakai Prinsip Small, Frequent, Feeding

Ketua Asosiasi Menyusui Indonesia, Nia Umar menjelaskan satu diantara caranya dengan small, frequent, feeding.

"Jadi dikasih makannya sedikit-sedikit porsinya tapi lebih sering, karena ada anak yang tidak bisa langsung dengan porsi besar" ujarnya dalam tayangan Youtube TribunNews (30/9/2020).

Kemudian hal yang sangat perlu diperhatikan adalah tidak boleh membiarkan anak makan sendirian.

"Makan itu kan aktivitas sosial, tidak harus di meja makan yang penting bisa makan bersama dengan keluarga" jelasnya.

Hal ini karena seorang anak belajar makan dengan pola keluarganya, jadi dianjurkan untuk bersama dengan keluarga ketika makan.

 Seluruh Pengurus NasDem Sukoharjo Mengundurkan Diri, Surat Rekomendasi EA Dibacakan Wardoyo  

Pola Makan dan Kondisi Tubuh yang Baik Bagi Ibu yang Menyusui.

Dokter Filsuf dan Ahli Gizi Komunitas, Dr dr Tan Shot Yen, M Hum menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi ibu yang sedang menyusui.

Kini, banyak masyarakat yang menganggap seorang wanita ketika menyusui dan hamil berarti makan untuk 2 orang.

Namun, Dokter Tan menepis soal anggapan di masyarakat tersebut, karena justru memunculkan persepsi seorang ibu menjadi gemuk ketika menyusui.

"Menyusui bukan makan untuk 2 orang, dan menyusui tidak membuat semakin gemuk, justru struktur buah dada menjadi baik." tuturnya.

Dokter Tan juga menjelaskan bagaimana cara agar ASI supaya lancar.

"ASI bisa lancar kalau hormon bahagia terbentuk dengan sempurna, itu bisa terjadi jika ibu menyusui dengan ikhlas" jelasnya.

Ia mengartikan ikhlas disini dengan mengurangi beban seorang istri dengan pekerjaan di rumah.

"Jadi ketika istri bahagia, susu bisa sangat baik keluar" tambahnya.

 KBM Sekolah di Klaten Masih Tiadakan Tatap Muka, Disdik Tunggu Keputusan Lanjutan dari Kemendikbud

Dokter Tan menyarankan ketika menyusui harus rutin, karena jika tidak ASI bisa berhenti.

Untuk jenis makanan, Dokter Tan menjelaskan ketika menyusui makanannya sama saja namun jumlahnya sedikit diperbanyak karena butuh energi saat menyusui.

"Diperbanyak proteinnya, jangan nasi yang diperbanyak" jelasnya.

Selain itu, rehidrasi cairan yang baik juga mempengaruhi produksi yang cukup.

"Jika tidak rehidrasi, nanti air susunya tidak bisa terproduksi dengan baik" ujarnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved