Update Gunung Merapi
Potret Evakuasi Warga Tlogolele di Lereng Merapi : Sempat Menolak, Kini Ramai-ramai ke Pengungsian
Rinciannya per Kamis (12/11/2020), 32 balita dan anak-anak, 25 ibu hamil, 5 ibu hamil, 23 ibu menyusui, dan 4 disabilitas.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Kurang lebih 133 warga Desa Tlogolele di lereng Gunung Merapi sudah dievakuasi ke tempat penampungan pengungsian sementara (TPPS).
Tempat pengungsian tersebut dibuat di RT 1 RW 1, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali yang jaraknya cukup jauh sekitar 9 KM dari lereng.
Mereka yang semula masih kekeh bertahan di rumah, kini merasa tidak nyaman karena aktivitas Merapi terus terjadi dan minta diungsikan.
Sekretaris Desa Tlogolele, Neigen Achtah Nur Edy Saputra mengatakan balita, anak-anak, ibu hamil dan menyusui, serta lansia menjadi yang dominan.
Baca juga: Pengungsi Gunung Merapi & Relawan di Desa Balerante Diswab, Antisipasi Muncul Klaster Pengungsian
Baca juga: Selain Tanggulani Bencana dan Covid-19 di Karanganyar, BPBD Karanganyar Bantu Evakuasi di Merapi
Rinciannya per Kamis (12/11/2020), 32 balita dan anak-anak, 25 lansia, 5 ibu hamil, 23 ibu menyusui, dan 4 disabilitas.
"Mungkin akan ada tambahan jumlah pengungsian. Kami sudah petakan kurang lebih ada 233 warga," kata Neigen kepada TribunSolo.com.
Warga yang dievakuasi berasal dari 4 dusun yang berjarak 3 - 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Keempat dusun tersebut, yakni Dukuh Setabelan, Belang, Gumuk, dan Takeran.
Neigen menuturkan pihaknya telah menyiapkan dua lokasi pengungsian, yakni TPPS dan rumah warga.
Rumah - rumah di sekitaran TPPS akan dimanfaatkan untuk menampung ibu-ibu hamil dan balita.
Itu dilakukan untuk meminimalisir bahaya kesehatan mereka selama mengungsi.
"Kemarin sempat ada balita yang rewel terus saat tinggal sementara di rumah warga," tuturnya.
Balita tersebut, lanjut Neigen, kemudian dipindahkan ke lokasi TPPS dan tidak rewel lagi.
"Soalnya di sini banyak teman," ucap Neigen.
Dari pantauan TribunSolo.com, sejumlah relawan melakukan evakuasi warga Dusun Setabelan sekira pukul 14.58 WIB.
Setidaknya kurang lebih ada 4 mobil berbak terbuka digunakan untuk mengevakuasi warga.
Kelompok rentan menjadi sasaran dalam proses evakuasi tersebut, diantaranya balita, anak-anak, ibu-ibu dan lansia.
Baca juga: Percepat Penyampaian Informasi, BPPTKG Kirim WA & SMS Data Perkembangan Gunung Merapi ke Tiap Kedus
Baca juga: Viral Video Pemuda Bisa Diterima Kerja di Perusahaan Ternama meski IPK-nya Rendah, Begini Kisahnya
Mobil-mobil tersebut sesekali berhenti di depan rumah warga yang meminta diungsikan.
Sejumlah tas dan kain yang berisi keperluan selama mengungsi dibawa mereka.
Anak-anak yang duduk di bak belakang mobil tidak merasa risi. Mereka bahkan mengajak teman-temannya turur ikut mengungsi.
"Wa, Dewa ayo, wa," ucap seorang anak.
Tak berselang lama, temannya itupun turut naik ke mobil. Dengan digendong ia masuk ke bak belakang.
Selama menuju TPPS, anak-anak itu asyik bersendau gurau.
Neigen mengatakan pihaknya tidak mau memaksa warga untuk segera mengungsi ke TPPS.
"Kalau dipaksa mereka hanya akan bertahan 1-2 hari saja, jadi kita ikuti kenyamanan mereka saja," tandasnya.
Aplikasi Pantau Merapi
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) tengah mengembangkan sebuah aplikasi
Aplikasi itu untuk mempercepat sebaran informasi perkembangan kondisi Gunung Merapi.
Hal itu diungkapkan Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaira.
"Kita luncurkan aplikasi broadcast via Whatsapp dan SMS," kata Hanik dalam Obrolan Virtual Erupsi Merapi : Mitigasi & Pandemi, Kamis (12/11/2020).
Penerimanya, para kepala dusun yang ada di lingkar Gunung Merapi.
"Memudahkan informasi, jadi kita memberikan langsung ke kepala dusun," tutur Hanik.
Baca juga: Begini Kerja Petugas BPPTKG Saat Aktivitas Merapi Meningkat, 24 Jam Memelototi Data: Ini Tak Mudah
Baca juga: Antisipasi Gunung Merapi Erupsi, Warga Diminta Kemasi Surat-Surat Berharga Dalam Tas
Baca juga: Satu Desa di Lereng Gunung Merapi Belum Dievakuasi, BPBD Klaten : Kami Menghormati Kearifan Lokal
Baca juga: Panik Dengar Suara Gemuruh, Warga Lereng Gunung Merapi di Boyolali Minta Dievakuasi
Hanik mengimbau masyarakat menuruti perintah pihak berwenang menyusul peningkatan status Gunung Merapi dari waspada jadi siaga.
Itu supaya jumlah korban jiwa akibat erupsi Gunung Merapi bisa ditekan dan tidak sebanyak kejadian tahun 2010.
Ditambah lagi, informasi perkembangan Gunung Merapi saat ini sudah lebih terbuka.
"Ikuti arahan pemerintah," tandasnya.

Penambahan Penguat Sinyal
Pemasangan penguat sinyal kembali dilakukan di Pos Pantau Merapi 149.070 MHz Induk Balerante, Kecamatam Kemalang, Kabupaten Klaten, Jumat (6/11/2020).
Relawan, Agus Sarnyata mengatakan itu dilakukan untuk membantu persebaran informasi di kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi.
Apalagi, status Gunung Merapi saat ini telah meningkat dari waspasa menjadi siaga.
Status tersebut diumumkan Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mulai Kamis (5/11/2020).
"Untuk membantu pemberian informasi kepada warga," kata Agus kepada TribunSolo.com, Sabtu (7/11/2020).
Baca juga: Ada Truk yang Nekad Ambil Pasir saat Merapi Siaga, Kades Balerante Tak Bisa Cegah Karena Hal Ini
Baca juga: Status Merapi Sudah Siaga Tapi Masih Ada Truk Galian Lalu Lalang, Kades Balerante: Ini Dilematis
Baca juga: Siaga Merapi Bikin Pemdes Balerante Sulap Gedung SD Jadi Pengungsian: Petik Pelajaran Kejadian 2010
Baca juga: Merapi Siaga, Sejumlah Objek Wisata KRB di Klaten Pun Tutup, Termasuk Jalur Pendakian Sapu Angin
Dengan dipasangnya penguat sinyal, Agus berharap tidak ada lagi ganguan dalam persebaran informasi.
"Persebarannya juga jadi lebih cepat," ucapnya.
Agus menuturkan kondisi Gunung Merapi sampai saat ini masih fluktuatif.
Guna terus memantau, sejumlah relawan terus berjaga bergiliran 24 jam di Pos Pantau Balerante.
"Malam ada peningkatan terus paginya landai. Ini masih fluktuatif," tuturnya.
Amankan Surat Berharga
Warga di kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi sudah mengemasi surat-surat berharga.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Klatem, Sip Anwar mengatakan itu sudah dikemasi dalam satu tas.
"Dari surat nikah, KTP, ijazah, akte kelahiran, dan BPKB sudah dikemasi," kata Anwar dalam Obrolan Virtual Erupsi Merapi : Mitigasi dan Pandemi, Kamis (12/11/2020).
Selain barang-barang berharga, sejumlah perlengkapan pendukung di lokasi evakuasi juga telah dikemasi.
Baca juga: Grebek Kamar di Sidoarjo, Polisi Temukan 46 Ribu Butir Pil Koplo dan Sabu
Baca juga: Nasib Pemain Persis Solo Setelah Liga Berhenti, Susanto Kini Jualan Bakso Aci untuk Sambung Hidup
Baca juga: Suami Tewas Jadi Korban Tabrak Lari, Istri Ungkap Firasat: Wajahnya Seperti Memantulkan Cahaya
Pakaian ganti menjadi satu yang telah dikemasi.
"Selimut dan kebutuhan yang lain sudah dikemasi dalam tas, sudah disiapkan mana kala terjadi tinggal bawa," tutur Anwar.
Kendaraan yang digunakan evakuasi, sambung Anwar, juga telah disiapkan di rumah-rumah.
"Kendaraan sudah menghadap ke jalan untuk mempermudah evakuasi," ucapnya.
Anwar mengatakan simulasi evakuasi sudah dilakukan di desa-desa yang masuk dalam KRB III Gunung Merapi.
Itu dilakukan supaya warga mengetahui jalur-jalur evakuasi yang dilalui sehingga kepadatan seperti erupsi Gunung Merapi 2010 bisa dihindarkan.
"Jalur evakuasi sudah disepakati bersama-sama," tandasnya. (*)