Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pilkada Sragen 2020

Dua Exit Tol Solo-Ngawi Ada di Wilayah Sragen, Yuni : Akan Jadi Integrasi Kawasan Industri

Calon bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengatakan, kedua exit tol itu harus punya nilai lebih untuk masyarakat Sragen. 

Penulis: Rahmat Jiwandono | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Adi Surya
Tol Trans Jawa ruas Solo-Ngawi yang melintasi sejumlah kabupaten/kota, Minggu (22/12/2019). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Rahmat Jiwandono

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Kabupaten Sragen memiliki dua exit tol yang berada di Pungkruk, Kecamatan Sidoharjo dan Kecamatan Sambungmacan. 

Calon bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengatakan, kedua exit tol itu harus punya nilai lebih untuk masyarakat Sragen. 

Untuk exit tol di Pungkruk, Yuni akan mengubah batas kota Sragen. 

Oleh karenanya, keberadaan exit tol tersebut perlu dimanfaatkan agar berdampak pada ekonomi masyarakat sekitar. 

"Sehingga bagian dari Sragen ini akan menjadi lebih luas dan panjang," paparnya kepada TribunSolo.com, Jumat (27/11/2020). 

Baca juga: Potret Lahan Seluas 1 Meter di Polanharjo Klaten Terdampak Tol Solo-Jogja, Pemilik Rumah Pun Legawa

Baca juga: Uang Ganti Rugi Proyek Tol Solo – Jogja Desa Kahuman Digelontorkan : Paling Tinggi Rp 1,5 Miliar

Sesuai rencana tata ruang Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen, daerah sekitar exit tol itu merupakan zona kawasan perkantoran. 

Menurutnya, jika terpilih menjadi Bupati Sragen, exit tol Sambungmacan bakal terintegrasi dengan kawasan industri. 

"Kami akan kelola exit tol di Sambungmacan karena infrastruktur jalan di sana sudah bagus," katanya. 

Untuk itu, sambung dia, infrastruktur yang ada telah memberi kemudahan akses transportasi maka harus bisa menimbulkan multiplier effect untuk warga sekitar. 

Selain itu, Yuni akan menarik investor supaya berinvestasi di exit tol Sambungmacan, nantinya masyarakat akan bekerja di sana. 

"Dengan sendirinya pertumbuhan ekonomi akan meningkat dan pengangguran berkurang," katanya.

Tol Solo-Jogja

Nasib berbeda harus dialami Darusalam di tengah pembebasan lahan proyek Tol Solo-Jogja. 

Ya, di saat ratusan warga lainnya mendapatkan ganti rugi tol dalam jumlah besar jutaan bahkan miliaran rupiah, tapi tidak dengan bapak 62 tahun itu.

Sosok yang sehari-hari jadi buruh tani itu diperkirakan hanya dapat ganti rugi Rp 600 ribu saja, karena lahan miliknya yang terdampak proyek Tol Trans Jawa hanya 1 meter.

Lahannya yang terdampak yakni di pekarangan samping rumah miliknya di Dukuh Purwogondo RT 001 RW 011, Desa Sidoharjo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten.

Dengan itu, maka dia dipastikan yang paling kecil dan paling sedikit mendapatkan ganti rugi dari pemerintah pusat tersebut.

Meski tanahnya yang miliki hanya terdampak satu meter, Darusalam mengaku ikhlas dan mendukung pembangunan proyek tol yang melintasi halaman samping rumahnya.

Baca juga: Uang Ganti Rugi Proyek Tol Solo – Jogja Desa Kahuman Digelontorkan : Paling Tinggi Rp 1,5 Miliar

Baca juga: Harga Tanah Terdampak Tol Solo – Jogja Cuma Rp 600 Ribu per Meter, Warga Desa Kahuman Klaten Kecewa

"Iya, tanah saya kena hanya satu meter, saya sudah diberitahu oleh pemerintah desa beberapa waktu lalu," jelasnya kepada TribunSolo.com, Rabu (25/11/2020).

"Katanya dari pantauan satelit pekarangan rumah saya kena tol," ujarnya menekankan. 

Oleh karena itu, dirinya tetap memastikan masih bisa tinggal di rumah meski nantinya akan berdampingan dengan Tol Solo-Jogja.

"Itu kan tanah saya kena patok merah atau sayap jalan, jadi saya masih bisa tinggal, meski nanti akan mendengar mobil lalu-lalang setiap waktu," paparnya.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani ini, menambahkan, uang ganti rugi dari tanah miliknya yang terdampak tol Solo-Jogja seluas semeter itu akan ia simpan untuk tabungan.

"Nanti kalau sudah cair, uangnya disimpan dulu buat tabungan," imbuhnya.

Selain dirinya, ada seratusan bidang tanah di Desa Sidoharjo akan mendapatkan ganti rugi untuk proyek jalan Tol Solo-Jogja.

Harga Selisih Rp 200 Ribu Per Meter

Kepala desa (Kades) Sidoharjo, Tri Manto mengatakan jika di desa yang ia pimpin terdapat sekitar 100 bidang tanah milik dari 84 warga desa.

Bidang tanah tersebut tersebar dalam berbagai aset di atasnya, mulai dari sawah hingga rumah.

"Di sini, awalnya ada 84 bidang tanah yang terdampak pembangunan tol, tapi kemudian ada penambahan sedikit-sedikit hingga totalnya menjadi 100 bidang," ujarnya.

Ia mengaku, mayoritas masyarakat yang tanahnya terdampak jalan tol sepakat dengan penawaran ganti rugi.

Ia menambahkan penawaran ganti rugi tersebut telah disampaikan oleh panitia pengadaan tanah proyek jalan tol itu.

Baca juga: Daftar 10 Desa Pertama di Klaten, yang Akan Diguyur Ganti Rugi Lahan Terdampak Proyek Tol Solo-Jogja

Baca juga: Kisah Founder Ponpes Aitam Colomadu : Rela Kena Tol Solo-Jogja Demi Kepentingan Umum, Legawa Pindah

"Mayoritas warga setuju, Insyallah setuju semua, karena itu kan program pemerintah, mau nggak mau ya dia yang rugi," ucapnya.

Menurutnya, harga tanah yang ditawarkan oleh panitia pengadaan tanah proyek jalan tol juga sudah cukup tinggi.

Hal tersebut ia membandingkan harga tanah pasaran normal di desa tersebut dengan tawaran saat ini hanya selisih Rp 200 ribu per meter.

"Di sini biasanya harga tanah sekitar Rp 400 ribu, kalau untuk tol dihargai sekitar Rp 600 ribu per meter, malah untung juga," akunya.

Menurutnya masyarakat masih diuntungkan dengan pembayaran ganti rugi ini.

Ia menambahkan dengan ganti rugi tersebut masyarakat masih bisa membeli sawah lagi.

"Dengan ini malah masyarakat malah untung, paling tidak, bisa membeli sawah lagi, jadi masyarakat mayoritas sepakat," jawabnya.

Lalu, lanjut Tri Manto, untuk tanah yang aset di atasnya, dihargai lebih tinggi dari harga tanah kosong.

Dia menjelaskan, harga tanah yang diatasnya berupa bangunan serta berada di dekat jalan kota/kabupaten yang dihargai Rp 1 juta permeternya.

"Iya, kalau tanah yang ada bangunannya beda lagi harganya, isarannya Rp 1 juta permeter," tambahnya. 

Puluhan Desa di Klaten

Sebelumnya, Pemerintah merilis daftar desa dan kecamatan di Kabupaten Klaten yang bakal tergusur proyek jalan Tol Solo-Jogja.

Terdapat 50 desa di 11 kecamatan yang terdampak Proyek Strategis Nasional (PSN) Tol Solo-Jogja.

Hal itu tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Gubenur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo bernomor 590/48 tahun 2020 tanggal 15 September 2020 tentang Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Tol Solo-Jogja di Klaten.

Total luas yang terdampak di Kabupaten Klaten seluas 3.775.217 meter persegi.

Berikut ini daftar 50 desa di 11 kecamatan yang terdampak Tol Solo-Jogja :

1. Kecamatan Delanggu

  • Desa Mendak
  • Desa Sidomulyo

2. Kecamatan Polanharjo

  • Desa Kranggan
  • Desa Sidoharjo
  • Desa Keprabon
  • Desa Polan
  • Desa Kahuman
  • Desa Kapungan
  • Desa Glagahwangi
3. Kecamatan Ceper
  • Desa Kuncen

4. Kecamatan Klaten Utara

  • Kelurahan Barenglor
  • Kelurahan Gergunung
  • Desa Jebugan

5. Kecamatan Karanganom

  • Desa Ngabeyan
  • Desa Brangkal
  • Desa Beku
  • Desa Tarubasan
  • Desa Jungkare
  • Desa Kadirejo

6. Kecamatan Ngawen

  • Desa Kwaren
  • Desa Majungan
  • Desa Pepe
  • Desa Tempursari
  • Desa Kahuman
  • Desa Ngawen
  • Desa Senden
  • Desa Gatak
  • Desa Duwet

Baca juga: Update Proyek Tol Solo-Jogja Telah Masuki Identifikasi Lahan, Segera Diadakan Negosiasi dengan Warga

Baca juga: Proyek Tol Solo-Jogja, BPN Klaten Targetkan Identifikasi & Inventarisasi Tanah Kelar 30 Hari Kerja

7. Kecamatan Kebonarum

  • Desa Malangjiwan
  • Desa Karangduren
  • Desa Mendem

8. Kecamatan Karangnongko

  • Desa Karangnongko
  • Desa Demakijo
  • Desa Jagalan
  • Desa Gumul

9. Kecamatan Jogonalan

  • Desa Tambakan
  • Desa Tangkisan
  • Desa Prawatan
  • Desa Somopuro
  • Desa Joton
  • Desa Wonoboyo
  • Desa Granting
  • Desa Dompyongan

10. Kecamatan Manisrenggo

  • Desa Borangan
  • Desa Barukan
  • Desa Nangsri
  • Desa Taskombang

11. Kecamatan Prambanan

  • Desa Joho
  • Desa Kebondalem Lor
  • Desa Kokosan

Dari 11 Kecamatan yang terdampak, Kecamatan Ngawen menjadi wilayah terdampak paling banyak meliputi 9 desa.

Sedangkan Kecamatan Ceper menjadi wilayah terkecil terdampak yakni desa Kuncen, disusul Kecamatan Delanggu dengan desa terdampak dua wilayah yakni Sidomulyo dan Mendak. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved