Update Gunung Merapi
Sampai Hari Ini, Warga Satu Desa di Klaten Belum Mau Mengungsi, Padahal Berjarak 5 Km dari Merapi
Di Klaten sudah ada dua desa yakni Desa Tegalmulyo dan Desa Balerante yang ikut untuk mengungsi di tempat yang disediakan Pemerintah Klaten.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Ryantono Puji Santoso
Namun, mereka tetap saja kewalahan lantaran warga saat itu tidak begitu antusias.
Untuk koordinasi pendampingan warga, bangunan joglo yang berada di kompleks rumah Agus dimanfaatkan.
Baca juga: Salurkan Bantuan Rp 1 Miliar ke Pengungsian Merapi, Doni Monardo : Jangan Sampai Tertular Covid-19
Baca juga: Gunung Merapi Berstatus Siaga, Doni Monardo : Informasi Perkembangan Hanya Disampaikan BPPTKG
Seiring berjalannya waktu, pendampingan tersebut menarik minat warga luar Dusun Gondang.
Minat itu muncul seusai mereka mendengar langsung penyebaran informasi melalui frekuensi HT di 149.070 MHz.
Warga luar Dusun Gondang kemudian silih berganti datang melihat kondisi Pos Pantauan Merapi Induk Balerante yang saat itu masih tampak sederhana.
Jumlah orang yang membantu pemantauan Gunung Merapi dan pendampingan warga perlahan bertambah.
Runtuhnya Geger Boyo sekira Juni 2006 menjadi momen warga mulai memahami pentingnya informasi perkembangan aktivitas Gunung Merapi.
Saat mengetahui Geger Boyo runtuh, Agus cs langsung menginformasikan ke warga terdekat dengan puncak Gunung Merapi untuk mengungsi.
Warga kemudian mengungsi termasuk dari Dusun Gondang. Jumlah korban dapat diminimalisir pada waktu itu.
Pos Pemantauan Terbakar
Tahun 2008, pralatan di Pos Pantauan Merapi Induk Balerante diperbarui.
Agus cs mendapat bantuan perlatan pemantauan, termasuk komputer dari sejumlah instansi.
Bantuan peralatan pemantauan sangat membantu mereka ketika memantau aktivitas Gunung Merapi.
Tak terkecuali, saat erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010.
Status kebencanaan Gunung Merapi awas kemudian diberlakukan hingga 5 November 2010.