Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sukoharjo Terbaru

Harap Bersabar : Bukan Warga Biasa, Penerima Pertama Vaksin Corona di Sukoharjo Adalah 6.898 Nakes

Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo menyiapakan 6 ribu lebih kuota vaksin Covuid-19 untuk tenaga kesehatan (nakes).

Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Asep Abdullah Rowi
TRIBUN/BIRO PERS/MUCHLIS Jr
ILUSTRASI : Vaksin Covid-19 buatan Sinovac tiba di Kantor Pusat Bio Farma, Bandung, Senin (7/12/2020). Vaksin asal Cina tersebut tiba di Indonesia melalui terminal cargo Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Minggu (6/12/2020) malam. TRIBUNNEWS/BIRO PERS/MUCHLIS Jr 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo menyiapakan 6 ribu lebih kuota vaksin Covuid-19 untuk tenaga kesehatan (nakes).

Ribuan akan divaksin ditahap pertama, yang rencananya akan dilakukan pada awal tahun ini. 

Kepala DKK Sukoharjo Yunia Wahdiyati mengatakan pemerintah pusat merencanakan 22 Januari 2021 mendatang akan dimuali vaksinasi Covid-19. 

Namun kata dia, sepertinya ada perubahan lagi, karena presiden meminta dipercepat.

Baca juga: Lokasi Vaksinasi Covid-19 di Sukoharjo, Ada 26 Tempat Kesehatan yang Bakal Digunakan Dua Hari Saja

Baca juga: Cara Cek Status Penerima Vaksin Covid-19 Gratis dari Pemerintah, Buka Laman PeduliLindungi.id

"Yang menjadi prioritas penerima vaksin tahap pertama kami adalah nakes," kata dia kepada TribunSolo.com, Jumat (1/1/2020).

Namun Yunia belum bisa memastikan berapa jumlah vaksin yang akan diterima di Sukoharjo. 

"Untuk kuota di Kabupaten Sukoharjo belum ada, jumlah total yang akan di-vaksin belum ada. Prioritas ya nakes itu sekitar 6.898 nakes," terang dia.

Ada 26 Faskes Disiapkan

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukoharjo menyiapkan 26 fasilitas kesehatan (faskes) untuk proses vaksinasi Covid-19.

Menurut Kepala Dinkes Sukoharjo Yunia Wahdiyati, pihaknya menyiapkan puskesmas, rumah sakit, dan klinik. 

"Semula kita rencanakan 12 puskesmas, 3 rumah sakit dan 1 klinik, tapi karena waktu yang diberikan hanya 2 hari, maka kita perluas menjadi 12 Puskesmas, 10 rumah sakit, 3 klinik TNI dan 1 klinik Polri," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (1/12/2020).

Baca juga: Kasus Covid-19 Terus Bertambah, Epidemiolog Sebut Vaksin Bukan Solusi Ajaib Atasi Pandemi

Baca juga: Cara Mengecek Daftar Nama Penerima Vaksin Covid-19 Gratis, Siapkan NIK hingga KTP

Kemudian, ada ketentuan lagi yakni 1 tim berjumlah 4 orang, maksimal 1 sesi memberikan vaksin kepada 15 orang dalam sehari ada 3 sesi, sehingga rata-rata 1 faskes, 1 tim dan 3 sesi sehari.

"Hitung-hitungan kita InsyaAllah nanti cukup, untuk sekian faskes yang kita siapkan," katanya. 

Kemudian, untuk infrastruktur lainnya seperti cool room dan cool chain saat ini memang sudah tersedia, tetapi jumlah memang belum mencukupi sehingga harus ditambah. 

Dia menyebut, pihaknya sudah mengirimkan usulan ke Pemkab.

"Langkah-langkah berikutnya tentang bagaimana kita advokasi bagaimana kita menyiapkan pembiayaan lalu berikutnya sasaranya," jelasnya.

Lebih lanjut dia menerangkan, vaksin akan diberikan kepada nakes yang belum pernah tertapar Covid-19.

Nakes juga tidak ada komorbid dan bukan lansia.

"Jadi tetap kita screening, harapannya di sini nanti betul-betul nakes yang diberikan vaksinasi adalah adalah nakes sehat," ucapnya. 

"Kalau yang alumni Covid-19 itu kan secara teorinya sudah memiliki antibodi," aku dia.

Kenapa Vaksin Bukan Solusi?

Pandemi Covid-19 masih belum berakhir.

Dalam upaya penangananya vaksin masih terus dikembangkan di masyarakat.

Baca juga: Update Covid-19 Global 2 Januari 2021, Indonesia Jadi 20 Negara Terbanyak Kasus Corona

Sejumlah pemahaman keliru terkait vaksinasi masih sering terjadi di masyarakat.

Peneliti pandemi sekaligus epidemiolog Dicky Budiman mengingatkan, vaksin bukanlah solusi ajaib dalam mengakhiri pandemi Covid-19.

Vaksin hanyalah salah satu cara untuk membangun kekebalan individual dan perlindungan masyarakat.

"Harus diketahui, tidak ada vaksin yang sempurna memberi perlindungan. Sebagian kecil penerima vaksin masih memungkinkan untuk tertular Covid-19, hanya saja diharapkan dampaknya tidak terlalu parah," ujarnya dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Sabtu (2/2/2021).

Dicky memaparkan, sejauh ini tidak ada pandemi yang selesai dengan vaksin.

Contohnya cacar, walau vaksin ada namun selesai penyakit tersebut memerlukan waktu 200 tahun. Begitu juga polio baru selesai dalam 50 tahun.

"Sehingga program vaksinasi untik seluruh masyarakat mungkin butuh waktu 12 bulan atau lebih. Dan meski telah menerima vaksinasi, kewajiban 5M tetap harus dilakukan, karena akan tetap ada sebagian masyarakat yang tidak terproteksi akibat kondisi kesehatan dan keterbatasan dari vaksin itu sendiri," jelas Dicky.

Baca juga: Identitas 5 Pegawai Puskesmas Ngargoyoso yang Terpapar Corona : Mulai dari Dokter Sampai Sopir

Dicky melanjutkan, keberhasilan vaksinasi lebih mudah terjadi pada kondisi kurva pandemi yang sudah melandai.

"Fakta yang terjadi di Indonesia kurvanya masih terus naik, dikhawatirkan menjadi tidak efektif atau butuh waktu lebih lama untuk menciptakan herd immunity," terang Dicky.

Catatan Redaksi:

Bersama kita lawan virus corona. Tribunsolo.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. ingat pesan ibu 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Epidemiolog Ingatkan Vaksin Bukan Solusi Ajaib Atasi Pandemi Covid-19, 

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved