Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sukoharjo Terbaru

Perajin Protes Kedelai Impor AS Mahal Minta Ampun, Pemkab Sukoharjo Ungkap karena Diborong China

Dri informasi yang Pemkab terima, kenaikan kedelai impor ini karena adanya pembelian besar-besaran dari China.

Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Agil Tri
Perajin di pusat produksi tahu dan tempe terbesar di Kecamatan Kartasura mendatangi kantor DPRD Sukoharjo dengan membawa poster protes harga kedelai naik tajam, Senin (4/1/2021). 

Mediasi dilakukan sekira pukul 10.30 - 12.00 WIB.

Dalam mediasi itu, pengrajin meminta pemerintah hadir untuk menstabilkan harga kedelai dan minyak goreng.

Usai audiensi, mereka membentangkan sejumlah MMT yang bertuliskan sejumlah tulisan memprotes kenaikan kedelai di aula dan halaman kantor DPRD Sukoharjo.

Di antaranya 'Putih Tahuku Tak Seputih Nasibku', hingga 'Rego Dele Wes Sampe 9.000, Ndase Dadi Tambah Ngelu'.

Keluh Kesah di Lapangan

Komunitas Usaha Bersama (KUB) Tahu di Kecamatan Kartasura, Sukoharjo yang terdiri dari 70 perajin sepakat melakukan mogok produksi, Senin (4/1/2021).

Menurut ketua paguyuban, Puryono, aksi ini dilakukan sebagai wujud protes mahalnya harga kedelai impor dari Amerika Serikat yang terjadi. 

"Saat ini harga kedelai mencapai Rp 9.350 per kilo, padahal normalnya hanya Rp 6.500 - 7.000 saja," ucapnya. 

Baca juga: Kedelai Impor Mahal, Produsen Tahu di Solo Masih Pikir-Pikir Pakai Kedelai Lokal, Ini Alasannya

Baca juga: Simak 5 Makanan yang Membantu Turunkan Kadar Kolesterol dalam Darah, Ada Alpukat Hingga Kedelai

"Selain kedelai, harga minyak goreng kelapa sawit saat ini tembus Rp13.500, dari harga normalnya Rp 9.000," jelasnya. 

Dia menuturkan, kenaikan ini mulai terjadi saat awal pandemi Covid-19 pada Maret 2020 lalu. 

Kenaikan harga kedelai maupun minyak goreng terjadi secara bertahap. 

"Pertengahan Maret 2020 kemarin, kedelai naik menjadi Rp 7.900. Mendekati hari raya idul fitri kembali normal. Lalu pada bula November hingga sekarang terus naik," ucapnya. 

Kenaikan bahan dasar pembuatan tahu dan tempe itu membuat perajin kalang kabut. 

Baca juga: Sederet Makanan Penurun Kolesterol yang Harus Kamu Ketahui, Kedelai hingga Gandum Utuh

Berbagai cara dilakukan agar perajin tidak mengalami kerugian yang besar.  

"Kalau harganya naik di Rp 8 ribu, kami masih bisa mensiasati dengan mengurangi takaran atau ukuran, tanpa menaikan harga," terangnya. 

"Namun ketika harganya sudah tembus Rp9.000 kami kebingungan, dan kesulitan menjalankan usaha kami," jelasnya. 

Ia menuturkan, mogok produksi ini hanya berlangsung satu hari. Yang akan dimanfaatkan untuk melakukan audiensi dengan DPRD dan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved