Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Begini Identifikasi Korban Kecelakaan Pesawat, Sampai Tempat Nongkrongnya Pun Bisa Jadi Sumber Data

Berminggu-minggu ini operasi pencarian korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di Kepulauan Seribu dilakukan.

Penulis: Rahmat Jiwandono | Editor: Asep Abdullah Rowi
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
ILUSTRASI : Anggota Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memeriksa bagian pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta - Pontianak yang jatuh di perairan Pulau Seribu di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (10/1/2021). Temuan bagian pesawat selanjutnya akan diperiksa oleh KNKT sedangkan potongan tubuh korban diserahkan kepada DVI Polri untuk identifikasi lebih lanjut. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Rahmat Jiwandono

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Berminggu-minggu ini operasi pencarian korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di Kepulauan Seribu dilakukan.

Sejak dibuka pada Sabtu (9/1/2021), kini operasi resmi dihentikan pada Kamis (21/1/2021).

Bahkan nasib jasad dua orang warga asal Kecamatan Tangen, Kabupaten Sragen yakni Suyanto (40) dan Riyanto (32) tidak ditemukan.

Baca juga: Meski Tak Bisa Peluk Suami Terakhir Kali, Istri Korban Sriwijaya di Sragen Ikhlas Operasi Dihentikan

Baca juga: Impian Riyanto Korban Insiden Kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182 : Ingin Perbaiki Rumah di Sragen

Lantas, bagaimana proses identifikasi korban?

Ya, kunci utama dalam identifikasi korban kecelakaan pesawat terbang adalah dengan membandingkan data antemortem dan postmortem. 

Mantan Kepala Lab DNA Pusdokkes Tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri Putu T. Widodo mengatakan, apabila kedua data tersebut cocok makan identitas korban akan lebih mudah diketahui. 

"Tapi keduanya belum cocok maka akan diulangi kembali pengambilan data tersebut," kata Putu Widodo dalam webinar yang diselenggarakan oleh Fakultas Biologi UGM yang bertajuk Tes DNA Dalam Identifikasi Korban Kecelakaan Pesawat Terbang.

Jika data antemortem dan postmortem ini tidak ada, pasti korban tidak bisa teridentifikasi. 

Menurut alumnus Fakultas Biologi UGM ini, membandingkan kedua data tersebut dari korban merupakan langkah terbaik dalam mempermudah identifikasi korban kecelakaan pesawat selama pengalamannya menangani beberapa kecelakaan pesawat.  

Dia pernah menangani kecelakaan pesawat seperti pesawat Garuda yang terbakar di bandara Adisucipto Yogyakarta tahun 2007 dan kecelakaan pesawat Adam Air di selat Makassar 2007.

Serta Air Asia jatuh di sekitar Pangkalan Bun, Kalteng tahun 2014, dan kecelakaan Lion Air yang jatuh di laut Jawa pada 2018. 

Namun, sejauh ini pengumpulan data antemortem belum banyak dipelajari karena mencari sampel data korban semasa masih hidup tidaklah mudah. 

“Tantangannya jauh lebih besar, kita harus ketemu keluarga, sahabat karibnya, rumah atau tempat nongkrongnya di mana,” papar dia.

Dalam melakukan identifikasi korban, tim DVI selalu menggunakan lima sumber data berupa data dari sidik jari, odontologi, DNA, data medis, properti. 

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved