Berita Sragen Terbaru
Daftar Harga Tiket Wahana dan Jam Operasional Objek Wisata Ndayu Park Sragen, Mulai Rp 5 Ribu
Bagi masyarakat yang tertarik dengan edukasi wisata bisa berkunjung ke Ndayu Park Sragen.Harga tiket masuknya sangat terjangkau.
Penulis: Rahmat Jiwandono | Editor: Ryantono Puji Santoso
Sragen juga memiliki objek wisata lain yakni jembatan gantung tua di desa Karanganyar, Kecamatan Sambungmacan, Sragen mendadak menjadi salah satu destinasi wisata baru.
Kerap sekali jembatan ini dijadikan lokasi untuk berswafoto oleh masyarakat yang tengah melintas.
Bahkan tak jarang ada masyarakat yang sengaja datang ke lokasi jembatan gantung tersebut, untuk berswafoto.
Jembatan gantung ini dibangun pada awal 1990-an secara swadaya masyarakat.
Jembatan yang punya peran vital penghubung antara Desa Karangannyar dan Desa Bedoro ini perlu sejumlah perbaikan untuk pertimbangan keselamatan.
Baca juga: Jam Malam Warung Jadi Sampai Pukul 9 Malam, Pedagang Alun-Alun Sragen Mulai Berjualan Lagi
Baca juga: Tak Hanya Wonogiri, Sragen Kini Juga Masuk Zona Merah Covid-19, Juga Gegara Tracing?
Baca juga: Kades Pengkok Sragen Didesak Mundur, Gegara Gagal Perbaiki Jalan, Ini Penjelasan Dinas
Baca juga: Berharap Korban Sriwijaya Air Asal Katelan Sragen Segera Ditemukan, Pemdes : Keluarga Sudah Ikhlas
Jembatan gantung Karanganyar melintasi Sungai Natan sepanjang 10 meter menjadi salah satu jembatan gantung yang dikelola pemerintah desa (Pemdes) Karanganyar.
Kondisi jembatan terkini sudah goyang, serta beberapa kayu jembatan sudah rusak.
Ketua RT 007 Dukuh Tempursari, Desa Karanganyar, Samin mengatakan, jembatan tersebut kurang perawatan dalam waktu empat tahun terakhir.
"Sehingga goyangan sangat terasa saat dilintasi kendaraan," ujarnya pada Sabtu (16/1/2021).
Kendaraan yang memunggkinkan melintas hanya roda dua karena jembatan cukup sempit.
Jika ada kerusakan kayu, biasanya diganti oleh warga sekitar.
”Kalau dulu hampir setiap tahun diperbaiki, tapi sudah tiga sampai empat tahun terakhir kurang perawatan."
"Kalau ada kayu jembatan tiga atau empat yang rusak baru swadaya diganti oleh warga Desa,” paparnya. (*)