Berita Solo Raya Terbaru
Mengintip Kondisi Solo Raya Selama 6-7 Februari, saat Gerakan 'Jateng di Rumah Saja', Sudah Siap?
Babak baru penanganan pandemi Covid-19 di wilayah Jawa Tengah (Jateng) dimulai besok, selama Sabtu-Minggu (6-7/21/2021).
TRIBUNSOLO.COM - Babak baru penanganan pandemi Covid-19 di wilayah Jawa Tengah (Jateng) dimulai besok, selama Sabtu-Minggu (6-7/21/2021).
Ya, Karesidenan Surakarta mulai Kota Solo, Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, Sragen, Wonogiri, Klaten dan Boyolali bakal mengikuti gerakan 'Jateng di Rumah Saja'.
Lantas seperti suasana di Solo Raya selama dua hari mendatang, apakah kondisi pusat kota/kabupaten akan tetap sama atau seperti kota mati?
Atau bahkan akan seperti biasanya saja?
• Ratusan Aparat Gabungan di Sukoharjo Siaga, Awasi Jateng di Rumah Saja, Bahkan Gandeng Superhero
• Sabtu-Minggu Aksi Jateng di Rumah Saja, Bupati Karanganyar Ingatkan PPKM Tetap Berlaku, Tak Lenyap
Adapun pada hari ini Jumat (5/2/2021) atau sehari menjelang gerakan 'Jateng di Rumah Saja' kondisi di Solo Raya cenderung stabil.
Misalnya di Kabupaten Sukoharjo, pasar di tengah kota tidak membludak.
Seorang pedagang sembako di Pasar Ir Soekarno Sukoharjo, Lami mengungkapkan, H-1 penerapan gerakan Jateng di Rumah Saja kondisi pasar normal.
"Hari ini normal. Tidak ada lonjakan pembeli, atau pembeli yang membeli dengan jumlah yang besar," ucap dia.

Dia menuturkan, kondisi pasar Ir. Soekarno cenderung sepi, sejak diberlakukannya PSBB pada 11 Januari kemarin.
Kendati demikian, harga kebutuhan pokok di pasar Ir. Soekarno relatif stabil.
"Yang naik ini hanya minyak goreng saja. Kalau yang lainnya seperti cabai dan bawang cenderung stabil, meski beberapa waktu lalu sempat naik," jelasnya.
Kepala Dinas Perdagangan Koperasi (Disdagkop) UKM Sukoharjo, Sutarmo, memastikan, SE Bupati Sukoharjo masih melonggarkan aktivitas di pusat kuliner (warung makan, PKL, dan restoran).
Termasuk di pusat perbelanjaan baik modern maupun tradisional bisa beroperasi.
"Tapi harus menerapkan protokol kesehatan yang lebih ketat lagi," tandasnya.
Bahkan besok ratusan aparat gabungan siaga melakukan pengawasan gerakan 'Jateng di Rumah Saja' berlangsung.
Menurut Kepala Satpol PP Sukoharjo Heru Indarjo, kegiatan akan diawali dengan apel pasukan gabungan halaman Pemkab Sukoharjo pada Sabtu (6/2/2021) pagi.
Aparat yang akan apel adalah Satpol PP, TNI, dan Polri, serta unsur lain yang berjumlah ratusan orang.
"Setelah apel, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan monitoring pelaksanaan Gerakan Jateng di Rumah Saja," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (5/2/2021).
• Ini Identitas Tukang Rosok yang Lolos dari Maut, Akibat Tertabrak KRL Solo-Jogja di Transito Laweyan
• Nasib Apes 3 Bocah Polokarto, Lagi Asyik Main Tertimpa Rumah Ambruk, Beruntung Selamat Hanya Lecet
"Monitoring akan dilakukan di 12 Kecamatan," aku dia menekankan.
Pedagang di Solo Khawatir
Pedagang Pasar Gede Solo khawatir pemberlakuan Jateng di Rumah Saja selama dua hari mulai 6 sampai 7 Februari 2021 berdampak kepada pendapatan mereka.
Meski pasar tradisional dibolehkan buka selama pemberlakuan ide Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo tersebut.
Tien menjadi salah seorang pedagang yang merasa khawatir.
Dirinya khawatir, dengan gerakan tersebut bakal semakin memperburuk pendapatannya.
Saat ini kondisi pembeli sedang tak terlalu ramai.
• Terapkan Ide Ganjar Jateng di Rumah Saja, Pusat Kuliner Sukoharjo Boleh Buka, Layanan Sampai 9 Malam
• Gerakan Jateng di Rumah Saja, Diskotek & Karaoke di Solo Dilarang Buka, Alasannya Potensi Kerumunan
"Bisa dilihat sendiri kondisinya seperti ini," ujar dia, Jumat (5/2/2021).
"Modalnya saya tidak sedikit. Nanti solusimya seperti apa?," ungkapnya.
Selain itu, ia juga bingung dengan masih dibukanya pasar tradisional selama pemberlakuan Jateng di Rumah Saja.
"Kami semua kebingungan karena pasar boleh buka tapi masyarakat tidak boleh keluar," kata pedagang ayam tersebut.
"Nek mboten wonten sing medal terus sing tuku sinten? Laler? (Kalau tidak ada yang keluar lalu yang membeli siapa? Lalat?)," keluhnya.
Dari pantauan TribunSolo.com, tidak ada peningkatan aktivitas transaksional Pasar Gede Solo menjelang pemberlakuan gerakan Jateng di Rumah Saja.
Penumpukan pembeli juga tidak nampak.
Tien juga menyampaikan jika para pembeli maupun pelanggannya tak sampai memborong dagangan.
"Ndak ada yang sampai nyetok," tambahnya.
Serbu Pasar di Boyolali
Para pembeli menyerbu Pasar Gagan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali seusai spanduk pemberitahuan pasar tutup saat pemberlakuan gerakan Jateng di Rumah Saja, Jumat (5/2/2021).
Mereka kebanyakan menyasar bakul tempe yang ada di Pasar Gagan Boyolali.
Alhasil, tempe-tempe yang dijual ludes diborong pembeli.
Hal itu disampaikan seorang pedagang Pasar Gagan Boyolali, Jupri (43).
• Bikin Warga Kecele, Pengelola Pasar Gagan Boyolali Minta Maaf : Pasar Tetap Buka Sabtu Minggu
• Spanduk Pasar Tutup Terpasang, Bikin Warga Jejali Pasar Gagan Boyolali, Pedagang : Pada Mau Nyetok
"Pembeli tadi yang menyerbu sini untuk nyetok," papar dia, Jumat (5/2/2021).
"Karena ada informasi awal pasar tutup 6-7 Februari 2021," tambahnya.
Namun, saat ini informasi tersebut sudah diperbaharui yakni pedagang sudah boleh membuka pasar.
Tempe di pasar tersebut ludes, sebab ada informasi libur dari pengelola sebelumnya.
"Kalau buat tempe itu di musim hujan ini kan jadinya 2-3 hari, lah kemarin dibilang libur pada belum buat tempe lagi," papar dia.
"Kemungkinan ada stok tempe Senin besok, karena mungkin ini baru pada buat lagi," tambahnya.
Dinas Perdagangan Pemkab Boyolali memastikan pasar tradisional tetap buka selama Gerakan Jateng di Rumah Saja, pada 6 Februari 2021 mendatang.
Mengetahui hal tersebut, pihak pengelola Pasar Gagan, Yusuf Raharjo meminta maaf kepada masyarakat telah memberikan informasi yang keliru.
Yusuf mengakui terjadi miskomunikasi soal aturan Gerakan Jateng di Rumah Saja untuk Pasar Gagan.
Pihaknya mengira, Surat Edaran (SE) Gubernur Jawa Tengah yang keluar diartikan pengelola bahwa Pasar harus tutup selama Gerakan Jateng di Rumah Saja diberlakukan.
"Iya ada miskomunikasi jadi informasi awal tutup, tapi ada informasi baru masuk boleh buka," katanya, Jumat (5/2/2021).
"Jadi ini sekarang buka Pasar Gagan tanggal 6-7 Februari," tegas Yusuf.
Dia mengatakan, ketika SK Gubernur keluar mereka langsung menginformasikan pada pedagang kalau pasar tersebut tutup.
Namun, ternyata baru mendapatkan informasi pagi tadi soal pasar boleh buka.
"Spanduk yang menjelaskan pasar tutup kami copot, Miskomunikasi kami, mohon maaf," papar dia.
Maksud pengelola memberikan sosialisasi pada pedagang untuk tutup sebenarnya baik, mereka tidak ingin pedagang merugi.
"Kalau maksud kami melakukan sosialisasi penutupan itu pada Rabu (3/2/2021) agar pedagang tidak merugi, karena kalau terlanjur kulakan dan peraturan ditutup kasihan mereka," jelas dia.
"Ini malah baru tahu aturan kalau pasar Tradisional boleh buka," kata dia.
Saat ini pedagang sudah disosialisasikan pasar tetap buka dengan menerapkan Protokol Kesehatan.
Masih Pro Kontra
Pro kontra muncul usai Gubernur Jawa Tengah mengusulkan Gerakan Jateng di rumah saja di akhir pekan ini, 6-7 Februari 2021.
Dilansir dari KompasTV di Program Kompas Petang, Kamis (4/2/2021), Ganjar mengatakan, gerakan itu intinya adalah memunculkan empati di tengah pandemi.
"Yang dibutuhkan bukan diksi pelarangan, yang dibutuhkan sebenarnya ayo di rumah saja. Kita berikan empati kepada para tenaga kesehatan, penggali kubur, pak dokter yang berjuang keras," katanya.
Sementara itu, terkait pelaksanaannya program itu, Ganjar meminta partisipasi masyarakat untuk terlibat.
Salah satunya ketika ada pasar yang masih akan buka diharapkan tetap ketat menerapkan protokol kesehatan.
“Kalau Anda buka, Anda atur protokolnya. Sebenarnya ini sekaligus membentuk, ayo diatur pasarnya. Kalau tidak, nanti tidak akan ada perbaikan yang berjalan,” ujar Ganjar.
Pelaksanaan gerakan tersebut telah diatur dalam Surat Edaran Nomor 443.5/000/933 tentang peningkatan kedisiplinan dan pengetatan protokol kesehatan pada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) tahap II di Jawa Tengah. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pro Kontra Jateng di Rumah Saja, Ganjar: yang Dibutuhkan Bukan Diksi Pelarangan, tetapi..."