Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo Terbaru

Kumpulan Peristiwa Gerakan Jateng di Rumah Saja : Emak-emak Senam Boleh, Pernikahan Dibubarkan

Kumpulan Peristiwa Gerakan Jateng di Rumah Saja : Emak-emak Senam Boleh, Pernikahan Dibubarkan

Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Aji Bramastra
TribunSolo.com/Adi Surya Samodra
Gerakan Jateng di Rumah Saja yang diterapkan di Solo Raya, diwarnai sejumlah peristiwa. 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Sejumlah wilayah di eks karesidenan Solo Raya menerapkan Gerakan Jateng di Rumah Saja yang diinisiasi oleh Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, Sabtu (6/2/2021) kemarin.

Sejumlah peristiwa pun direkam TribunSolo.com pada hari tersebut.

Dua Hajatan Digelar di Kartasura saat Gerakan Jateng di Rumah Saja, Satu Dibubarkan

Apa saja?

Berikut kumpulan peristiwa yang terjadi :

1. Emak-emak Boleh Senam di Manahan

Hari pertama pelaksanaan Gerakan Jateng di Rumah Saja pada Sabtu (6/2/2021) ternyata tidak membuat masyarakat takut keluar rumah.

Nyatanya, di Kompleks Stadion Manahan, sejumlah warga Solo masih dengan santainya berolahraga.

Mengintip Kondisi Solo Raya Selama 6-7 Februari, saat Gerakan Jateng di Rumah Saja, Sudah Siap?

Beberapa berolahraga naik sepeda.

Bahkan, kelompok emak-emak atau ibu-ibu ada yang berkumpul untuk senam bersama, dengan memutar musik yang volumenya cukup kencang.

Ada sekitar 30 orang yang ikut dalam senam itu.

Dalam video yang diambil TribunSolo.com, beberapa di antara pesenam tidak memakai masker.

Memang belum diketahui jelas, apakah kegiatan berolahraga bersama-sama, termasuk dalam aktivitas yang akan ditertibkan oleh Satpol PP atau pihak kepolisian.

Meski demikian, seorang kordinator acara senam masal itu, Yoyok, mengaku mendapat izin dari Pemkot Solo untuk melakukan senam pada hari itu.

"Kalau tidak boleh saya tidak berani," ujar Yoyok.

2. Pernikahan Dibubarkan

Bila di Kota Solo emak-emak senam di Stadion Manahan diperbolehkan, maka di Sukoharjo, lain cerita.

Acara pernikahan yang digelar seorang warga Kartasura, dibubarkan oleh Satpol PP.

Ada dua pernikahan yang diselenggarankan di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Sabtu (6/2/2021).

Menurut Kapolsek Kartasura Polres Sukoharjo AKP Heldan Pramoda Wardhana, dua acara pernikahan itu diselenggaran di Dukuh Karang Tengah, Kelurahan Ngadirejo dan Kampung Pelem Batok, Kelurahan Kartasura.

Namun, untuk acara pernikahan di Dukuh Karang Tengah, terpaksa harus dibubarkan petugas.

Sebab, disana menggelar pesta resepsi, dan menghadirkan lebih dari 30 orang.

Petugas gabungan yang terdiri dari Satpol PP dan Muspika Kartasura mendatangi lokasi hajatan tersebut.

"Hajatan ini memang sudah sesuai dengan prokes, memakai masker dan cuci tangan," kata kapolsek.

"Namun jumlah tamunya melebihi batas yang ditentukan, sehingga untuk mencegah kerumunan terpaksa kami melakukan pembubaran," jelasnya.

Demikian juga yang terjadi di Karanganyar.

Dua pesta hajatan yang digelar saat hari pertama pemberlakuan Gerakan Jateng di Rumah Saja di Kabupaten Karanganyar didatangi petugas, Sabtu (6/2/2021).

Petugas Satpol PP didampingi Muspika setempat melakukan penegakan protokol kesehatan.

Sebab, pada acara kedua hajatan itu ditemukan adanya pelanggaran protokol kesehatan.

Kedua pesta pernikahan yang didatangi petugas itu berada di Dusun Tlukan, Desa Jatirejo, Kecamatan Ngargoyoso dan di Dusun Wonokerso, Desa wonolopo, Kecamatan Tasikmadu.

Menurut Kepala Satpol PP Karanganyar, Yophy Eko Wibowo, acara tersebut dianggap melanggar protokol kesehatan karena diselenggarakan tidak dengan konsep banyu mili.

Sementara untuk pesta hajatan di Tasikmadu, tuan rumah rumah menggelar acara midodareni dengan memasang sound system dan membunyikan musik.

Di kedua tempat itu Satpol PP bersama anggota kepolisian hanya melakukan penertiban dan melipat beberapa kursi.

3. Anak Kos Kelaparan

Sejumlah masyarakat yang indekost di Kabupaten Klaten mengaku menderita dengan pemberlakuan Gerakan Jateng di Rumah Saja.

Salah satunya adalah Wahyudi Kurniawan (33), salah satu penghuni kost di kawasan Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara.

Menurutnya, dengan diberlakukannya Gerakan Jateng di Rumah Saja dan Wiwit Jam Songo Begi Ora Lungo sangat menyusahkan dirinya saat di kost.

Sebab, kalau anak kost kelaparan, kebanyakan akan cari makan di luar, karena mereka tidak memasak sendiri.

Ia mengingatkan, tidak semua indekost dilengkapi kompor apalagi dapur.

Ia pun terpaksa menahan lapar ketika malam hari.

"Saya biasa makan diatas pukul 21.00 WIB, kalau diberlakukan, pola makan saya jadi terganggu, " kata Wahyudi.

"Saran saya, lebih baik tidak diberlakukan pembatasan jam operasional bagi pedagang, lebih baik diberikan makanan dan vitamin seperti dulu," sarannya.

4. Razia Pernikahan di Klaten

Petugas gabungan operasi besar-besaran saat hari pertama 'Jateng di Rumah Saja', Sabtu (6/2/2021).

Hasilnya, menurut Plt Kepala Satpol PP Kabupaten Klaten, Rabiman ada dua jenis pelanggar mulai dari warga tak pakai masker hingga acara di pesta nikah.

"Kami telah melakukan operasi di dua acara hajatan serta 3 pasar, dan kami menemukan 1 acara hajatan dan 2 orang yang melanggar prokes," terang dia kepada TribunSolo.com.

Dalam temuannya tersebut, untuk acara hajatan yang melanggar prokes berada di salah satu gedung pertemuan di kecamatan.

Ratusan Pedagang Tutup Lapak Hari Pertama Jateng di Rumah Saja, Pasar Tawangmangu Sepi dan Sunyi

Pasar di Klaten Sepi saat Jateng di Rumah Saja, Ternyata Pembeli Sudah Jauh Hari Borong Sembako

Sedangkan acara hajatan di gedung pertemuan lainnya setelah dicek, tidak ada pelanggaran prokes disana.

Sementara itu 2 orang yang melanggar prokes dengan tidak memakai masker, ada di Pasar Gayamprit dan Pasar Basin.

"Untuk dua orang yang melanggar prokes kami kenakan sanksi sosial dan untuk acara hajatan, kami telah memberikan peringatan kepada EO penyelenggara," ucapnya.

5. Omzet Pedagang Terjun Bebas

Kebijakan Jateng di Rumah Saja yang dimulai sejak Sabtu (6/2/2021) berdampak signifikan pada area wisata Tawangmangu di Karanganyar.

Salah satu area yang paling terdampak adalah Pasar Tawangmangu yang mengalami penurunan pengunjung.

Penurunan pembeli tersebut dikeluhkan oleh sejumlah pedagang di pasar tersebut.

Salah satunya oleh pedagang buah-buahan dan oleh-oleh, Supriyani (41) yang mengeluhkan penurunan omset dagangannya.

Dirinya menyebut pada hari biasa, omset dagangannya bisa mencapai jutaan rupiah.

"Kalau hari biasa saya bisa meraih omset hingga Rp 3 juta dalam sehari," katanya.

"Namun hari ini sepertinya jauh dari angka itu, dari tadi masih sepi yang beli," ungkapnya.

Supriyani berkilah bahwa dirinya berjualan bukan karena ada unsur membandel dengan anjuran pemerintah untuk di rumah saja.

Namun demi memenuhi kebutuhan sehari-hari yang terus berjalan.

"Kalau saya di rumah saja, kebutuhan hidup keluarga siapa yang memenuhi, kan tidak ada subsidi," keluhnya.

Sebelumnya Bupati Karanganyar, Juliyatmono menyatakan bahwa tidak mewajibkan para pelaku usaha untuk menutup tokonya selama masa Jateng di Rumah Saja.

"Itu hukumnya sunah muakad," kata Juliyatmono.

Pengunjung membeli pisang dari pedagang di Pasar Gede Kota Solo, Kecamatan Jebres, Sabtu (6/2021).
Pengunjung membeli pisang dari pedagang di Pasar Gede Kota Solo, Kecamatan Jebres, Sabtu (6/2021). (TribunSolo.com/Adi Surya)

Memilih Tutup

Ratusan pedagang Pasar Tawangmangu pilih tutup lapak saat hari pertama gerakan 'Jateng di Rumah Saja', Sabtu (6/2/2021).

Pantauan TribunSolo.com di pasar yang berada di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar itu bak pasar mati karena di sebagian besar lorong tak ada orang satu pun.

Hanya barang-barang pedagang yang ditutup kain atau terpal.

Meskipun ada sebagian kecil masih membuka lapaknya, sehingga terlihat kesibukan meski tak seramai pada hari-hari biasanya.

Menurut Lurah Pasar Tawangmangu, Satoto, hanya 25 persen pedagang yang berdagang pada hari Sabtu (6/2/2021) ini.

"Jumlah pedagang di Pasar Tawangmangu ada 900 orang dan hanya 25 persen yang membuka lapaknya," katanya kepada TribunSolo.com.

Para pedagang sendiri beroperasi sejak subuh hingga sore hari.

"Kalau pedagang di dalam pasar dari jam 5 subuh hingga menjelang maghrib, namun untuk sayur 24 jam," tuturnya.

Operasi Besar-besaran Jateng di Rumah Saja, Petugas Klaten Cokok Pelanggar & Peringatkan EO Nikahan

Gandeng Superhero dan Bagikan Jamu, Muspika Sukoharjo Sosialisasikan Gerakan Jateng di Rumah Saja

Menurut Satoto para pedagang banyak yang memilih untuk libur semenjak ada kebijakan yang dicetuskan oleh Gubernur Jawa Tengah tersebut.

"Banyak warga yang sudah menerima surat edaran melalui media sosial atau pesan berantai," terangnya.

"Walaupun dari pihak Pemkab Karanganyar sendiri tidak bada larangan untuk tetap berdagang," ujarnya.

Kondisi lapak Pasar Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar yang ditinggal libur para pedagang kerena 'Jateng di Rumah Saja', pada Sabtu (6/2/2021).
Kondisi lapak Pasar Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar yang ditinggal libur para pedagang kerena 'Jateng di Rumah Saja', pada Sabtu (6/2/2021). (TribunSolo.com/Muhammad Irfan)

Akibat pedagang banyak yang mengambil libur, situasi pasar juga menjadi sepi dan lengang.

Padahal pada hari akhir pekan, Pasar Tawangmangu selalu dipadati oleh pembeli dari dalam dan luar Karanganyar.

Hal itu dikarenakan, Pasar Tawangmangu tidak hanya menjajakan aneka barang keseharian namun juga oleh-oleh khas daerah. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved