Kisah Pilu Bocah Hiperaktif di Nunukan, Hidup Diikat ke Pohon dan Dikurung dalam Rumah
Nasib Ruslan seorang bocah berusia 9 tahun di Nunukan, Kalimantan Utara membuat hati teriris. Sebab, sehari-hari dia harus diikat dan dikurung.
TRIBUNSOLO.COM - Nasib Ruslan seorang bocah berusia 9 tahun di Nunukan, Kalimantan Utara membuat hati teriris.
Sebab, sehari-hari dia harus diikat dan dikurung dalam rumah.
Ruslan adalah seorang anak yang hiperaktif, dia kerap membuat warga sekitar resah.
Baca juga: Ada Kasus Rudapaksa Bocah di Bawah Umur, Dinas Sebut Sragen Darurat Kekerasan Seksual Anak
Baca juga: 5 Fakta Dugaan Rudapaksa Bocah 9 Tahun di Sragen: Korban Dipaksa Nonton Video Porno
Berdasar hal itu, terpaksa mengikat dan mengurung Ruslan dalam rumah.
Suara mesin motor milik Abdul Jaya (50) disambut sebuah teriakan dari dalam gubuk berukuran 3 x 3 meter, di Jalan Pesantren, Nunukan, Kalimantan Utara.
Suara berisik dan gedoran pada dinding papan menandakan penghuninya sudah sangat familiar dan sangat hafal suara mesin motor yang mendekat.
Saat gembok di pintu gubuk dibuka, terlihat bocah berusia 9 tahun berkepala plontos dan hanya mengenakan celana kolor panjang warna hitam menghambur keluar.
Si bocah dengan suara gagu melihat tajam pada Abdul Jaya, orang yang selama sekitar 7 tahun mengasuh dan membesarkannya.
Tangannya menengadah dan langsung memegang kantung plastik berisi gorengan tahu isi dan pisang yang merupakan menu makan siang mereka berdua.
‘’Ayo Pak, makan sama-sama, inilah menu makan siang kami,’’tawar Abdul Jaya saat Kompas.com mengunjungi rumahnya, Jumat (26/2/2021).
Si bocah yang biasa dipanggil Ruslan tersebut dengan lahap mengunyah gorengan yang baru saja dibeli ayahnya, wajahnya terlihat ceria dan terus tersenyum.
Sambil makan, ia naik pohon, berlari, memukul-mukul tanah, dan mencari ranting kering untuk mainan, tangannya sesekali dipukulkan ke kepalanya cukup keras.
Jaya menuturkan, Ruslan memang sangat hiperaktif, ia tidak bisa diam dan seringkali mengamuk tanpa sebab.
‘’Kalau mengamuk parah pokoknya, ndak sanggup saya, meski saya tahan badannya supaya diam, tidak dihiraukannya, banyak bekas luka di badannya itu karena goresan kuku saya yang tergesek kulitnya waktu mencoba tenangkan dia setiap kali mengamuk,’’tuturnya.
Terpaksa diikat dan dikurung dalam rumah