Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Klaten Terbaru

Nasib Tempat Wisata di Klaten : Pengunjung Rontok, Biasanya 16.000 Orang, Kini 2.500 Orang Per Hari

Wisata di Kabupaten Klaten benar-benar porak-poranda akibat setahun pandemi Corona.

Editor: Asep Abdullah Rowi
Tribunsolo.com/mardon
ILUSTRASI : Situasi Objek Wisata Umbul Besuki, di Dukuh Kiringan, Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Minggu (14/2/2021). 

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Wisata di Kabupaten Klaten benar-benar porak-poranda akibat setahun pandemi Corona.

Bagaimana tidak, catatan resmi Dinas Pariwisata, kunjungan wisatawan rontok.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Klaten, Sri Nugroho mengungkapkan, dari 137 obyek wisata, jumlah kunjungan rata-rata hanya sekitar 2.500 orang per hari.

"Biasanya jumlah (kunjungan) wisata per hari sampai 16 ribu (pengunjung). Tapi sekarang rata-rata 2.500 (pengunjung) per hari," kata dia.

Menurutnya kekhawatiran masyarakat terhadap penyebaran Covid-19 berdampak besar terhadap kunjungan.

Baca juga: Wisatawan Jejali Tawangmangu, Arus Lalu Lintas Terlihat Merayap Sejak Pagi hingga Malam Hari

Baca juga: Cerita Wisatawan Klaten Niatnya ke Tawangmangu Cari Pemandangan, Sampai Puncak Malah Hujan Deras

Padahal obyek wisata di Kabupaten Klaten sudah kembali dibuka meski dengan pembatasan jumlah kunjungan dan jam operasional.

"Masyarakat mau berpergian juga masih pada takut," ujarnya.

Kabupaten Klaten memiliki 137 obyek wisata, yang terdiri dari 47 obyek wisata alam, 32 obyek wisata air, 50 obyek wisata religi, dan 8 obyek wisata sejarah.

Sri menambahkan meski dibuka untuk masyarakat, pihaknya masih mengoptimalkan fungsi Satgas Objek Wisata.

Hal ini dilakukan untuk memastikan aturan tetap dipatuhi, termasuk protokol kesehatan (prokes) di obyek wisata.

Baca juga: Kasus Covid-19 di DI Yogyakarta Masih Fluktuatif, Pemda DIY akan Optimalkan Peran Linmas

"Satgas objek wisata kami minta tetap melakukan pengawasan kepada pengunjung tentang protokol kesehatan dan satgas selalu memantau untuk memberikan pembinaan supaya protokol kesehatan benar-benar tetap dilakukan dengan disiplin," ungkapnya.

Selain disiplin prokes, obyek wisata di Klaten masih menerapkan pembatasan 30 persen kapasitas pengunjung dan jam operasional hingga pukul 15.00 WIB.

Pilih ke Tawangmangu

Libur Isra Mi'raj membuat kawasan puncak Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar dipadati wisawatan, Kamis (11/3/2021).

Momen itu dimanfaatkan oleh Adi Febrianto beserta kawan-kawannya untuk menikmati pemandangan dan suasana sejuknya lereng Gunung Lawu tersebut.

Namun ternyata tak sesuai ekspektasi mereka, Tawangmangu diguyur hujan deras.

Bahkan hujan turun saat pagi menjelang siang hari.

"Kami jauh-jauh dari Klaten mau cari udara segar di Tawangmangu," katanya kepada TribunSolo.com.

"Namun ternyata setelah sampai atas malah zonk," ujarnya.

Baca juga: Suasana Terkini Tawangmangu saat Libur Isra Miraj : Mulai Macet di Puncak, Warung Ramai Wisatawan

Baca juga: Jelang Siang Sudah Hujan Deras, Wisatawan Tetap Padati Tawangmangu : Banyak Plat Nomor Luar Kota

Meski demikian dirinya tak kecewa, karena masih bisa mencicipi kuliner yang ada di Tawangmangu sembari berteduh menunggu hujan.

"Sebenarnya jajan di sini sama saja dengan yang di bawah, tapi suasananya bisa buat mengobati penat," ungkapnya.

Meski harus kebasahan, Adi menuturkan bahwa dia dan teman-temannya masih menikmati liburan mereka.

"Kami ini untuk kumpul lumayan kesulitan, jadi walau kuyup bukan masalah berarti," terangnya.

"Kalau nanti kita naik mobil, bakal kejebak macet apabila lihat kondisi lalu lintas," imbuhnya.

Jalanan Macet

Kemacetan di kawasan puncak Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar mulai terjadi, Kamis (11/3/2021) pukul 13.30 WIB.

Dalam pantauan TribunSolo.com, antrean kendaraan dari arah Solo dan Magetan mulai membludak, terutama di lajur bundaran HI dan jalur naik Pasar Tawangmangu.

Meskipun diguyur hujan deras, area wisata Tawangmangu pada libur Isra' Mi'raj ini tetap dibanjiri wisatawan dari berbagai daerah.

Bahkan warung-warung dipadati wisatawan, sehingga parkiran membuldak.

Dalam kemacetan tersebut mayoritas kendaraan yang melintas adalah kendaraan roda empat, baik mobil maupun minibus.

Terlihat dalam situasi kemacetan kali ini, jalanan hanya diatur oleh tukang parkir dan belum nampak dari aparat kepolisian Satlantas.

Momen naiknya wisatawan Tawangmangu ini merupakan penantian setelah pandemi Covid-19 selama setahun melanda.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, Titis Sri Jawoto.

"Sudah setahun selalu sepi, sekarang sudah meningkat signifikan," ungkapnya.

Apabila dilihat dari plat nomor kendaraan, pengunjung yang naik ke Tawangmangu tidak hanya dari sekitaran Solo Raya saja, namun juga dari beberapa kota sekitar.

Baca juga: Meski Libur, Nasib Hotel di Tawangmangu Masih Buram, Demi Operasi Gadaikan Sertifikat Jalan Terus

Baca juga: Kemarin di Sukoharjo dan Tawangmangu, Kini Jogja Dibanjiri Hujan Es Cukup Besar, Fenomena Apa?

Walaupun demikian, Titis berharap masyarakat untuk terus taat protokol kesehatan selagi berwisata.

"Jangan lupa protokol kesehatan, mari kita jaga bersama wilayah kita," ungkapnya.

Hotel Masih Buram

Sementara hotel dan penginapan di kawasan wisata Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar masih buram meski hari libur.

Pembina Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Karanganyar, Karwadi menjelaskan, libur Isra' Mi'raj pada Kamis (11/3/2021) menjadi angin segar.

Namun tidak bisa memastikan apakah ramai atau tidak.

"Bisa jadi pemasukan tapi masih belum signifikan," katanya kepada TribunSolo.com.

Dirinya mengungkapkan meski saat ini dari pihak Pemkab Karanganyar memberi banyak kelonggaran kepada para wisatawan.

Namun ketakutan akan sidak atau razia masih menjadi momok bagi pendatang dari luar kota.

Baca juga: Kemarin di Sukoharjo dan Tawangmangu, Kini Jogja Dibanjiri Hujan Es Cukup Besar, Fenomena Apa?

Baca juga: Pengelola Hotel Bisa Dijerat Pidana Jika Terbukti Sediakan PSK di Solo, Terancam 7 Tahun Penjara

"Isu ada razia swab atau rapid di jalan masih jadi perbincangan," ungkapnya.

"Sehingga banyak orang yang takut waktu mau datang," jelasnya.

Walaupun demikian libur tanggal merah atau perayaan tertentu cukup menjadi penambah pundi-pundi setelah sebelumnya harus banyak menutupi kerugian.

Meski dalam beberapa periode liburan ruas jalan Tawangmangu terlihat ramai, namun dampaknya terhadap usaha perhotelan masih sangat minim.

"Mereka rata-rata cuma jajan dan jarang ada yang menginap," imbuhnya.

Karwadi juga menambahkan hingga saat ini masih banyak para pengusaha hotel atau penginapan yang masih mencari dana untuk menutupi biaya operasional usaha mereka.

"Sertifikat yang digadaikan juga masih banyak," terangnya.

Gadaikan Sertifikat

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Karanganyar pasrah tidak bisa berharap banyak pemasukkannya terkerek.

Menurut Penasehat PHRI Karanganyar, Karwadi, jumlah pengunjung yang terus merosot itu juga disebabkan oleh aturan penyekatan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat.

"Ada PSBB, terus PPKM, sekarang dibuat skala mikro, semuanya tetap berpengaruh ke usaha penginapan dan perhotelan," katanya kepada TribunSolo.com pada Jumat (12/2/2021).

"Kami sudah hampir putus asa, jadi pasrah saja," imbuhnya.

Wisatawan di Tawangmangu Membludak, Tapi Hotel dan Homestay Merana, Nyaris Tak Ada Pengunjung Datang

Long Weekend, Kawasan Tawangmangu Ditutup kabut Tebal, Jarak Pandang Berkendara Cuma 5 Meter

"Meskipun libur panjang, namun tak berdampak banyak ke jumlah pengunjung, sama saja," tambahnya lagi.

Dirinya menambahkan, bahwasanya banyak pengusaha hotel yang masih bisa membawa rombongan tamu dalam jumlah besar, namun hal itu urung dilakukan karena takut melanggar aturan.

"Sebenarnya masih ada rombongan yang mau datang kalau kita giatkan lagi promosi, tapi karena ada banyak aturan pembatasan jadi kita minimalisir saja daripada nanti harus berurusan hukum," ujarnya.

Bahkan karena semakin terdesak dengan biaya operasional yang terus berjalan banyak pengusaha hotel dan penginapan yang menggadaikan sertifikat aset mereka.

"Kasihan pengusaha penginapan melati, banyak yang harus menggadaikan aset supaya bisa menggaji karyawan dan membayar listrik," terangnya.

"Sebagian besar mereka juga penduduk lokal yang harus bertahan hidup di tengah usaha wisata yang lesu," tuturnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Setahun Pandemi Covid-19 di Klaten, Tingkat Kunjungan Wisatawan Turun Drastis

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved