Akibat Minuman Keras, Dua Kelompok Massa di Manokwari Saling Serang, Satu Orang Meninggal
Akibat minuman keras dua kelompok massa di Papua terpaksa harus bentrokan satu sama lain hingga menyebabkan seorang warga harus meregang nyawa
Namun, untuk mengantisipasi adanya aksi susulan, aparat gabungan TNI-Polri terus bersiaga.
Berikut fakta selengkapnya yang dikutip TribunSolo.com dari Kompas.com:
1. Kronologi kerusuhan
Dandim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf Chandra Diyanto mengungkapkan, demo yang dilakukan para pelajar SMA ini bermula adanya informasi yang viral di tengah-tengah masyarakat tentang dugaan ujaran rasisme diduga dilakukan seorang guru.
Akan tetapi, setelah dilakukan pengecekan hal itu tak benar terjadi.
Dikatakan Chandra, sebenarnya kemarin (Senin) sama sekali tidak ada rencana aksi unjuk rasa di Kota Wamena.
Untuk unjuk rasa sendiri direncanakan akan berlangsung tanggal 26-27 September 2019.
Candra menjelaskan, aksi anarkis bermula ketika para pelajar dari sekolah PGRI mengajak para pelajar SMA Yapis untuk ikut turun ke jalan namun tak diindahkan, sehingga mereka merusak sekolah Yapis.
“Jadi anarkis bermula ketika mereka merusak sekolah SMA Yapis, yang saat itu juga para pelajarnya dibuat ketakutan,” jelasnya Senin (23/9/2019) tengah malam waktu Papua.
Dari sinilah, lanjut Chandra, kemudian muncul aksi spontanitas dari mereka mengajak seluruh pelajar SMA di Kota Wamena untuk ikut turun ke jalan.
“Kita sudah coba redam bersama Bupati Jayawijaya, namun ajakan yang semakin kuat membuat jiwa muda para pelajar ini untuk ikut-ikutan turun ke jalan."
"Padahal, kemarin itu merupakan jadwal para pelajar melangsungkan ujian,” katanya.
2. Disusupi KNPB
Masih dikatakan Chandra, demo anarkis yang dilakukan pelajar SMA di Kabupaten Jayawijaya disusupi Kelompok Komite Nasional Papua Barat ( KNPB).
“Demo di Wamena memang murni dilakukan para pelajar SMA tapi aksi pembakaran sepertinya sudah terencana dan bisa saya katakan itu dilakukan kelompok KNPB,” ungkapnya Senin.