Berita Klaten Terbaru
Di Klaten, Ada Sumur Raksasa Peninggalan Belanda, Hubungkan Rawa Jombor dengan Irigasi Pertanian
Sebuah sumur raksasa peninggalan Belanda ternyata masih ada sampai saat ini di Desa Jotangan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Sebuah sumur raksasa peninggalan Belanda ternyata masih ada sampai saat ini di Desa Jotangan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.
Lokasi sumur tua tersebut berada di Bukit Pegat.
Sumur tersebut menghubungkan antara Rawa Jombor hingga irigasi pertanian di Cawas.
Baca juga: Balita yang Tewas Tercebur Sumur di Jebres Solo Dimakamkan di Mojolaban, Begini Kesaksian Pejabat RT
Baca juga: BPBD Indramayu Sebut Semburan Api di Sawah Muncul Sendiri, Masuk Radius Sumur Bor Belanda
Kades Jotangan, Sumarna mengatakan, sumur tersebut sudah ada sejak era Belanda menjajah Indonesia.
Dia mengatakan, ada empat titik lokasi sumur tersebut, 3 berada di Desa Jotangan dan 1 di Desa Krakitan.
Pantauan TribunSolo.com di lapangan kedalaman sumur raksasa tersebut diperkirakan sekitar 15 meter.
Terlihat dalam sumur tersebut terdapat aliran sungai.
Sumarna mengatakan, dirinya tidak mengetahui sejarah rinci dari keberadaan sumur tersebut.
"Ini Sudah ada lama sejak jaman Belanda," ucap Sunarna kepada TribunSolo.com, Jumat (23/4/2021).
Baca juga: Warga Karanganom Klaten Dihantui Kecemasan : Sumur Ambles Terus Terjadi, Kini Kesulitan Air Bersih
Dia mengatakan, aliran sungai bawah tanah di sumur tersebut mengarah ke Desa Talang, Desa Kebon Kecamatan Bayat hingga Kecamatan Cawas dan digunakan untuk irigasi pertanian warga.
Lokasi sumur tersebut berada di pekarangan milik warga sehingga pemerintah desa tidak bisa berbuat banyak.
"Kami tidak bisa kucurkan anggaran desa ke lahan bukan milik Desa," pungkasnya.
Air Sumur Bor di Karanganyar Keluarkan Api
Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Wilayah Solo mengeluarkan hasil penelitian terhadap sumur bor di Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.
Hasilnya mengejutkan, karna sumber air bekas pengeboran sumur sedalam 120 meter, air yang keluar dari pipa sambungan ternyata asin dan mengandung gas.
Terlabih Kepala Cabang Dinas ESDM Wilayah Solo, Dwi Lestari Novianti menyampaikan, pihaknya menjelaskan, hasil laboratorium, air yang keluar dari pipa pengeboran itu tidak layak untuk dikonsumsi.
Disamping karena tingkat kekeruhannya, kesadahan, klodirda dan zat padatnya cukup tinggi, juga terdapat kandungan zat besi, tembaga dan amonia.
"Di situ memang kalau untuk kebutuhan sehari-hari, minum, mandi sesuai analisa laboratorium itu tidak layak," katanya usai rapat koordinasi di Pemkab Karanganyar.
Baca juga: Keluar Api dari Sumur Bor di Gondangrejo Karanganyar, Ternyata Air Aman Dikonsumsi: Rasanya Asin
Baca juga: Misteri Apa di Karanganom Klaten : Sudah 14 Sumur Ambles Beruntun,Tapi Belum Terpecahkan Penyebabnya
Namun apabila air itu melalui tahap pengolahan terlebih dahulu mungkin layak untuk dikonsumsi.
Menurutnya, apabila air itu dikonsumi dapat menyebabkan sakit perut, diare dan lainnya.
"Intinya kalo mau dikembangkan untuk wisata butuh penelitian lebih lanjut, termasuk kandungan gasnya," ungkapnya.
Penelaah Data Cabang Dinas ESDM Wilayah Solo, Puguh Dwi Hartanto menambahkan, ada sumur air tawar di sekitar sumber air yang mengandung gas dan berasa asin itu di sisi barat sekitar 960 meter dan ke arah selatan sekitar 100 meter.
"Dimungkinkan air yang airnya asin itu merupakan air purba yang terjebak pada saat pembentukannya. Kemudian saat pengendapan formasi kalibeng tersebut juga terbentuk gas," kata dia.
"Nah gas itu keluar merembes melalui rakahan, dan kemudian dipicu dengan adanya pembangunan air (sumur bor), lalu air keluar bersaman dengan gas, lalu menimbulkan air asin dan gas yang ringan itu mudah terbakar," jelasnya.
Sementara itu Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Karanganyar, Agus Cipto Waluyo mengatakan, apabila hendak menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat wisata tentu kondisi sumber air itu harus terjaga seperti gasnya dan kadar garamnya.
Sehingga perlu ada kajian mendalam untuk mengetahui potensi yang ada di dalam sumber air tersebut.
"Jangan-jangan sebulan ini gasnya sudah hilang, sifat garamnya sudah hilang. Dari kondisi ini belum bisa dikaji apakah dapat menjadi potensi wisata yang menjanjikan, karena kelangsungan kondisi belum diuji," ucapnya.
Baca juga: Viral Video Oknum TNI Bubarkan Paksa Hajatan Sambil Membentak, Dandim Kini Minta Maaf
Baca juga: Warga Karanganom Klaten Dihantui Kecemasan : Sumur Ambles Terus Terjadi, Kini Kesulitan Air Bersih
Agus meminta kepada pemerintah desa setempat supaya tetap menerapkan protokol kesehatan kepada pengunjung yang datang. Mengingat sejak ramai diperbincangkan, banyak orang yang datang ke sumber air tersebut.
Di sisi lain apabila tidak ada pengunjung, Sholikin memanfaatkan api yang bisa muncul dari sumber air itu untuk memasak. Baik itu nasi maupun air.
Sholikin menceritakan, ada beberapa orang terutama dari luar daerah yang datang ke rumahnya untuk mengambil air dari sumber air tersebut. Mengingat air tersebut dipercaya dapat digunakan untuk pengobatan kulit. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Mata Air Asin dan Bergas di Karanganyar Ramai Dikunjungi, Pemkab Karanganyar Lirik Potensi Wisata