Berita Klaten Terbaru
Hari Pertama Masuk Kerja, Bupati Klaten Sri Mulyani Sebut Tak Ada Sidak Dinas: Mau Halal Bihalal
Bupati Klaten Sri Mulyani tidak menggelar inspeksi mendadak (Sidak) hari pertama masuk kerja ini, Senin (17/5/2021).
Penulis: Rahmat Jiwandono | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Rahmat Jiwandono
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Bupati Klaten Sri Mulyani tidak menggelar inspeksi mendadak (Sidak) hari pertama masuk kerja ini, Senin (17/5/2021).
Sri Mulyani mengatakan, pihaknya tidak akan menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke dinas-dinas.
"Enggak ada sidak karena mau halal bihalal dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD)," katanya, Senin (17/5/2021).
Baca juga: Guru ASN di Klaten Asyik Belanja saat Jam Kerja, Tak Tahu Ada Sidak Satpol PP: Langsung Kena Tegur
Baca juga: Ini Alasan Wali Kota Solo Gibran, Sempat Marahi Guru saat Sidak Simulasi Pembelajaran Tatap Muka
Sri Mulyani memastikan tidak ada ASN yang bolos kerja di hari pertama masuk kerja usai libur lebaran.
"Saya jamin ASN di Kabupaten Klaten enggak ada yang bolos kerja."
"Saya juga tidak menerima laporan dari Badan Kepegawaian Daerah (BKD) kalau ada ASN yang bolos," katanya pada Senin (17/5/2021).
Apabila ada ASN yang tidak hadir, menurutnya, karena mereka sedang menjalani karantina atau isolasi mandiri.
"Kalau pun ada yang tidak masuk kerja pada hari ini prosentasenya kecil, mereka sedang karantina atau isolasi mandiri," jelas dia.
Guru ASN Kena Sidak
Dua orang Aparatur Sipil Negara (ASN) ikut terjaring dalam inspeksi mendadak (sidak) yang diadakan Satpol PP Kabupaten Klaten di empat pusat perbelanjaan, Rabu (5/5/2021).
Diketahui identitas dua orang ASN ini yaitu Riswanti dan Siti Wakinah.
Mereka adalah seorang guru di salah satu SD di Klaten.
Baca juga: Pilunya Pensiunan PNS di Sragen, Habis Belanja ke Pasar Ditabrak Bus Sumber Selamat hingga Meninggal
Baca juga: Masih Jadi PNS, Oknum Guru di Solo yang Jadi Pelakor Buat Surat Pernyataan Tak Berhubungan Lagi
"Kedua ASN ini kami temui saat sedang berbelanja di toko ketiga dan keempat yang kami datangi," ujar Plt Kepala Satpol PP Klaten, Rabiman, Rabu (5/5/2021).
Pihaknya pun langsung meminta identitas masing-masing ASN guna dilakukan pendataan dan diberi peringatan.
"Mereka kami data dan sudah ditegur," terangnya.
Teguran itu diberikan lantaran mereka dinilai berada di luar kantor saat jam kerja.
Baca juga: Cinta Terlarang Anggota DPRD dengan PNS Cantik : Bermula Kenalan via Facebook, lalu Check In Hotel
"Ini kan masih jam kerja kok malah ada di tempat perbelanjaan," katanya.
Rabiman menegaskan, bahwa ASN tidak boleh pergi kemana pun jika belum waktunya pulang.
"Tunggu jam kerja selesai dulu," ujarnya.
Sidak Keramaian Karanganyar
Antisipasi munculnya gelombang ketiga pandemi Covid-19 di Karanganyar, aparat gabungan Satpol PP, Dishub dan Dinkes Karanganyar melakukan sidak ke sejumlah pusat keramaian.
Lokasi yang disasar antara lain swalayan dan rumah makan yang disinyalir menjadi area yang padat dan sering melupakan protokol kesehatan.
Mereka menggelar sidak pada Selasa (4/5/2021) kemarin.
Baca juga: Muncul Klaster Tahlilan di Sragen, 2 RT Harus Lockdown, 44 Warga Positif Corona
Baca juga: Soal Larangan Mudik 2021, Satgas Covid-19 Solo Sebut Jangan Sampai Corona Meledak Seperti di India
Pihaknya menemukan satu swalayan yang cukup padat dan melanggar protokol kesehatan.
"Kami ingatkan dan apabila masih nekat melanggar akan kami tutup unit usahanya," katanya.
"Dalam inspeksi kemarin masih belum ada sanksi, masih sebatas edukasi," ujarnya.
Dirinya berharap peraturan Pemkab yang mengatur protokol kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik.
"Kami sudah izinkan untuk membuka unit usaha, karena ekonomi perlu berputar dan warga perlu hiburan, tapi batas protokol 50 persen harus dilaksanakan," terangnya.
Baca juga: Buntut Imam Salat Tarawih di Klaten Terpapar Corona, Kini Tambah 5 Orang Positif: Termasuk Anaknya
Secara terpisah, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan (Dinkes) Karanganyar, Nuk Suwarni menuturkan, kesadaran masyarakat dalam menjaga protokol masih cukup baik, namun perlu diawasi sehingga kesadaran tetap terjaga.
"Kami lihat 90 persen sudah mengenakan masker dengan benar, namun dari tempat usaha masih banyak yang teledor seperti handsanitizer habis, dan area publik yang masih terlalu sempit," jelasnya.
Dirinya mengimbau bila protokol kesehatan ini tidak dihiraukan dengan baik, maka potensi penularan Covid 19 dapat kembali melonjak.
"Minggu kemarin, Karanganyar sempat menyandang zona merah, kalau dibiarkan tanpa pengawasan dan kesadaran penularan bisa semakin masif," tegasnya.
Klaster Imam-Takmir
Penularan covid-19 di klaster masjid di Desa Pelemgadung, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen terus bertambah.
Ketua RT setempat, Hidayat menyatakan kini total terdapat 13 warganya yang menjalani isolasi mandiri di Sragen Technopark.
Hal ini pasca swab test massal sehingga bertambah 6 orang terpapar covid-19 yang merupakan kerabat terdekat hingga tetangga imam dan takmir yang meninggal dunia.
"Semua dalam keadaan sehat, termassuk OTG," jelas dia kepada TribunSolo.com, Senin (05/04/2021)
Menurut bidan Desa Pelemgadung, Luluk menjelaskan pada 1 dan 2 Mei lalu, kembali dilakukan tes swab kepada 7 orang yang kontak erat dengan ustaz.
Baca juga: Muncul Klaster Tahlilan di Sragen, 2 RT Harus Lockdown, 44 Warga Positif Corona
Baca juga: Klaster Salat Tarawih di Sragen, Ustaz Meninggal Positif Covid-19, 13 Orang Ikut Terpapar
"Kemarin dilakukan swab mandiri. Hasilnya negatif semua" kata Luluk.
Dengan hasil tersebut, maka proses tracing dihentikan dan mulai fokus pada proses penyembuhan warga yang terpapar covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Sragen, Hargiyanto mengingatkan kepada masyarakat, untuk tetap mematuhi protokol kesehatan saat berada di masjid.
"Tetep prokes. Mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak antara jamaahnya. Jamaah diminta untuk membawa alas sholat sendiri" jelas dia.
Klaster Masjid
Kasus ustaz meninggal karena corona di salah satu masjid di Desa Pelemgadung, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen menjadi sebuah klaster.
Sebab, diketahui saat ini total ada 13 orang dari hasil tracing yang terpapar corona.
Ketua RT setempat, Hidayat mengatakan, hasil tracing sampai tanggal 2 Mei 2021 kemarin ada total 13 orang positif lantaran kontak erat dengan ustaz tersebut.
Baca juga: Varian Baru Corona dari India dan Afrika Selatan Masuk Indonesia, Menkes: Penularan Relatif Tinggi
Baca juga: Soal Larangan Mudik 2021, Satgas Covid-19 Solo Sebut Jangan Sampai Corona Meledak Seperti di India
Hidayat menjelaskan, bermulanya klaster Salat Tarawih ini adalah saat ustaz R mulai batuk-batuk tiga hari menjelang bulan puasa tiba.
"Waktu memimpin salat tarawih hari pertama, ustaz R bacanya ada berhentinya. Seperti orang keselek. Seperti orang sesek," kata Hidayat, saat ditemui TribunSolo.com, Senin (03/05/2021).
Setelah sakit, Ustaz R tidak datang ke masjid, dan dirawat di rumahnya.
Selang beberapa hari, takmir masjid yang sangat dekat dengan Ustaz R juga diketahui sakit, dimana saat dirawat di rumah tidak membaik.
"Setelah 9 hari dirawat, Takmir masjid meninggal dunia. Setelah di tes, ternyata hasilnya positif," ujar Hidayat.
Baca juga: Mau Nekat Mudik ke Solo? Renungkan Kasus Corona Meroket,166 Orang Isolasi & 58 Orang Dilarikan ke RS
Hidayat menambahkan, penularan diduga terjadi melalui mic masjid, yang digunakan bergantian oleh kedua orang tersebut.
"Ada satu mic masjid yang digunakan bergantian. Jadi, kalau Ustaz datang pertama, dia yang adzan. Kalau takmir yang datang, dia yang azan. Ganti-gantian" jelas Hidayat.
Setelah tidak datang ke masjid, azan di masjid dilakukan oleh warga lain, yang setelah tracing juga positif covid-19.
"Kemungkinan besar, nularnya lewat mic itu," kata Hidayat.
Melihat kasus tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen, Hargiyanto mengimbau kepada warga seluruh masjid, untuk mensterilkan mic yang digunakan.
"Karena digunakan bergantian, mic yang digunakan bisa dibersihkan rutin dengan disemprot disinfektan," himbau Hargiyanto.
Masjid Ditutup Sementara
Sebuah masjid di Desa Pelemgadung, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen ditutup sementara atau di-lockdown.
Penutupan masjid tersebut dilakukan setelah ditemukan kasus meninggal pasien Covid-19 di desa tersebut.
Ketua RT setempat, Hidayat mengatakan itu terpaksa dilakukan setelah takmir masjid tersebut, dinyatakan meninggal dunia karena covid-19. Berselang 1 minggu kemudian, ustadz masjid tersebut juga dinyatakan meninggal dunia karena terpapar covid-19.
"Kita tutup sejak 17 April sampai 30 April. Kemudian diperpanjang lagi dari 1-10 Mei nanti" ujar Hidayat saat ditemui TribunSolo.com, Minggu (02/05/2021)
Dari pantauan TribunSolo.com, suasana sepi terlihat di kompleks masjid tersebut. Lampu masjid tidak menyala, serta tidak terdapat aktivitas jamaah di dalamnya.
Baca juga: 50 Warga di Banmati Sukoharjo Isolasi Mandiri, Gegara Imam Masjid Positif Covid-19
Baca juga: Viral Kakek 70 Tahun Kelelahan Bawa Jasad Istri Naik Sepeda, Warga Ogah Menolong Takut Covid-19
Sepinya masjid tersebut berdeda dengan suasana masjid lainnya, yang telah menggelar salat tarawih berjamaah selama bulan ramadhan tahun ini.
Perpanjangan penutupan masjid perlu dilakukan karena setelah dilakukan tracing, terdapat 6 orang lainnya yang dinyatakan terpapar covid-19.
"Setelah hasil tes PCR takmir masjid keluar, langsung dilakukan screening oleh satgas kecamatan. Dari 23 yang diperiksa, 6 diantaranya terkonfirmasi positif" kata Hidayat.
Sebanyak 6 orang tersebut kini menjalani isolasi di Technopark, Sragen hingga 9 Mei dan termasuk kedalam kelompok OTG.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen, dr Hargianto menyatakan masih melakukan penelusuran terhadap kasus ustadz tersebut.
"Iya benar. Besok senin kita lakukan tracing lagi. Ternyata ustadz dengan 7 orang berbeda klaster" katadia. (*)