Berita Boyolali Terbaru
Misteri Batu Bertuliskan Aksara Jawa Kuno di Ladang Cepogo Boyolali, Diduga Sejak Kerajaan Mataram
Warga dihebohkan dengan penemuan diduga benda purbakala di ledang tembakau Kabupaten Boyolali.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Warga dihebohkan dengan penemuan diduga benda purbakala di ladang tembakau di Kabupaten Boyolali.
Tepatnya di lereng Gunung Merapi-Merbabu di Dukuh Wonosegoro, Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo.
Panjangnya sekitar 100 sentimeter dan lebar 20 sentimeter, tetapu sebagian permukaan ada yang rusak sehingga beberapa huruf tidak terbaca.
Tulisan pada batu kurang lebih :
"....selamat tahun caka 823 bulan Jiayasta tanggal 5 Hariang, hari wage soma tempat ini bernama Pasyarungga," tertulis dalam batu tersebut.
Baca juga: Selain Baca Permintaan Maaf, Sopir & Kernet Truk Ugal-ugalan di Boyolali Lemas, Juga Ditilang Polisi
Baca juga: Kagetnya Petugas di Sukoharjo, Ada Warung Mentok Diduga Jual Daging Anjing, Kini Diuji Laboratorium
Pegiat sejarah dan batuan cagar budaya di Boyolali Surojo mengatakan, benda purbakala itu berupa prasasti yang diperkirakan ditulis pada masa Kerajaan Mataram Kuno.
Prasasti yang bernama Pasyarungga atau Wonosegoro saat pemerintahan Rakai Watukuta Dyah Balitung, Raja Mataram Kuno yakni era 898-908 masehi.
"Kami telah menemukan sebuah prasasti di ladang tembakau," ucap Surojo, kepada TribunSolo.com, Selasa, (1/6/2021).
Surojo menerangkan, prasasti tersebut disebut prasasti Pasyarungga, karena di salah satu tulisan di prasasti itu menyebutkan suatu tempat yang disebut Pasyarungga.
Ia mengatakan prasasti tersebut ditulis dengan menggunakan huruf dan bahasa Jawa kuno.
"Kami sebenarnya belum mengetahui secara pasti tentang prasasti tersebut, apakah padepokan, ritual keagamaan Hindu, atau tempat penulisan naskah kuno," kata dia.
Ia menuturkan, saat pemerintahan Dyah Balitung, istana Kerajaan Medang berada kawasan Poh Pitu yang diberi nama Yawapura.
Sebab istana Mamratipura yang dulu dibangun oleh Rakai Pikatan telah rusak dampak perang saudara selang Rakai Kayuwangi melawan Rakai Gurunwangi.
"Saat pemerintahan Dyah Balitung, istana Kerajaan Medang tidak lagi berada di kawasan Mataram, ataupun Mamrati, melainkan sudah dipindahkan ke kawasan Poh Pitu yang diberi nama Yawapura," ujar Surojo.
Baca juga: Kamar RS untuk Isolasi Covid-19 di Kudus Penuh, Gubernur Ganjar : Kalau Perlu RS di Solo Bisa Bantu
Baca juga: Batu Mirip Stupa Candi Ditemukan di Boyolali, Terlantar di Kawasan Makam Desa Nepen
Dia menduga masih ada batu lain yang bertuliskan huruf serupa.
Meskipun begitu, ia mengatakan prasasti tersebut masih dalam tahap penelitian.
"Kami duga masih ada batu lain dengan huruf yang serupa, namun kami meneliti prasasti itu," terang dia Surojo.
Mirip Stupa
Batu mirip stupa tergeletak di kawasan pemakaman RT 05 RW 01, Dukuh Kestalan, Desa Nepen, Kabupaten Boyolali.
Berdasarkan pantauan TribunSolo.com, batu tersebut berada di area pemakaman Hastonoloyo, tepatnya dekat sungai desa.
Terlihat di batu tersebut terdapat corak di sekelilingnya.
Baca juga: Polsek Candipuro Lampung Selatan Dibakar Massa, Diduga Warga Ngamuk karena Marak Kasus Begal
Baca juga: Hilangnya Batu Candi Berbentuk Singa di Klaten Ternyata Sudah Dua Kali Terjadi, di Mana Pemerintah?
Terdapat ukiran seperti cincin mengelilingi batu stupa tersebut.
Selain itu, di bagian bawah terdapat juga ukiran-ukiran yang melingkari badan stupa itu.
Bambang Sutejo, warga setempat mengatakan, batu tersebut sudah lama berada di lokasi itu.
Baca juga: Hilangnya Batu Candi Berbentuk Singa di Klaten Ternyata Sudah Dua Kali Terjadi, di Mana Pemerintah?
"Batu itu berada disitu sudah lama sekali, bahkan zaman kakek saya masih kecil," ungkap Sutejo, Selasa (1/6/2021).
Warga menyakini benda tersebut stupa candi yang memiliki nilai sejarah.
"Masyarakat tidak memperlakukan benda itu secara khusus, dan responnya masyarakat biasa," kata Sutejo.
Baca juga: Kondisi Situs Mbah Gempur Klaten Memprihatinkan, Tak Terawat, Batu Candi Hilang Dicuri
Sementara itu, Penggiat sejarah dan batuan cagar budaya di Boyolali Surojo mengatakan, berat batuan mirip stupa itu memiliki bobot kurang lebih 1 ton.
"Ada batu diduga stupa dengan bobot lebih 1 ton, digunakan untuk ritual pemujaan Budha," kata Surojo.
Surojo menduga batuan tersebut ada sekitar abad 9 - 10 masehi.
Diperkirakan batuan itu ada di zaman pasyarungga (Hindu).
"Ya semacam candi kecil, dulu dugaan kita merupakan bekas candi agama budha, karena banyak ditemukan batu-batu yang seperti pagar yang tertimbun pagar," ungkap Surojo. (*)