Berita Sukoharjo Terbaru
Sudah Kena Pandemi, Warga Bulu Sukoharjo Kesulitan Air Bersih, Padahal Puncak Kemarau Masih Agustus
Dua dusun di Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo sudah mulai didropping air bersih.
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Dua dusun di Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo sudah mulai didropping air bersih.
Menurut Kepala Pelaksana BPBD Sukoharjo Sri Maryanto, dropping air dilakukan di Dukuh Tugusari RT 01 RW 07, Desa Kamal, dan Dukuh Gampingan RT 01 RW 10, Desa Ngasinan.
Padahal, di Kabupaten Sukoharjo masih sering terjadi hujan lokal.
Kendati demikian, kebutuhan air bersih tidak mencukupi untuk masyarakat di dua dusun tersebut.
"BPBD sudah mengupayakan dropping air bersih lewat CSR untuk mencukupi kebutuhan air di dua dusun tersebut," katanya, Kamis (17/6/2021).
Baca juga: Bikin Lega, Warga Boyolali di Sekitar RS Covid-19 & Asrama Donohudan Diprioritaskan Disuntik Vaksin
Baca juga: Misteri Kenapa Angka Ganjil saat Ngebor Kedalaman Sumur Tua di Bukit Kamal Bulu, Begini Kisahnya
Hingga saat ini, di Dusun Tugusari sudah dilakukan dropping sebanyak 16 tengki, sementara di Dusun Gampingan sudah sebanyak 4 tengki air bersih.
Sri meminta agar masyarakat yang berada di daerah rawan kekeringan, untuk mempersiapkan datangnya musim kemarau.
"Diperkirakan, puncak musim kemarau hingga bulan Agustus 2021," ujarnya.
Untuk peta rawan kekeringan sendiri masih sama seperti tahun lalu, utamanya di selatan Kabupaten Sukoharjo, yakni di Kecamatan Bulu, Weru, dan Tawangsari.
BPBD Sukoharjo sendiri sudah menyiapkan 200 tengki air bersih, untuk memenuhi kebutuhan air bersih selama musim kemarau.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (Dispertan) Sukoharjo, Bagas Windaryatno mengatakan, pihaknya juga sudah bersiap menghadapi musim kemarau untuk lahan pertanian.
Sejumlah pompa air disiapkan untuk membantu petani mendapatkan kebutuhan air untuk lahan pertanian mereka.
"Data potensi lahan pertanian yang bakal terdampak musim kemarau ini sedang kami himpun," ujarnya.
Baca juga: Tahan Dulu, Jangan Hadiri Pesta Nikah di Zona Merah, Gibran : Belajar dari Kasus Wonogiri & Sragen
Baca juga: Kades Sekarwangi Wara-wiri ke 4 Rumah Sakit Viral di Media Sosial, Ini Faktanya
"Yang jelas, kami sudah siapkan pompa, yang sewaktu-waktu bisa dipinjam oleh petani," tambahnya.
Bagas menjelaskan, potensi lahan kekeringan sendiri masih akan terjadi di wilayah selatan Kabupaten Sukoharjo.
"Ada Kecamatan Bulu, Weru, dan Tawangsari," jelasnya.
Ngangsu Berkilo-kilo Meter
Kesulitan air dirasakan warga di lereng perbukitan Kamal, Kabupaten Sukoharjo di tengah kemarau ini.
Tepatnya di Tugusari RT 001 RW 007, Desa Kamal, Kecamatan Bulu.
Saban hari, warga harus mengangsu dari mata air yang jaraknya 1 hingga 3 km.
Tanjakan curam dan kelokan harus mereka lahap biar sampai ke sumber mata air. Itu berlaku juga untuk warga lanjut usia.
"Mereka bawa jirigen kemudian diangsu," kata Kadus Kamal, Samitri kepada TribunSolo.com, Sabtu (5/6/2021).
Baca juga: Viral Nenek Penjual Barang Bekas di Bangjo Sraten Solo : Tak Pasti Dapat Uang, Tapi Tak Mau Menyerah
Baca juga: Persis Solo vs Bhayangkara FC Berakhir Imbang 2-2, Coach Eko Sanjung Comeback Anak Asuhnya
Bila tak kuat, warga memilih menggunakan sepeda motor untuk sampai ke sumber air.
Sumber air yang diambil harus digubakan seirit mungkin. Buat mandi saja itu hanya seukuran ember sedang per orang.
Itu dilakukan warga saban hari karena sumur bor sedalam 90 meter tengah diperdalam. Kedalaman sumur bor kini tengah ditambah 30 meter.
Warga swadaya untuk membiayai penambahan kedalam sumur. Total mereka berhasil mengumpulkan Rp 30 juta.
"Itu dari hasil pengumpulan jimpitan Rp 1.000 tiap malam dari 45 kepala keluarga," kata Samitri.
Selain mengandalkan swadaya, dana desa juga turut digelontorkan. Untuk nominalnya, Samitri tidak menyebutkan.
Yang jelas, pembangunan awal sumur bor pada tahun 2000 silam menghabiskan biaya lebih kurang Rp 100 juta.
Samitri mengungkapkan pendalaman sumur bor tidak semudah membalikan telapak tangan.
"Pengerjaan tiga hari itu baru dapat satu meter," ungkapnya.
Itu karena karakter tanah bukit Kamal yang didominasi bebatuan. Di kedalam 6 meter saja, itu sudah ditemukan batu warna hitam yang sangat keras.
"Dulu pembuatan awal jumlah mata bor yang rusak tidak bisa dihitung. Kalau yang sekarang, belum ada satu meter sudah habis 3 mata bor," ujar Samitri.
Warga Dusun Kamal, sambung Samitri, hanya bisa pasrah dengan hasil pendalaman sumur bor.
"Bila tidak bisa, ya kami kembali ngangsu lagi," ucapnya.
Bila tidak, mereka bergantung dengan bantuan BPBD Kabupaten Sukoharjo yang datang tiap 2 kali seminggu.
Lebih kurang dua sampai empat tangki menyuplai kawasan itu. Namun, itupun belum bisa meng-cover kebutuhan warga.
Baca juga: Ada Sejumlah Kades Datangi BPN Klaten, Cari Tahu Besaran Nilai Ganti Rugi Proyek Tol Solo-Jogja
Baca juga: Jalan Rusak di Sragen Makan Korban, Bupati Yuni Janji Perbaikan saat Musim Kemarau
Samitri mengungkapkan, bila pendalaman gagal, pembuatan sumur bor baru tengah dikaji.
"Untuk lokasinya belum tahu," ungkapnya.
Kekeringan di Klaten
Sementara, sebanyak 39 desa yang tersebar di sembilan kecamatan di Kabupaten Klaten merupakan daerah yang kerap dilanda kekeringan.
Sejauh ini belum ada satu pun desa yang mengajukan untuk dikirim bantuan (dropping) air bersih.
"Belum ada yang mengajukan permintaan dropping air bersih ke kami," ujar Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Klaten, Sri Yuwana Haris Yulianta, Rabu (2/6/2021).
Baca juga: Kekeringan, ACT Kirim Air Bersih dengan Mobil Tangki Berkapasitas 8.000 Liter ke Wonosegoro Boyolali
Baca juga: Jakarta Hujan Deras hingga Banjir, Wilayah di Indonesia Timur Ini Masih Dilanda Kekeringan Esktrem
Menjelang musim kemarau, upaya yang dilakukan BPBD Klaten untuk mengantisipasi kekeringan ialah menyediakan tangki air bersih.
"Untuk tahun ini kami siagakan 750 tangki air bersih."
"Satu tangki air berkapasitas 5.000 liter, sehingga kami punya stok air bersih sebanyak 3,75 juta liter air," papar Haris.
Ia mengatakan, musim kemarau tahun ini diprediksi mulai 1 Juli sampai 31 Oktober 2021.
Baca juga: Alami Kekeringan, Pemkab Sukoharjo dan Warga Shalat Istisqa, Pemkab Janji Tahun Depan Buatkan Sumur
"Puncak musim kemaraunya diprediksi pada Agustus," terangnya.
Sejatinya musim kemarau jatuh pada Juni ini namun karena masih sering turun hujan maka mundur satu bulan.
"Karena menurut BMKG saat ini masih sering turun hujan," katanya. (*)