Berita Boyolali Terbaru
Petani Tembakau di Boyolali Resah, Intensitas Hujan yang Tinggi Bisa Rusak Tanaman
Intensitas hujan yang tinggi beberapa waktu terakhir ini membuat Petani tembakau di Banyudono, Boyolali resah.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Ryantono Puji Santoso
"Ada 85 persen petani sini yang menggarap porang," ujarnya.
Baca juga: Pamit Jual Kucing Anggora, Gadis 22 Tahun Asal Karanganyar Tak Kunjung Pulang, Polisi Turun Tangan
Baca juga: Kasus Covid-19 Masih Tinggi, DBD Ikut Terus Merebak, Kini di Sukoharjo Chikungunya Juga Merajalela
Mereka juga tergabung dalam Asosiasi Asuhan Pemberdayaan Petani Porang Indonesia yang menaungi dari pembelajaran porang hingga penjualannya.
"Kami sudah bekerjasama dengan pabrik yang kelak akan mengekspor hasil panen kami ke berbagai negara, dan Cina menjadi pasar utama," katanya.
"Di sana akan menjadi bahan dasar untuk kosmetik, panganan dan berbagai olahan lainnya," jelasnya.
Dari penjualan porang dirinya meraih untung hingga ratusan juta sekali panennya.
"Bila satu hektar setidaknya membutuhkan modal Rp 100 juta untuk bibit, pupuk hingga biaya penggarapan lahan," tuturnya.
"Kami sekali panen setidaknya bisa mendapatkan Rp 400 juta,kepada pembeli yang sudah memiliki MoU dengan kami," terangnya.
Sukses Tanam Porang
Paidi, mantan pemulung asal Desa Kepel, Kecamatan Kare, Madiun, meraih sukses usai berbisnis porang.
Porang atau sejenis umbi yang dapat dijadikan bahan maanan, kosmetik, dapat merubah kehidupan Paidi.
Paidi menjual porang hingga ke luar negeri.
Kesuksesannya tak membuat dirinya jumawa.
• Cerita Pembuat Lampion Shio di Solo, Tak Mau Terlalu Pikirkan Omzet yang Penting Masyarakat Bahagia
Paidi pun berbagi ilmu dan modal bagi petani di desanya untuk mengembangkan porang.
Berikut ini fakta lengkapnya:
1. Mengenal porang dari seorang teman
