Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sukoharjo Terbaru

Kisah Ghifari, Bocah 8 asal Sukoharjo yang Orangtuanya Meninggal Dunia Karena Covid-19

Ashar Al Ghifari Putra Setiawan bocah 8 tahun asal Sukoharjo sudah menjadi yatim piatu karena kedua orangtuanya meninggal dunia karena covid-19

Penulis: Tri Widodo | Editor: Agil Trisetiawan
Dok. Polres Sukoharjo
Ashar Al Ghifari Putra Setiawan dan Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan saat di Mapolres Sukoharjo, Selasa (27/2/2021) 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Kasih sayang kedua orang tua, tidak bisa dirasakan lagi Ashar Al Ghifari Putra Setiawan, warga Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo.

Bocah 8 tahun ini akan melewati hari-harinya seorang diri, setelah kedua orang tuanya meninggal dunia karena Covid-19.

Ghifari, sapaannya kehilangan kedua orang tuanya dalam waktu yang tak terlalu lama.

Ghifari menjadi menjadi Piatu pada Rabu (21/7/2021). Haryati, ibu Ghifari meninggal dunia setelah berjuang melawan virus corona di RSUD Dr Moewardi Solo.

Ayahnya, Deni Budi Setyawan (43), yang jadi satu-satuanya tumpuan siswa kelas ll MIN Sukoharjo ini.

Baca juga: Aturan PPKM Level 4 Sukoharjo: Gerakan di Rumah Saja Dihapus, Bisa Makan Ditempat di Warung Makan

Baca juga: Kecelakaan Maut di Sukoharjo, Sebuah Mobil Menabrak Pohon di Nguter Akibatkan Satu Korban Tewas

Baca juga: PKL Sukoharjo Keluhkan PPKM Level 4, Pemkab Melunak & Beri Kelonggaran? Sekda : Bersabar Dulu

Baca juga: Stok Sering Kosong, Kapolres Sukoharjo Buat Gerakan Donor Plasma Konvalesen

Namun sayang, tepat dua hari setelah kepergian ibunya, giliran Ayahnya mulai drop. Ayah Ghifari mulai batuk-batuk. Badannya demam yang disertai sesak nafas.

Ayah Ghifari, kemudian dilarikan ke RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo, agar mendapat pertolongan.

Namun sayang, kondisi rumah sakit yang penuh menjadikan Deni harus dibawa lagi ke rumah.

Padahal saat itu, kondisi Deni mengalami penurunan saturasi oksigen dalam darah sudah diangka 72. Saat dibawa ke rumah, ayah Ghifari meninggal dunia.

" saat ini, Ghifari, tinggal bersama Nenek dan Pamannya," ujar Eni Sulistyowati, Budhe Ghifari.

Kakak dari ayah Ghifari, Eni Sulistiyowati mengatakan, selama ini, ayah dan ibu Ghifari tinggal bersama dengan kakek Sutrisno dan neneknya Nurmiyati (64) serta pamannya Toni Budi Utomo (30) dalam satu rumah.

Namun, Kakek Ghifari bernama Sutrisno, juga terkonfirmasi positif virus Corona dan dirujuk ke RSUD Ir Soekarno Sukoharjo juga meninggal sebelum Ayah Ghifari meninggal dunia.

Kisah Vino

Nasih Ghifari juga dialami oleh Alvino Dafa Raharjo (8).

Dia menjadi yatim piatu dalam 2 hari, setelah kedua orangtuanya meninggal karena terpapar covid-19.

Vino kini tinggal sendiri, di sebuah desa di Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.

Rencananya, Vino akan dibawa pulang ke kampung halaman ayahnya, Kino Raharjo, di Dukuh/desa Bayanan, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen.

Bude Vino, Sumini (38) mengatakan kepulangan Vino sangat dinanti-nanti oleh keluarganya yang ada di Sragen.

"Sekarang fokusnya ya ke Vino, bagaimana caranya bisa pulang, tidak tega lihatnya disana seorang diri, kalau disini kan ada keluarganya," ungkapnya kepada TribunSolo.com, Jumat (23/7/2021).

Baca juga: Orangtuanya Gugur Karena Covid-19, Keluarga di Sragen Sebut Vino Terlihat Tegar

Baca juga: Kisah Pilu Pria di Pontianak, Menangis Dapat Kabar Sang Ibu Meninggal saat Ditinggal Antre Oksigen

Baca juga: Spanduk Minta Aparat Contohkan Take Away di Solo Sukses, Kapolsek Langsung Datang Borong Makanan

Baca juga: Viral Akad Nikah Pengantin Positif Covid-19, Tetap Dilakukan Meski Terpaksa Menunggu di Gerbang

Kepulangan Vino tidak dapat disegerakan, karena masih harus menjalani masa karantina, karena termasuk kontak erat dengan pasien covid-19.

Vino kini dalam keadaan sehat, dan dinyatakan negatif covid-19.

Selain itu, rencana kepulangan Vino juga terhambat oleh kebijakan pemerintah, yang melakukan pembatasan pergerakan.

"Kita tunggu sampai 25 Juli nanti, kan sekarang keadaanya baru seperti ini, susah dapat penerbangan, atau lewat jalur laut, apalagi jalan-jalan juga ditutup," jelasnya.

Rencananya, Vino akan pulang bersama pamannya, yang saat ini bertanggungjawab atas kehidupan Vino di Kalimantan Timur.

"Kalau pamannya (di Kalimantan) mau mengantar pulang, ya kita bersyukur, tapi seandainya kita yang jemput, ya tidak jadi masalah," ujarnya.

Kedepannya, Vino akan tinggal dirumah peninggalan almarhum ayahnya di Desa Bayanan.

Sedangkan, Vino akan diasuh oleh Budenya, yang tidak lain merupakan kakak perempuan Kino Raharjo.

"Yang penting, kita yang disini sudah menyiapkan masa depannya Vino, semua sudah siap, perihal mau diambil sama keluarga ibunya, ya kita nggak masalah, itu tergantung pilihan Vinonya sendiri," terangnya.

Meski kini Vino tinggal seorang diri, namun Vino sama sekali tak mengeluh, untuk segera kembali ke Sragen bertemu dengan keluarganya.

Sudah Tegar

Bocah 8 tahun Alvino Dafa Raharjo, kini mencoba tegar menghadapi cobaan yang dia alami.

Bocah yang akrab disapa Vino itu, kehilangan kedua orangtuanya yang gugur karena covid-19.

Keduanya ialah Kino Raharjo (30) dan istrinya, Lina Saputri, asal Desa Bayanan, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, yang merantau ke Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Menurut Nenek Vino, Panikem, Vino terlihat tegar saat tahu kedua orangtuanya sudah tiada.

"Sudah tahu (kedua orangtuanya meninggal dunia), tapi dia tegar, nggak menangis," ujarnya kepada TribunSolo.com, Jumat (23/7/2021).

Baca juga: Terkejutnya Vino Mengetahui Orangtuanya Gugur Karena Covid-19, Keluarga di Sragen: Bapak lagi

Baca juga: Viral Akad Nikah Pengantin Positif Covid-19, Tetap Dilakukan Meski Terpaksa Menunggu di Gerbang

Bagi Panikem, cucu ketiganya itu termasuk anak yang pintar dan dewasa.

"Dia dewasa, sudah paham, aktif, pintar dia," singkatnya.

Hingga kini, Vino belum dapat pulang ke Sragen, lantaran tidak ada penerbangan, imbas kebijakan PPKM.

"Terakhir, tadi malam Vino telfonan sama sepupunya di Sragen, ngajak main game bareng, keadaannya sehat banget, ceria," pungkasnya.

Foto Vino dan kedua orangtuanya asal Sragen, yang sudah meninggal dunia, karena covid-19 di Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Foto Vino dan kedua orangtuanya asal Sragen, yang sudah meninggal dunia, karena covid-19 di Kutai Barat, Kalimantan Timur. (TribunSolo.com/Septiana Ayu)

Sempat Terkejut

Rasa duka yang mendalam dialami Alvino Dafa Raharjo (8) yang ditinggal orangtuanya meninggal dunia karena covid-19.

Orangtua Vino merupakan warga Sragen, yang telah merantau lama di Linggang Purworejo, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Saat ini, Vino harus menjalani isolasi mandiri seorang diri dirumahnya di Kutai Barat.

Menurut Nenek Vino, Panikem, orangtua Vino berasal dari Desa Bayanan, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen.

Mereka adalah Kino Raharjo (30) dan istrinya, Lina Saputri,

keduanya meninggal dunia hampir bersamaan, saat berjuang melawan covid-19.

"Vino lahir di Sragen, tapi sejak berumur 7 bulan, Vino dibawa oleh kedua orangtuanya, dan menetap di Kalimantan Timur," katanya, Jumat (23/7/2021).

Baca juga: Keluarga Perantauan asal Sragen di Kutai Barat Gugur Karena Covid-19, Sisakan Bocah 10 Tahun

Baca juga: Kabar Baik untuk Buruh di Boyolali : Tetap Dapat Subsidi Rp1 Juta, Meski Masuk PPKM Level 3

Baca juga: Viral Spanduk Restoran Minta Aparat Contoh Take Away di Solo, Management: Selama PPKM Daruat Sepi

Baca juga: Ibu Hamil yang Dipukul Oknum Satpol PP Gowa Kini Dilaporkan ke Polisi, Dugaan Kehamilan Palsu

Mengetahui kedua orangtuanya meninggal dunia, tak membuat Vino kecil ketakutan.

Menurut Panikem, ibunda Vino meninggal terlebih dahulu.

"Pertama diajak Budenya ke makam ibunya, diajak nyekar, kemudian dua hari kemudian, Vino diajak lagi kesana," katanya.

Ya, selang dua hari, sang ayah tercinta meninggal dunia setelah berjuang melawan covid-19.

Saat diajak ke makam, Vino heran karena ada dua makam disana.

Saat itu, Vino tak mengetahui jika ayahnya telah meninggal dunia.

"Diberitahui Budenya kalau itu makam ayahnya. Lalu Vino bilang 'Bapak lagi, bapak lagi', hanya mengucapkan itu saja, tidak menangis," tambahnya menjelaskan.

Hingga kini, Vino belum dapat pulang ke Sragen, lantaran tidak ada penerbangan, imbas kebijakan PPKM.

"Terakhir, tadi malam Vino telfonan sama sepupunya di Sragen, ngajak main game bareng, keadaannya sehat banget, ceria," pungkasnya.

Isolasi Mandiri Sendiri

Kisah pilu dialami V (10) asal Kampung Linggang Purworejo, Kabupaten Kutai Barat.

Keluarga tercintanya meninggal dunia saat berjuang melawan covid-19.

Orangtua V dinyatakan positif Covid-19 dan menjalani perawatan di Rumah Sakit Harapan Insan Sendawar, Kutai Barat karena positif Covid-19.

Ayah, ibu, dan calon adiknya telah gugur setelah berjuang melawan Covid-19 yang menggerogoti paru-paru mereka.

Sang ibu, LS (31) meninggal dalam kondisi hamil 5 bulan pada Senin (19/7/2021).

Sedangkan sang ayah, KR (31) meninggal keesokan harinya, Selasa (20/7/2021).

Ayah V yang sehari-hari berjualan pentol keliling di Kutai Barat adalah perantau dari Sragen, Jawa Tengah.

Baca juga: PPKM Darurat Diperpanjang Sampai 25 Juli : Jalan Utama di Sragen Belum Tentu akan Terus Ditutup

Baca juga: Cerita Pemilik Gilingan Daging di Sragen: Idul Adha Kali ini Sepi, Bingung Bayar Karyawan

Baca juga: Geger Diduga Tabung Oksigen Palsu Gemparkan Masyarakat, Sempat Dites ke Ikan Langsung Mati

Baca juga: Varian Delta Mulai Mengamuk di Amerika : Juni Masih 10 Persen dari Total Kasus, Kini Sudah 83 Persen

V yang masih bocah kelas tiga SD di Kampung Linggang Purworejo, Kabupaten Kutai Barat menjalani isolasi mandiri seorang diri di rumahnya.

Margono bercerita, adiknya, Kino Raharjo sempat vaksin pertama pada 29 Juni 2021.

Ia kemudian jatuh sakit.

Keluarga sempat mengira Kino sakit tipes dan efek dari vaksin.

Dalam kondisi tidak sehat, Kino tetap berjualan pentol keliling dan sempat kehujanan.

Saat pulang, ia demam dan kondisinya terus memburuk.

"Makan muntah, makan muntah. Sudah diperiksa medis dan diberi obat tapi enggak kunjung sembuh," tutur Margono dikutip daari Kompas.com Kamis (22/7/2021).

ILUSTRASI : Mural bertemakan corona terlukis di dinding terowongan Setu Cipayung Jakarta, Sabtu (29/8/2020). Mural menjadi salah satu media informasi kepada masyarakat tentang bahaya penyebaran corona dan cara pencegahannya.
ILUSTRASI : Mural bertemakan corona terlukis di dinding terowongan Setu Cipayung Jakarta, Sabtu (29/8/2020). Mural menjadi salah satu media informasi kepada masyarakat tentang bahaya penyebaran corona dan cara pencegahannya. (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Pada 11 Juli 2021, Kino pun dilarikan ke RS dan saat swab, Kino diketahui positif Covid-19.

Namun oleh petugas medis, Kino diminta untuk isolasi mandiri di rumah.

"Tapi setelah di rumah sakit diperiksa hasil swab positif (Covid-19) tepat 11 Juli. Oleh petugas medis, diberi obat, vitamin, suruh isolasi di rumah," terang Margono.

Setelah tahu suaminya positif, Lina yang hamil 5 bulan menjalani tes swab PCR di Puskesmas.

Ia juga diminta untuk isolasi di RS Harapan Insan Sendawar untuk mengaja kesehatan bayi karena berisiko.

Namun kondisi Lina yang memiliki riwayat asma terus memburuk.

Kino yang awalnya dirawat di rumah kondisinya juga turun hingga dilarikan ke RS.

"Di rumah suaminya juga makin drop. Akhirnya dijemput pihak Rumah Sakit Harapan Insan Sendawar biar perawatan di sana," beber Margono.

Sementara Vino juga menjalani pemeriksaan dan dinyatakan positif, hanya isolasi di rumah karena tak bergejala sakit.

"Di saat itulah mereka terpisah. Vino di rumah, ayah dan ibunya di rumah sakit hingga meninggal."

"Ibunya meninggal 19 Juli. Ayahnya 20 Juli," kata Margono.

Selama karantina mandiri di rumah, Vino ditemani tetangga dan kerabatnya.

Rekan ayahnya tidur di depan pintu beratapkan tenda.

Sementara Vino tidur beralasan bentangan ambal dan kasur di ruang tengah depan televisi.

Margono mengatakan saat kematian ayah dan ibunya, Vino tidak ikut menyaksikan penguburan Covid-19, karena sedang menjalani isolasi.

"Kami sampaikan ke dia ayah dan ibunya sudah meninggal. Respon dia menangis. Kata dia, kok bisa meninggal, ayah dan ibu kan masih muda," tutur Margono meniru.

"Tapi setelah itu terhibur lagi, banyak keluarga, saudara beri dia makanan, di rumah ramai banyak yang nemani," sambung Margono. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Bocah Kelas 3 SD Isoman Sendiri di Rumah, Ayah, Ibu, dan Calon Adiknya Telah Gugur Karena Covid-19

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved