Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

PPKM Level 4 Diperpanjang, PKL di Taman Kartini Sragen Memohon Jualan Boleh Sampai Jam 10 Malam

Presiden Jokowi kembali memperpanjang PPKM level 4, satu minggu kedepan.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Septiana Ayu
Suasana pusat kuliner Taman Kartini Sragen yang sangat sepi dari pengunjung, Senin (2/8/2021) malam. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Presiden Jokowi kembali memperpanjang PPKM level 4, satu minggu ke depan.

Para pelaku usaha kecil dan mikro di Kabupaten Sragen pun kembali gigit jari.

Salah satunya terlihat di pusat kuliner Taman Kartini Sragen yang sangat sepi dari pengunjung.

Bahkan, meja yang disediakan dengan jumlah sedikitpun, tak penuh dengan pembeli.

Semenjak pemberlakuan PPKM pada awal bulan Juli lalu, pengunjung yang datang turun drastis.

Salah satu pedagang, Agus (65) mengatakan pendapatan selama satu bulan ini turun drastis.

Baca juga: Sedihnya Riyanto, Obral Sound System di Jalan Solo-Semarang Demi Bayar Bank, Belum Laku Semuanya

Baca juga: Hidup Sebatang Kara karena Orangtua Meninggal Covid-19 di Kaltim,Vino Tiba di Sragen Diasuh Kakeknya

"Ini sepi sekali, bahkan kemarin selama 3 hari berturut-turut, nggak dapat uang sepeserpun," ujarnya kepada TribunSolo.com, Senin (2/8/2021).

Usahanya di taman kuliner tersebut, merupakan satu-satunya mata pencahariannya.

"Kalau buka susah, tidak ada pembeli, kalau tidak buka ya lebih susah lagi," kata Agus.

Menurutnya, keputusan pemerintah untuk memperpanjang PPKM level 4, tidak mempermasalahkan hal tersebut.

"Namun, kita minta solusi, jika bisa jam operasional diundur hingga pukul 10 malam," katanya.

"Biasanya kan warga itu kebanyakan keluar habis isya, lha ini, baru datang sudah disuruh pulang, kalau diundur jam 10 kan, lumayan bisa mendapat pemasukan," pungkasnya.

Pilih Tutup

Banyak pedagang di Sentra Kuliner Veteran Brigjen Katamso Sragen memilih menutup warung selama PPKM Darurat.

Pantauan TribunSolo.com di lokasi yang berada di Magero, Sragen Tengah, Kecamatan Sragen itu, dari 21 warung hanya ada 7 warung yang masih buka.

Bangku yang berjejer di depan warung, juga nampak kosong dari aktivitas pembeli.

Bahkan debu di mana-mana terlihat menempel tebal di meja dan bangu yang biasanya dipenuhi pembeli untuk menyantap aneka makanan.

Baca juga: Kapan Tatap Muka di Solo Dimulai, Padahal Sekolah Mulai Masuk Pertama Hari Ini? Begini Kata Disdik

Baca juga: Panggilan Kemanusiaan : 9 Ribu Warga Sragen Sembuh dari Corona, Baru 6 Orang Donor Plasma Konvalesen

Sesekali pembeli datang, namun kebanyakan memilih untuk membawa pulang makanan.

Salah satu pedagang, Darno mengatakan banyak pedagang memilih tutup sejak PPKM Darurat diberlakukan mulai 3 Juli lalu.

"Ini gara-gara PPKM, banyak yang tutup, PPKM Darurat tambah sepi," katanya kepada TribunSolo.com, Senin (12/7/2021).

Darno tetap memilih tetap buka, karena ia tidak memiliki penghasilan lain, selain membuka warung.

"Kalau hariannya masih bisa mencukupi, kalau saya tutup, nggak ada yang bisa dimakan," ujarnya.

Pembeli yang datang pun, hanya tersisa pelanggan setianya.

"Kan saya sudah berjualan selama 35 tahun, dulu kan nggak disini, yang datang ya hanya pelanggan-pelanggan saya yang lama," jelasnya.

Saat PPKM darurat, ia memilih menutup kiosnya lebih awal, karena pada malam hari sudah tidak ada pembeli yang datang.

"Pedagang di sini, jam 8 ya tutup," singkatnya.

Suasana seperti itu, jauh berbeda dengan suasana saat pertama kali buka, pada bulan Maret lalu.

"Awal buka dulu, disini penuh, kan ada live musiknya, sampai parkiran itu nggak muat," kata dia.

"Setelah pembukaan ramai, habis itu puasa sepi, dan PPKM ini tambah sepi lagi," jelasnya.

Kondisi Alkes di Sragen

Sementara itu, selain tabung oksigen, obat-obatan hingga multi vitamin, di tengah ancaman pandemi alat kesehatan oximeter diburu pembeli.

Alat pengukur kadar oksigen dalam darah itu seakan menjadi alat wajib yang dimiliki pasien Covid-19 untuk mengecek kondisi oksigen di dalam tubuhnya.

Pantas saja, alat berupa pejepit tangan digital itu naik gila-gilan, seperti di Kabupaten Sragen.

Rusdiyantoro, pemiliki toko alat kesehatan SIP di Jalan Raya Sukowati, Nomor 148, Kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan/Kabupaten Sragen mengaku alat itu diburu akhir-akhir ini.

Baca juga: Mudahnya Lihat Tulisan Maaf Oksigen Kosong, di Beberapa Depo Pengisian Tabung di Wilayah Sragen

Baca juga: UPDATE 10 Juli: 14.969.330 Orang Sudah Divaksin Covid-19 Dosis Kedua, Dosis Pertama 36.193.076 Orang

Dia tidak menampik jika harga oximeter di Bumi Sukowati akhirnya juga melonjak. 

"Harga normal satunya Rp 150 ribu, sekarang naik jadi Rp 260 ribu," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Sabtu (10/7/2021).

"Bahkan, merk yang paling bagus, bisa mencapai Rp 450 ribu (harga normal)," aku dia menekankan.

Saat ditanya kenada harga oximeter naik, disebabkan oleh tingginya permintaan pembeli yang setiap hari bisa belasan orang.

"Kalau stok saat ini masih aman, tapi kadang-kadang juga kosong, harus pesan dulu," aku dia.

Bahkan dia menjelaskan, alat yang berasal dari Jakarta belum bisa memastikan kapan akan dikirim sewaktu-waktu.

"Banyak yang cari, selain yang isoman, warga yang sehat pun juga beli, untuk jaga-jaga cek kadar oksigen," terang dia.

Baca juga: Hasil Rukyatul Hilal di Observatorium Assalaam Solo : Besok 1 Dzulhijjah, Idul Adha 20 Juli 2021

Baca juga: Sulit Berkurban saat PPKM Darurat? Kemenag Solo : Bisa Dialihkan untuk Warga Terdampak Pandemi

Maaf Oksigen Kosong

Kisah susahnya mencari oksigen ternyata tidak hanya di Kota Solo dan Sukoharjo akhir-akhir ini.

Kini terungkap di Kabupaten Sragen juga mengalami hal serupa.

Dari pantauan TribunSolo.com, beberapa toko pengisian gas atau isi ulang di Bumi Sukowati saat ini sudah tidak melayani pengisian oksigen lagi.

Di antaranya di depo pengisian oksigen yang beralamat di Desa Kwangen, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen.

Kemudian Toko Alkes Mulia Abadi Sejahtera di Jalan Raya Sukowati, No 361, Dusun Widodo, Kelurahan Sragen Wetan, Kecamatan/Kabupaten Sragen.

Hal serupa juga terlihat di Toko Alkes SIP di Jalan Raya Sukowati, Nomor 148, Kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan/Kabupaten Sragen.

Tabung gas oksigen kosong sudah 3 minggu di depo pengisian oksigen di Desa Kwangen, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Sabtu (10/7/2021).
Tabung gas oksigen kosong sudah 3 minggu di depo pengisian oksigen di Desa Kwangen, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Sabtu (10/7/2021). (TribunSolo.com/Septiana Ayu)

Baca juga: Kemenkes Pastikan Stok Obat-obatan Covid-19 Masih Cukup di Tengah Lonjakan Kasus

Baca juga: Oksigen Langka di Sragen, Bupati Yuni : Jaminan Apa? Tugas Pemerintah Pusat untuk Menjamin Barangnya

Pemiliknya Untung mengungkapkan, sudah beberapa minggu tak ada stok gas untuk isi ulang seperti yang dijalankan hari-hari biasanya.

"Sudah 3 minggu kosong, kemarin sudah ke Samator, memang gak bisa karena ngelayanin rumah sakit dulu," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (10/7/2021). 

"Ya hanya bisa ngalah, padahal kita juga melayani yang sakit juga," tambahnya. 

Ia menambahkan, masyarakat masih banyak yang mencari. 

"Tadi malam ada 15 orang yang mencari, biasanya seminggu dikirim 3 kali, kalau covid-19 gini ya sudah," tambahnya. 

Sementara itu, gas oksigen juga kosong di 2 toko alat kesehatan dipusat Kota Sragen. 

Kata Bupati Sragen

Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengatakan Pemkab Sragen tidak bisa menjamin ketersediaan gas oksigen untuk warganya.

"Jaminan apa? Ini bukan tugas pemerintah kabupaten aja, ini sudah tugas pemerintah pusat untuk menjamin O2," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (10/7/2021).

Baca juga: Hasil Rukyatul Hilal di Observatorium Assalaam Solo : Besok 1 Dzulhijjah, Idul Adha 20 Juli 2021

Baca juga: Benarkan Angka Kematian Meroket Gegara Oksigen Langka? Begini Penjelasan Petugas Medis di Sragen

Meski begitu, pihaknya tetap mengusahakan kebutuhan oksigen di Kabupaten Sragen dapat mencukupi.

"Tapi, tetap kita usahakan, sekarang antar rumah sakit bisa saling bertukar oksigen," ujarnya.

"Di rumah sakit sekarang sudah mulai saling membantu, jika ada tabung yang sisa, diberikan ke rumah sakit yang kekurangan," terangnya.

Meski melihat keadaan sekarang, berat bagi rumah sakit untuk meminjamkan tabung oksigennya ke rumah sakit lain.

"Karena ini faktor deg-degan, nggak setiap hari ada," jelas dia. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved