Berita Sragen Terbaru
Mengenal Syekh Muhammad Nasher : Sebarkan Islam di Sragen, Bisa Jinakkan Singa & Menyelam 7 Hari
Di Kabupaten Sragen, bersemayam seorang prajurit perang Keraton Surakarta yang dikenal hebat pada zamannya.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
Terdapat sejarah panjang, mengapa Eyang Nasher, panggilan akrab Syekh Muhammad Nasir membuat larangan tersebut.
Juru kunci makam Mbah Singomodo, Mbah Slamet mengatakan, setelah keluar dari Keraton Surakarta Hadiningrat, Eyang Nasher dan kelima sahabatnya menyusuri Bengawan Solo.
Singkat cerita, sampailah rombongan tersebut di sebuah desa di tepi Bengawan Solo, yang saat ini menjadi Dukuh Singomodo.
Berjalannya waktu, Eyang Nasher ingin membangun sebuah masjid bersama kelima sahabatnya, untuk menyebarkan agama Islam.
Pada waktu itu, empat orang sahabatnya sudah menikah, tetapi ada seorang sahabat Eyang Nasher yang belum menikah.
Baca juga: Fakta Meninggalnya Ki Seno Nugroho: Sinden Nyanyikan Gending saat Layatan, 2 Wayang Ikut Dikuburkan
"Pada waktu pemasangan atap masjid, salah seorang sahabat tidak membantu, dan setelah kembal sahabat tersebut baru dari menonton hiburan sinden ramen," katanya kepada TribunSolo.com, Kamis (9/9/2021).
Kemudian, sahabat tersebut ditanya oleh Eyang Nasher 'apakah kamu suka?'.
Kemudian, sahabat tersebut mengatakan suka, dengan maksud suka dengan hiburan yang disajikan.
"Namun, Eyang Nasher menangkap maksud suka sabahatnya suka dengan sinden tersebut," aku dia.
"Dan akhirnya karena sama-sama belum menikah, sahabat dan sindennya itu dinikahkan," papar Mbah Slamet.
Baca juga: Fakta Meninggalnya Ki Seno Nugroho: Sinden Nyanyikan Gending saat Layatan, 2 Wayang Ikut Dikuburkan
Namun, Eyang Nasher memberikan syarat jika Sinden tersebut harus berhenti dari kegiatan menyindennya.
Diduga karena Eyang Nasher kurang berkenan dengan Sinden, maka membagi wilayahnya menjadi dua dengan sahabatnya itu.
"Dan sinden menyanggupi, lalu Eyang Nasher membagi wilayahnya menjadi 2, yakni bagian barat dan timur," terangnya.
"Untuk sinden dan seorang sahabatnya disuruh tinggal di bagian barat, sedangkan Eyang Nasher di sebelah timur," tambahnya.
Sejak saat itu, pantangan mendengarkan lagu yang dinyanyikan Sinden berlaku di wilayah sekitar makam Eyang Nasher yang mencakup satu RT tersebut.