Berita Sragen Terbaru
Mengenal Syekh Muhammad Nasher : Sebarkan Islam di Sragen, Bisa Jinakkan Singa & Menyelam 7 Hari
Di Kabupaten Sragen, bersemayam seorang prajurit perang Keraton Surakarta yang dikenal hebat pada zamannya.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
"Warga desa hanya boleh mendengarkan lantunan rebana atau cerita wayang," aku dia.
Kejadian Aneh Terjadi
Berdasarkan cerita warga, sudah banyak kejadian yang terjadi, apabila ada seseorang melanggar pantangan tersebut.
Baca juga: Testimoni Lika-liku Vaksinasi Sragen : Meski Baru Disuntik Usai 5 Jam Menunggu, Pria Ini Tak Kesal
Baca juga: Sisi Unik Sragen : Budaya COD Menjamur, Penjual & Pembeli Pilih Janjian di Alun-alun saat Bertemu
Pantangan tersebut juga tidak hanya berlaku bagi warga Singomodo saja, melainkan bagi siapa saja yang berada di wilayah tersebut.
Area pantangan berlaku di satu RT di Dukuh tersebut, atau di sekitar makam Syekh Muhammad Nasher.
Slamet mengatakan dulu pernah ada seorang warga desa yang nekat membunyikan radio, hanya sebagai hiburan saja.
Baca juga: Ratusan Wisatawan Kecele, Mau Lihat Manusia Purba, Ternyata Gerbang Museum Sangiran Sragen Digembok
"Namanya manusia, ya ingin mencari hiburan, akhirnya nekat membunyikan lagu sinden, walaupun nggak keras, orang dan radionya hilang tanpa jejak hingga sekarang belum ketemu," katanya.
Selain itu, waktu salah satu warga menggelar hajatan, dua orang yang bertugas sebagai operator sound system mengatakan dengan lancang, jika dia tidak percaya dengan hal tersebut.
Kemudian, ketika hajatan sedang istirahat pada waktu jam maghrib, kedua tersebut pergi mandi di sendang tak jauh dari lokasi hajatan.
"Waktu selesai, dua orang tersebut ingin kembali ke tempat hajatan yang tak jauh dari sendang, tapi saat mau kembali mereka hanya berputar-putar dari sendang, makam, masjid, begitu terus," terangnya.
Baca juga: Potret Guru di Sragen Mulai Bersihkan Ruang Kelas, Berharap Pembelajaran Tatap Muka Segera Dimulai
Kemudian, menurut Slamet, warga lalu bertemu dengan kedua soundman tersebut.
Saat ditanya mau ke mana, mereka menjawab sedang mencari arah balik ke tempat hajatan.
Warga yang menemui kedua pria tersebut bingung, karena dari posisi mereka berada, sudah terlihat tempat hajatan tersebut.
Kedua orang tersebut diantar ke tempat hajatan, dan ketika sampai mereka tersadar dan kemudian pingsan.
Selain hal itu, kejadian juga menimpa warga Purwadadi yang waktu itu merupakan seorang sopir travel yang mengantar santri untuk ziarah ke makam Syekh Muhammad Nasher.
Baca juga: Guru Ngaji di Sragen Dilaporkan ke Polisi, Cabuli Bocah 12 Tahun: Korban Dikunci di Gudang
Sampai di area parkir makam, sopir tersebut memutar radio dengan saluran hiburan tayub, yang biasanya diiringi oleh sinden.
Dengan ketidaktahuannya, kemudian ia mendengarkan lantunan tayub di dalam mobilnya.
"Sempat diperingatkan oleh warga, kalau tidak boleh mendengarkan sinden, kemudian mereka pulang dan melanjutkan perjalanan ke Jawa Timur," ujarnya.
"Sampai di Mantingan, Ngawi keempat ban travel tersebut kempes, kemudian mereka mencari tukang tambal ban, dan ketemu di Banaran, Sragen," tambahnya.
Saat dicek oleh tukang tambal ban, ternyata tidak ada kebocoran pada ban travel tersebut.
Dengan rentetan kejadian tersebut, Slamet berharap siapapun yang datang ke Singomodo, untuk mengikuti adat dan kepercayaan yang ada. (*)