Berita Sragen Terbaru
Mengenal Syekh Muhammad Nasher : Sebarkan Islam di Sragen, Bisa Jinakkan Singa & Menyelam 7 Hari
Di Kabupaten Sragen, bersemayam seorang prajurit perang Keraton Surakarta yang dikenal hebat pada zamannya.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
"Kenapa Singomodo, diambil dari Singo yang artinya singa, dan modo yang berarti tidak bisa dipaido atau dibantah," jelasnya.
Waktu itu orang-orangpun takjub dengan kehebatan Eyang Nasher, dan menjadikannya sebagai seorang guru.
Eyang Nasher kemudian membuka padepokan yang mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santrinya.
Baca juga: Alasan Guru Olahraga di Wonogiri Tega Sodomi 6 Siswanya : Awalnya Coba-Coba, Tapi Malah Ketagihan
Baca juga: Hilang Misterius, Ibu Muda Asal Tangen Sragen Pergi Bawa Motor, Kini Anaknya Tak Berhenti Menangis
Total terdapat 90 santri Eyang Nasher, yang kini telah tersebar diseluruh penjuru tanah air.
Selain cakap dalam menyebarkan agama Islam, Eyang Nasher juga dikenal sebagai petapa.
"Eyang mampu bertapa bratha dengan menyelam penuh di sungai, selama 7 hari," aku dia.
Eyang Nasher juga dipercaya memiliki kelebihan dapat berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata.
"Ada jin yang menjadi muridnya, dan kini masih menjaga area wilayah Eyang Nasher," jelasnya.
Kisah Dukuh Singomodo
Kejadian aneh selama ini terjadi di Dukuh Singomodo, Desa Kandang Sapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen.
Apa itu? Ya, di wilayah tersebut ada kisah turun temurun yang merupakan sebuah pantangan.
Di mana warga di Singomodo dilarang mendengarkan atau membunyikan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh sinden atau sosok yang bernyanyi mengiringi orkestra gamelan.
Sinden akrab dengan kebudayaan Jawa.
Adapun di dukuh tersebut, juga terdapat makam Syekh Muhammad Nasher, atau yang terkenal disebut Mbah Singomodo.
Sosoknya merupakan salah satu prajurit Keraton Surakarta Hadiningrat.