Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Mengenal Syekh Muhammad Nasher : Sebarkan Islam di Sragen, Bisa Jinakkan Singa & Menyelam 7 Hari

Di Kabupaten Sragen, bersemayam seorang prajurit perang Keraton Surakarta yang dikenal hebat pada zamannya.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Septiana Ayu
Makam Syekh Muhammad Nasher atau yang terkenal disebut Mbah Singomodo di Dukuh Singomodo, Desa Kandang Sapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Di Kabupaten Sragen, bersemayam seorang prajurit perang Keraton Surakarta yang dikenal hebat pada zamannya.

Dia adalah Syekh Muhammad Nasher yang dikenal dengan Simbah Singomodo.

Makamnya berada di Dukuh Singomodo, Desa Kandang Sapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen.

Lokasi makam berada dipuncak bukit, yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak serta 94 anak tangga.

Sesampainya di atas, pengunjung akan disambut tulisan Makam Syekh Muhammad Nasher, dan bisa langsung masuk ke area makam yang didominasi warna putih.

Baca juga: Potret Kesedihan Perajin Tembaga Tumang Boyolali : Harga Bahan Baku Meroket, Banyak Pesanan Ditunda

Baca juga: Dulu Banyak Rumah Megah di Dukuh Singomodo Sragen, Kini Berubah Jadi Ladang Tebu, Kenapa?

Di dalam bangunan tersebut, terdapat makam Syekh Muhammad Nasher.

Di samping kanan kirinya, terdapat makam 5 sahabat Syekh Muhammad Nasher, yakni Mustofa, Risyal, Solahudin, Munir dan Sholeh.

Juru Kunci Makam Syekh Muhammad Nasher, Slamet mengatakan Eyang Nasher pertama kali datang ke Sragen pada waktu peperangan kerajaan Mataram kedua.

Waktu itu, keadaan kerajaan Mataram sedang terpecah belah, yang akhirnya banyak prajurit maupun anak raja yang pergi meninggalkan Keraton Surakarta Hadiningrat.

"Saat perang, Eyang Nasher dan kelima sahabatnya pergi dengan menyusuri sungai Bengawan Solo, Eyang tidak ingin berhenti dan terus mengikuti arus sungai," katanya kepada TribunSolo.com, Kamis (9/9/2021).

Akhirnya penyusuran Eyang Nasher berhenti di salah satu daerah, yang kini disebut Dukuh Singomodo.

Penamaan Dukuh Singomodo juga tak terlepas dari sosok Eyang Nasher.

Sewaktu kedatangannya, daerah Dukuh Singomodo dulunya hutan belantara yang masih dihuni hewan buas, seperti singa dan macan.

Kemudian, dengan kemampuannya singa dan macan tersebut takluk saat bertemu dengan Eyang Nasher.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved