Kuliner Wonogiri
Cireng Telur Sabar Menanti Mas Budi di Wonogiri : Pembeli Rela Antre, Setiap Hari 4 Ribu Tusuk Ludes
Warga Kabupaten Wonogiri pasti sudah tak asing lagi dengan Cireng Telur Sabar Menanti milik Mas Budi.
Penulis: Erlangga Bima Sakti | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Erlangga Bima Sakti
TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Warga Kabupaten Wonogiri pasti sudah tak asing lagi dengan Cireng Telur Sabar Menanti milik Mas Budi.
Meski di Wonogiri banyak penjual cireng telur serupa, namun lapak milik Mas Budi ini selalu diserbu penikmat makanan cilok berbalut telur yang digoreng ini.
Ia setiap hari berjualan di Area Patung Bedhol Desa yang berada di Lingkungan Bendungan Serbaguna Wonogiri mulai jam 11 siang hingga sore hari.
Tak heran, pembeli pun memang harus rela mengantre untuk bisa merasakan nikmatnya cireng telur buatan Mas Budi ini.
Baca juga: Sate Kambing Pak Darso Boyolali : Daging Dipotong Dadakan, Menteri Kerap Mampir Bila ke Boyolali
Baca juga: Nasib Dukungan Suporter, Pasang Bendera & Anthem Satu Jiwa, Tunggu Koordinasi Persis Solo - LIB
"Kalau kondisi seperti ini setiap hari bisa terjual hinggal seribu tusuk, biasanya sebelum ada pandemi bisa lebih bahkan kalau weekend bisa 4.000 tusuk," kata dia kepada TribunSolo, Rabu (22/9/2021).
Dia pun membocorkan kenapa namanya 'Sabar Menanti'.
Bahkan usut punya usut, sebenarnya datang dari pembeli.
Dulunya, ia hanya menamai lapaknya hanya dengan nama Cireng Mas Budi saja.
"Nama sabar menanti itu sebenarnya yang menyebutkan ya para pembeli itu, dulu pernah beli dan sampai antre hingga satu jam," ungkapnya.
"Mas, ini namanya harus sabar menanti soalnya nunggunya lama," imbuh Budi menirukan ujaran pembeli kala itu.
Hal itulah yang membuatnya mengubah nama lapaknya menjadi Cireng Sabar Menanti Mas Budi.
Padahal tak seperti penjual cireng lain yang hanya menggunakan satu penggorengan, ia sampai menggunakan tiga penggorengan sekaligus.
Meskipun begitu disaat jam-jam ramai seperti sore hari, pembeli tetap harus mengantre demi menyantap nikmatnya cireng telur seharga Rp 1.000 per tusuknya.
Kuliner di Boyolali
Warung Sate Kambing Pak Darso Boyolali salah satu warung sate kambing di Boyolali yang legendaris.
Bagaimana tidak, warung sate ini sudah berdiri satu dasawarsa setelah kemerdekaan Indonesia, atau tepatnya pada tahun 1955.
Baca juga: Sate Kambing Tali Roso Klaten : Sate Raksasa yang Viral, Ini Alasan Kenapa Harus Pakai Tusuk Besi
Bahkan, gerobak gendong yang dipakai sejak awal berjualan, sampai saat ini masih digunakan.
Pengunjung yang ingin makan di depan sang penjualpun masih bisa.
Uniknya lagi, daging kambing baru dipotong-potong sesaat sebelum dimasak.
Daging kambing yang masih menyatu dengan tulangnya inipun digantungkan di atas sang koki.
Jika ada pembeli, barulah daging tersebut diiris lalu dipotong-potong dan ditusuk.
Yang spesial dari warung sate yang berlokasi di jalan Raya Pengging, Banyudono, Boyolali ini adalah menu bernama 'Bakar Masak'.
Ini adalah daging kambing yang baru ditusuk-tusuk lalu dipanggang, setelah itu dimasak dengan menggunakan kuah santan dengan bumbu rahasia.
Soal harga, tidak perlu khawatir.
Harga makanan di warung yang buka mulai pukul 07.30 WIB hingga pukul 14.30 ini masih terjangkau.
Untuk satu porsinya pengunjung cukup membayar Rp 22 ribu.
Selain Bakar Masak, tentunya di warung sate ini juga menjajakan menu sate kambingnya itu sendiri.
Bahkan varian sate buntel juga tersedia disini.
Hanya saja, harganya lebih mahal sedikit.
Untuk satu porsi sate buntel, harga yang dipatok sebesar Rp 25 ribu.
“Untuk sate kambing biasa, harganya Rp 23 ribu,” kata Nono, juru masak di warung Sate Kambing Pak Darso.
Diapun mengaku warung sate ini selalu jadi jujugan tokoh-tokoh penting yang kebetulan berkunjung ke Boyolali atau lewat di Boyolali.
Sejumlah Menteri, termasuk Kapolda juga pernah makan di warung sate ini.
“Pak Jokowi sebelum jadi Presiden juga sempat mampir kewarung ini yang tentunya untuk makan sate disini,” imbuhnya. (*)