Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sukoharjo Terbaru

Kejadian Aneh di Makam Ki Ageng Sutawijaya di Majasto Sukoharjo : Orang Baru Sering Diputar-putarkan

Di Kabupaten Sukoharjo, ada lokasi pemakaman kuno yang selama ini banyak tersiar mitos anehnya.

Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Agil Tri
Gerbang masuk makam putra ke-197 Prabu Brawijaya, Raden Joko Bodo atau yang lebih dikenal dengan Ki Ageng Sutawijaya di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Senin (11/10/2021). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Di Kabupaten Sukoharjo, ada lokasi pemakaman kuno yang selama ini banyak tersiar mitos anehnya.

Dia adalah pemakaman Bumi Arum di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari.

Lokasi itu diketahui sebagai makam putra ke-197 Prabu Brawijaya, Raden Joko Bodo atau yang lebih dikenal dengan Ki Ageng Sutawijaya.

Untuk menjangkau pemakaman, harus menaiki sebuah perbukitan dan akan disambut dengan gapura serba hitam bertuliskan 'Pasarean Majasto Ki Ageng Sutowijoyo.

Ada tulisan Ki Ageng Sutawijaya di pemakaman khusus sosok berpengaruh kala itu.
Ada tulisan Ki Ageng Sutawijaya di pemakaman khusus sosok berpengaruh kala itu. (TribunSolo.com/Agil Tri)

Aroma mistik kental terasa, di gapura berdiri patung macan dan buaya.

Menurut Juru Kunci Makam Majasto, Sayono, asal usul makam sangat panjang bahkan sudah ratusan tahun ada.

Saat itu, Raden Joko Bodo memulai perjalanan ke arah barat dan menyamar menjadi petani.

"Beliau (Joko Bodo) itu dulunya masih beragma Hindu, lalu ada dua versi yang membuat beliau menjadi mualaf yakni oleh Sunan Kalijaga atau Ki Ajeng Pandanaran," katanya kepada TribunSolo.com, Senin (11/10/2021).

Ki Ageng Sutawijaya kemudian menimba ilmu agama di Pondok Pesantren milik Ki Ajeng Pandanaran di Kabupaten Klaten.

Setelah ilmu agama Ki Ageng Sutawijaya dianggap sudah baik, dia kemudian diminta menyebar agama Islam di daerah timur pesantren.

Baca juga: Ternyata di Dalam Rawa Jombor Klaten Ada Pemakaman yang Tenggelam, Umurnya Sudah 100 Tahuh Lebih

Baca juga: Misteri Makam Tak Bernama di Teras Rumah Warga Tenggak Sragen, Ternyata Kuburan Massal Terduga PKI

"Banyak tempat yang dinamai beliau, sampai Kedungjambal, Grajekan, Ponowaren, hingga sampai di sini (Majasto)," ujarnya.

Sesampainya di Desa Majasto, Ki Ageng Sutawijaya disambut oleh penghuni yang ada di Majasto, yang konon ceritanya sesosok jin yang biasa oleh masyarakat disebut Jin Jonilo.

"Ki Ageng Sutawijaya dijamu dengan tanaman sejenis umbi-umbian, namun Ki Ageng Sutawijaya melihat itu adalah batu," kata dia.

Dalam jamuan itu, Ki Ageng Sutawijaya beradu ilmu dengan Jin Janilo atau Mbah Bisu, yang mana petarungan dimenangkan Ki Ageng Sutawijaya.

Singkat cerita, Ki Ageng Sutawijaya meminta Mbah Bisu tidak mengganggu anak cucunya.

"Ada batu di sini, lalu dipindahkan Ki Ageng Sutawijaya hingga jatuh ke bawah, kemudian Ki Ageng Sutawijaya tinggal di sini," ujarnya.

Ki Ageng Sutawijaya juga membangun masjid di komplek pemakaman Bumi Arum yang dinamai Masjid Tiban.

Pemakaman keturunan Ki Ageng Sutawijaya di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Senin (11/10/2021).
Pemakaman keturunan Ki Ageng Sutawijaya di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Senin (11/10/2021). (TribunSolo.com/Agil Tri)

Meski ada kesepakatan untuk tidak mengganggu, namun mitos di tengah masyarakat masih beranggapan jika Mbah Bisu masih membuat ulah.

Menurut Sayono, jin itu sering membuat bingung masyarakat yang berada di sekitar perbukitan Makam Majasto.

"Biasanya orang baru, yang datang ke sini sendiri sering dibuat bingung. Sering diputar-putarkan," terang dia.

Baca juga: Dulu Kirab Keliling Kampung, Sekarang Pulung Langse di Makam Balakan Sukoharjo Dilakukan Tertutup

Baca juga: Misteri Aneh Batu Lingga Yoni di Sragen : Sore Dijatuhkan dari Bukit, Pagi Kembali ke Tempat Semula

"Nanti kalau belum ketemu orang lain, dia belum sadar," aku dia.

Selain makam Ki Ageng Sutawijaya dan keturunannya, di Majasto ini juga dijadikan makam umum untuk masyarakat yang memiliki garis keturunan asli Majasto.

"Makamnya di sini juga unik, liang lahatnya hanya digali sedalam 70 cm," jelas dia.

Selama ini Makam Majasto dijadikan wisata religi oleh masyarakat, sehingga banyak diziarahi pada hari-hari tertentu.

"Biasanya masyarakat banyak datang untuk berziarah saat akhir pekan juga," terang dia. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved