Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali Terbaru

Larangan di Umbul Langse Boyolali : Jangan Jual Airnya & Ambil Ikannya, Jika Dilanggar Ini Akibatnya

Sejak munculnya kembali sumber air di Umbul Langse ada 'perjanjian' hingga larangan.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Tri Widodo
Suasana Umbul Langse yang ada di Desa Nepen, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Sejak munculnya kembali sumber air di Umbul Langse ada 'perjanjian' hingga larangan.

Hal ini agar air di Desa Nepen, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali itu terus keluar.

Sesepuh desa, Sugiman menyebut, ‘penguasa’ tak kasat mata di umbul ini meminta supaya kesegaran yang keluar dari sumber mata air ini tak berubah menjadi ‘panas’.

Maka, warga tak boleh berebut air dari sumber ini dan tak boleh dijual, sehingga air ini dapat digunakan semaksimal mungkin oleh masyarakat sekitar.

Baca juga: Kisah Aneh Umbul Langse Boyolali : Agar Air Bisa Keluar Lagi, Penunggu Sempat Minta Tumbal Manusia

Baca juga: Cerita Mistis Pohon Asem Tua di Klaten: Berusia Ratusan Tahun, Penunggu Bisa Datang Lewat Mimpi

Pasalnya, ada ribuan warga yang menggantungkan kebutuhan airnya dari sumber mata air ini.

“Terakhir, seluruh ikan yang ada di umbul ini juga tak boleh ditangkap,” kata dia kepada TribunSolo.com, Selasa (2/11/2021).

Mengingat kata dia, di umbul ini juga ada kerajaan ghaibnya tepatnya di bawah batu besar yang ada sebelah barat umbul ini.

Batu besar yang ada di bawah pohon sisi barat umbul ini nampak biasa-biasa saja.

Namun, bagi diberikan kelebihan melihat hal-hal ghaib akan melihat bahwa di bawah batu itu ada ‘kerajaan ghaib’ yang cukup besar.

Sugiman yang saat proses pemulihan sumber air ini, pernah dipandu agar bisa melihat hal-hal ghaib di Umbul Langse ini.

Dia yang sebelumnya diminta melafalkan do’a-do’a khusus berhasil melihat sendiri betapa besarnya kerajaan yang ada disana.

“Kerajaannya (ghaib) sangat besar sekali, dan tak ada satu (kerajaan),” ujarnya.

Meski terdapat kerajaan ghaibnya, namun tak pernah menggangu.

“Pernah saudara saya pernah terperosok tapi seluruhnya tidak ada yang terluka,” aku dia.

Pernah Kering Kerontang

Sekilas tak ada yang aneh dari Umbul Langse yang ada di Desa Nepen, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali.

Umbul atau sumber mata air yang berada tak jauh dari jalan alternatif Boyolali-Klaten itu ternyata menyimpan cerita yang cukup mengerikan.

Sesepuh Desa Nepen, Sugiman mengungkapkan, di mana sekitar tahun 1998 kubangan tanah besar penuh air jernih itu mendadak kering.

Padahal, air dari sumber mata air itu sangat penting bagi kehidupan masyarakat.

Baca juga: Kejadian Aneh di Lokasi Jatuhnya Avanza di Gondang Sragen : Sering Muncul Ular Kuning Raksasa

Baca juga: Aneh, Batu di Masaran Sragen Tak Bisa Dipindahkan: Sejarahnya Terkait Pangeran Mangkubumi

Pasalnya kejernihan air dari sumber mata air itu tak hanya untuk mencukupi kebutuhan air rumah tangga, seperti masak, minum, mandi dan mencuci.

Lebih jauh dari itu, sumber mata air itu juga sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat sekitarnya.

Sebagai masyarakat agraris, sumber air dari umbul itu jadi andalan masyarakat sekitar dalam bertani.

Keringnya umbul ini juga menjadi bencana besar bagi masyarakat.

Masyarakat seakan menghadapi paceklik atau masa sulit.

Sawah-sawah masyarakat yang semula bisa ditanami padi 2-3 kali dalam setahun, sejak saat itu hanya sekali.

Air hujan satu-satunya andalan masyarakat dalam bercocok tanam.

“Ya sejak mengeringnya umbul ini, otomatis pola tanam sawah warga sini menjadi terganggu,” ungkap dia kepada TribunSolo.com.

Matinya sumber mata air di Umbul Langse ini pun menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat sekitar.

Benar saja, selama lebih dari 4 tahun, warga terus dirundung kegelisahan akan matinya sumber kehidupan ini.

Hanya saja, tak banyak masyarakat peduli dengan kehidupan anak cucu yang akan datang.

“Masyarakat sini sebanarnya juga resah dengan matinya sumber air ini. Tapi mereka seakan cuek,” ujarnya.

Sugiman yang tidak bisa tinggal diam begitu saja dengan kondisi ini, lalu berdiskusi dengan dua warga lainnya.

Dari diskusi itu, dapat ditarik kesimpulan jika matinya sumber yang tak wajar ini pasti ada penyababnya.

Baca juga: Kronologi Mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya Dikeroyok Senior, Kini 4 Pelaku Diringkus Polisi

Baca juga: Anehnya Makam di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, Meski 39 Tahun Direndam, Kondisi Nisan Tetap Utuh

Namun, ketiganya yang tak bisa berbuat banyak kemudian memutuskan untuk mencari guru spiritual agar air di umbul ini bisa keluar jernih seperti sediakan.

“Iya menurut, orang yang bisa melihat dan membimbing kami dalam upaya menghidupkan lagi umbul ini menyampaikan jika umbul ini ada yang menggadaikan selama 7 tahun lamanya,” ujarnya.

Dengan begitu, umbul bakal mengeluarkan air lagi setelah 7 tahun tersebut.

Itu artinya warga masih harus menunggu 2-3 tahun lagi untuk mendapatkan air.

2-3 tahun bagi Sugiman dan teman-temannya bukanlah waktu yang sebentar.

Minta Petunjuk Penghuni Umbul

Dia pun akhirnya minta petunjuk lagi kepada guru spiritualnya itu supaya air bisa segera keluar.

Guru spiritualnya itu kemudian melakukan komunikasi batin dengan penghuni ghaib Umbul Langse yang tidak kasat mata.

Agar air bisa keluar lagi, ada 17 macam ubo rampe yang diminta penghuni umbul, salah satunya nyawa manusia.

Namun, salah satu syarat berupa nyawa manusia ini sangatlah berat dan tak mungkin dipenuhi.

Lalu, dilakukan komunikasi untuk mengganti salah satu syaratnya itu.

“Bisa diganti dengan kambing kendit yakni kambing warna hitam di seluruh tubuh, kecuali di bagian tengah perut badannya terdapat warna putih melingkar,” ujarnya.

Kambing berharga fantastis itu tak mungkin dipenuhinya.

Dia yang hanya bertiga orang sangatlah berat untuk membeli kambing tersebut.

Beruntung, syarat itu masih bisa diganti dengan pisang emas.

Namun pisang emas yang ‘diminta’ haruslah lengkap beserta pohonnya.

Bahkan mulai dari bonggol hingga jantung pisangnya haruslah masih ada.

Pisang emas dengan kreteria itu tidaklah mudah didapatkan di daerah sekitar Nepen.

Diapun harus mencari pisang yang masih lengkap itu hingga ke lereng Merapi.

“Saya pikul bersama teman saya. Gantian dengan teman saya. Kalau saya capek, saya gantian yang bawa motor. Begitu sebaliknya,” ujarnya.

Selain itu, masih banyak lagi syarat ubo rampe yang diminta.

Baca juga: Cerita Mistis Pohon Asem Tua di Klaten: Berusia Ratusan Tahun, Penunggu Bisa Datang Lewat Mimpi

Baca juga: Anehnya Makam di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, Meski 39 Tahun Direndam, Kondisi Nisan Tetap Utuh

Saking banyaknya dia sampai tak hapal lagi, jenis ubo rampe yang wajib dipenuhi supaya air umbul ini bisa keluar.

“Ada juga Bambu Petok, dan sesaji berupa jajan pasar dan hasil bumi yang masing-masing berjumlah 17 macam,” aku dia.

Barulah setelah seluruh syarat-syarat itu lengkap, ritual permohonan bisa digelar.

Seluruh syarat-syarat itu diletakan di bawa batu besar yang ada di umbul langse itu.

Lalu dilakukan doa-doa, setelah itu, bersama warga dilakukan sholat ghaib selama beberapa malam di pelataran umbul ini.

“Untuk sholatnya, dilakukan beberapa pekan. Setelah air keluar, baru dilakukan ritual merti umbul dengan berbagai kegiatan seperti pergelaran wayang,” ujarnya.

Semenjak saat itu, Umbul Langse yang kering keronta berubah menjadi lautan air.

"Air yang yang dikeluarkan bumi sangat jernih sampai saat ini," jelas dia. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved